Mohon tunggu...
Anugrah Muhtarom Pratama
Anugrah Muhtarom Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis apa yang ingin aku tulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tim DEB UNS Sulap Kotoran Ayam Menjadi Biogas di Desa Sobokerto

6 Februari 2024   10:42 Diperbarui: 14 Mei 2024   10:11 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim DEB UNS Menyelenggarakan Sosialisasi Pemanfaatan Kotoran Ayam Sebagai Biogas di Balaidesa Sobokerto (Foto: Pribadi) 

Di dalam digester, kotoran ayam dicerna dan difermentasi oleh mikroorganisme anaerob yang menghasilkan gas metana. Seluruh gas akan ditampung di bagian atas kubah beton. Jika tekanan gas sudah penuh, maka dengan sendirinya gas akan mengalir ke saluran pipa gas utama. Dalam proses yang bersamaan, seluruh limbah biogas ini akan terangkat menuju outlet. Ampas yang keluar dari proses ini disebut sebagai bio-slurry.

Selain untuk warga, biogas juga dimanfaatkan sebagai pengering maggot BSF yang dikelola oleh kelompok POKDAKAN. Melalui oven kompor yang menggunakan biogas, mereka bisa mengeringkan maggot agar tahan lama dan dapat dikirim ke daerah lain. Melalui oven dari kompor biogas, mereka dapat mengurangi cost operasional dan mendapatkan harga jual maggot yang lebih mahal.

Di sisi lainnya, ampas limbah biogas berupa bio-slurry kini juga telah dimanfaatkan oleh beberapa petani sebagai pupuk organik yang diaplikasikan ke pekarangan maupun lahan sawah. Melalui pupuk bio-slurry, petani secara gratis memanfaatkannya sehingga mampu meminimalisir penggunaan pupuk kimia yang kini harganya cukup mahal maupun sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi dari pemerintah.

Sebagai pelaksana program, tim DEB UNS kedepan akan terus melanjutkan program desa energi berdikari secara keberlanjutan dengan membangun lebih banyak titik reaktor biogas di Desa Sobokerto. Selain itu, pemanfaatan biogas maupun bio-slurry akan diintegrasikan dengan pemberdayaan masyarakat yang melibatkan kelompok atau komunitas. Misalnya seperti budidaya maggot, budidaya lele, hingga pengolahan bio-slurry menjadi pelet ikan. Melalui langkah ini, diharapkan mampu menghasilkan ultimate goal dalam menjawab berbagai peluang akses energi hemat, ramah lingkungan, dan bersih serta berkontribusi pada ekonomi berkelanjutan.

Mewujudkan ultimate goal di atas memanglah tidak mudah. Tetapi layaknya falsafah sebatang lidi tak berarti apa-apa, tetapi dalam satu ikatan sapu akan mampu menyapu segala-galanya. Bak falsafah tersebut, pengembangan DEB dapat dipandang bak ikatan sapu yang mengeratkan batang-batang lidi di dalamnya. stakeholder, peternak, kelompok masyarakat, universitas dan seluruh elemen terkait dipanggil menjadi lidi-lidi dalam ikatan bersama untuk bersinergi dan berkolaborasi menciptakan pembangunan energi untuk lingkungan hidup dan kemajuan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun