Mohon tunggu...
Anugrah Muhtarom Pratama
Anugrah Muhtarom Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis apa yang ingin aku tulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tim DEB UNS Sulap Kotoran Ayam Menjadi Biogas di Desa Sobokerto

6 Februari 2024   10:42 Diperbarui: 14 Mei 2024   10:11 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemandangan dari puncak gunung sungguh mengesankan dan menggugah pikiran. Ini bukanlah gunung biasa. Sebuah gunung penampungan 3,5 ton kotoran ayam, yang dihasilkan dari peternakan ayam pedaging milik Bu Sri sebagai salah satu peternak ayam di Desa Sobokerto.

Melimpahnya kotoran ayam milik Bu Sri sayangnya tidak diolah secara memadai. Akibatnya, tumpukan kotoran ayam tersebut mengganggu warga sekitar karena timbul bau tidak sedap dan menarik jumlah lalat akibat lokasi kandang ayam yang berdekatan dengan pemukiman.

"Kandang saya dengan kapasitas 7500 ekor ayam menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengundang lalat sumber penyakit yang terus mengganggu masyarakat sekitar, ditambah lagi dengan posisi kandang yang terletak di antara pemukiman warga, saya kerap mendapat protes dari warga karena bau yang ditimbulkan." Ucap Bu Sri.

Sementara permasalahan melimpahnya kotoran ayam milik Bu Sri kini telah pada kondisi yang mendesak. Kapasitas kotak penampungan kotoran ayam Bu Sri kini telah penuh. Upaya selama ini untuk mengurangi jumlah tumpukan kotoran ayam hanya digunakan sebagai pupuk secara langsung dan sebagian dibuang langsung begitu saja ke sungai yang tidak jauh dari kandang.

Kondisi tersebut tentu melahirkan permasalahan tersendiri terlebih jika musim hujan seperti saat ini. Terutama, berkaitan dengan eutrofikasi dan kontaminasi yang menimbulkan pencemaran lingkungan. Tentu, akan menjadi persoalan serius jika tidak mampu mengolahnya. Tidak dapat ditekankan lagi, langkah-langkah strategis untuk pengolahan kotoran ayam milik Bu Sri perlu diupayakan.

Melalui pendanaan program Desa Energi Berdikari (DEB) Sobat Bumi Pertamina 2023, tim DEB Universitas Sebelas Maret (UNS) yang terdiri dari dosen dan mahasiswa penerima beasiswa Pertamina, menyelesaikan persoalan melimpahnya kotoran ayam milik Bu Sri dengan menyulap menjadi biogas untuk memberi nilai tambah pengelolaan kotoran ayam sekaligus manfaat lingkungan. 

Dari Limbah Jadi Berkah: Ubah Kotoran Ayam Sebagai Biogas

Saat orang berpikir tentang biogas, mereka akan menganggap kotoran sapi adalah sumber utama bahan untuk menghasilkan biogas. Namun, bagaimana dengan kotoran ayam, memangnya bisa? Yup, nggak salah kok, kotoran ayam juga dapat menjadi sumber alternatif biogas. Hal itu dibuktikan oleh tim DEB UNS di Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Pemanfaatan energi biogas dari kotoran ayam oleh tim DEB UNS dimulai dengan kajian dan pemetaan selama satu bulan sebelum melaksanakan proyek ini. Usai lolos pendanaan, tim DEB UNS memberikan sosialisasi, awareness, serta capacity building kepada warga penerima manfaat, khususnya yang dekat dengan kandang ayam Bu Sri.

Setelah kegiatan sosialisasi dilakukan, tim DEB UNS membangun reaktor biogas dengan jenis kubah beton atau dikenal fixed-dome digister. Fixed-dome digister yang dibangun berkapasitas 8 meter kubik persis di samping kandang ayam Bu Sri. Pembangunan fixed-dome digister dipilih karena memiliki kelebihan dibandingkan jenis digister lainnya. Salah satunya memiliki kelebihan masa penggunaan yang mampu bertahan hingga 25 tahun lamanya.

Setelah digister selesai dibangun, maka akan diisi dengan kotoran ayam ke dalam tangki penampungan (inlet). Setiap harinya, digister diisi sebanyak 20-35 kg kotoran ayam hasil dari kandang ayam Bu Sri. Untuk diubah menjadi biogas, kotoran ayam dan air dicampur terlebih dahulu dengan perbandingan 1:1.

Di dalam digester, kotoran ayam dicerna dan difermentasi oleh mikroorganisme anaerob yang menghasilkan gas metana. Seluruh gas akan ditampung di bagian atas kubah beton. Jika tekanan gas sudah penuh, maka dengan sendirinya gas akan mengalir ke saluran pipa gas utama. Dalam proses yang bersamaan, seluruh limbah biogas ini akan terangkat menuju outlet. Ampas yang keluar dari proses ini disebut sebagai bio-slurry.

Selain untuk warga, biogas juga dimanfaatkan sebagai pengering maggot BSF yang dikelola oleh kelompok POKDAKAN. Melalui oven kompor yang menggunakan biogas, mereka bisa mengeringkan maggot agar tahan lama dan dapat dikirim ke daerah lain. Melalui oven dari kompor biogas, mereka dapat mengurangi cost operasional dan mendapatkan harga jual maggot yang lebih mahal.

Di sisi lainnya, ampas limbah biogas berupa bio-slurry kini juga telah dimanfaatkan oleh beberapa petani sebagai pupuk organik yang diaplikasikan ke pekarangan maupun lahan sawah. Melalui pupuk bio-slurry, petani secara gratis memanfaatkannya sehingga mampu meminimalisir penggunaan pupuk kimia yang kini harganya cukup mahal maupun sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi dari pemerintah.

Sebagai pelaksana program, tim DEB UNS kedepan akan terus melanjutkan program desa energi berdikari secara keberlanjutan dengan membangun lebih banyak titik reaktor biogas di Desa Sobokerto. Selain itu, pemanfaatan biogas maupun bio-slurry akan diintegrasikan dengan pemberdayaan masyarakat yang melibatkan kelompok atau komunitas. Misalnya seperti budidaya maggot, budidaya lele, hingga pengolahan bio-slurry menjadi pelet ikan. Melalui langkah ini, diharapkan mampu menghasilkan ultimate goal dalam menjawab berbagai peluang akses energi hemat, ramah lingkungan, dan bersih serta berkontribusi pada ekonomi berkelanjutan.

Mewujudkan ultimate goal di atas memanglah tidak mudah. Tetapi layaknya falsafah sebatang lidi tak berarti apa-apa, tetapi dalam satu ikatan sapu akan mampu menyapu segala-galanya. Bak falsafah tersebut, pengembangan DEB dapat dipandang bak ikatan sapu yang mengeratkan batang-batang lidi di dalamnya. stakeholder, peternak, kelompok masyarakat, universitas dan seluruh elemen terkait dipanggil menjadi lidi-lidi dalam ikatan bersama untuk bersinergi dan berkolaborasi menciptakan pembangunan energi untuk lingkungan hidup dan kemajuan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun