Mohon tunggu...
Anugrah Indah Arani
Anugrah Indah Arani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah orang yang cukup gemar menulis selain menulis saya juga menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Menilik Kisah Kejayaan Pasar Santa yang Mulai Meredup di Tengah Modernisasi

22 Juli 2024   23:58 Diperbarui: 24 Juli 2024   19:26 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret lorong kios di Pasar Santa, Jakarta Selatan. Foto: Anugrah Indah Arani

JAKARTA – Pasar Santa, sebuah nama yang tak asing bagi warga Jakarta khususnya di kawasan Jakarta Selatan. Pasar ini merupakan surganya para pecinta fashion, kuliner dan juga barang-barang unik dan jadul. 

Nuansa hipster dan vintage yang kental menjadi daya tarik utama bagi pengunjung yang berasal dari berbagai kalangan usia. Pada masa kejayaannya, Pasar Santa tidak hanya menjadi pusat perbelanjaan tradisional, tetapi juga menjadi representasi kekuatan komunitas dan dinamika sosial.

Berbagai lapak pedagang di Pasar Santa menawarkan aneka kebutuhan sehari-hari mulai dari bahan makanan, pakaian, hingga kebutuhan musiman seperti dekorasi ulang tahun. 

Pasar ini dikenal menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk berinteraksi dan bertransaksi dalam atmosfer yang hangat dan hidup. 

Seiring dengan perkembangan di era digital dan modernisasi, kini bisa dibilang Pasar Santa tidak lagi berada pada masa kejayaannya.

Kilas balik kisah kejayaan Pasar Santa

Pasar Santa didirikan pada tahun 1971 yang berlokasi di Jalan Cipaku I No.233, Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kala itu, sekitar tahun 2014 sampai 2015 Pasar Santa berada pada masa keemasannya. 

Menurut salah satu pedagang toko pernak-pernik dekorasi, Nurul (41) yang diwawancarai di Pasar Santa pada sabtu (20/7/24). 

“Dibeberapa tahun lalu memang banyak komunitas disini, lagi padat-padatnya Pasar Santa, banyak buka kios kuliner, barang-barang antik, kaset-kaset dan piringan hitam juga banyak," ujarnya.

Saat itu, harga kios masih relatif murah sehingga banyak pedagang yang mayoritas anak muda mengambil peluang membuka kedai kopi atau tempat makan unik dan kekinian. Hal itu mendorong pertumbuhan komunitas dan bisnis di Pasar Santa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun