Mohon tunggu...
Anugrah Rahmatulloh
Anugrah Rahmatulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Researcher

Ketika kita membaca, kita membuka jalan. Ketika kita menulis, kita berbagi cerita. Dan ketika kita berbicara, kita merawat ingatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Masyarakat Selalu Menggunakan Pakaian Baru Saat Lebaran?

3 Juni 2019   08:54 Diperbarui: 3 Juni 2019   11:39 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi baju lebaran: Stylo.ID/Fuadzan Akbar

Bulan Ramadan memang selalu menyajikan cerita menarik, baik melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan untuk mengisi bulan Ramadan, maupun berbagai fenomena spontan yang kemudian yang muncul setiap Ramadan bagi hampir seluruh wilayah Indonesia. 

Banyaknya variasi fenomena yang muncul kemudian, memunculkan sebuah pertanyaan unik yang sebenarnya jarang terpikirkan. Salah satunya ialah kebiasan masyarakat muslim khususnya untuk menggunakan pakaian baru ketika lebaran tiba.

Semua sepakat, dimulai ketika pertengahan Ramadan, bahkan lebih jauh lagi di awal Ramadan masyarakat mulai mencari dan membeli pakaian baru yang akan dikenakan pada hari lebaran nanti. Fenomena tersebut kemudian berbanding lurus dengan usaha produsen maupun distributor pakaian yang kemudian menawarkan berbagai produk pakaian. 

Banyak Departement Store maupun toko pakaian biasa kemudian memberikan diskon besar-besaran yang bertujuan menarik minat masyarakat untuk membeli pakaian agar bisa tampil menarik pada lebaran nanti. Dari fenomena tersebut, muncul beberapa pertanyaan. 

Sejak kapan sebenarnya budaya menggunakan pakaian baru untuk lebaran? Apa saja alasan masyarakat menggunakan pakaian lebaran? Serta beragam pertanyaan lain yang kemudian akan muncul.

Berbicara mengenai penggunaan pakaian lebaran, sebenarnya fenomena tersebut bukanlah sebuah fenomena yang asal muncul atau mendadak serta tidak terstruktur. Jika ditarik sejarahnya, sejauh penemuan penulis, tentu terdapat latar belakang kuat mengapa kemudian fenomena ini muncul setiap Ramadan tiba. Semua itu diawali sejak berkembangnya Kesultanan Banten. 

Dalam Sejarah Nasional Indonesia jilid III: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia, fenomena menggunakan pakaian baru ketika lebaran tiba setidaknya sudah mulai tercatat pada tahun 1596. Pada rentang tahun tersebut, sesaat sebelum Idul Fitri tiba masyarakat Banten selalu menyiapkan pakaian baru yang akan digunakan pada hari raya Lebaran. 

Hampir setiap tahun kebiasaan ini dilakukan oleh seluruh masyarakat muslim di Banten tanpa terkecuali, dikarenakan adanya semacam himbauan atau perintah dari Sultan Banten saat itu, Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir (yang saat itu diwakilkan oleh walinya bernama Mangkubumi Jayanegara). 

Pakaian lebaran biasanya menjadi hal yang tidak pernah lewat dibeli masyarakat (sumber: gratisklik.com)
Pakaian lebaran biasanya menjadi hal yang tidak pernah lewat dibeli masyarakat (sumber: gratisklik.com)

Uniknya, fenomena penggunaan pakaian lebaran pada saat itu kemudian dapat memperlihatkan status sosial seseorang. Hal ini terjadi dikarenakan tidak semua kelompok masyarakat dapat menggunakan pakaian lebaran.

Untuk pakaian lebaran yang cenderung bagus dan memiliki standar tinggi, biasanya digunakan oleh keluarga kerajaan serta masyarakat yang memiliki status sosial tinggi, adapun pakaian yang biasa saja, biasanya digunakan oleh masyarakat menengah ke bawah. 

Melalui fenomena tersebut, banyak petani pada masa itu yang kemudian menjadi penjahit pakaian ketika Ramadan tiba. Selain di Banten, kebiasaan tersebut juga tercatat di Kesultanan Mataram.

Mengapa kemudian masyarakat selalu menggunakan pakaian baru ketika lebaran? Terdapat beberapa alasan kuat mengapa kemudian penggunaan pakaian baru saat lebaran menjadi hal yang penting untuk dilakukan oleh masyarakat. 

Alasan paling logis dan masuk akal tentu karena adanya anjuran untuk menggunakan pakaian terbaik di Hari Raya, sesuai yang disyari'atkan oleh Rasulullah SAW. 

Dari hadist yang diriwayatkan dari Imam Bukhari R.A, tersirat makna bahwa Rasulullah menyetujui perihal berhias dan menggunakan pakaian terbaik di hari raya, hanya saja terdapat beberapa saja jenis pakaian yang dianjurkan untuk digunakan di hari raya (lengkapnya bisa dilihat dalam Hadist mengenai Bab Tentang Dua Hari Raya dan Berhias di dalamnya).

Alasan selanjutnya yang mendasari penggunaan pakaian baru ketika lebaran tiba adalah sebagai rasa syukur, simbol kesucian serta kemenangan setelah sebulan berpuasa. 

Dengan menggunakan pakaian baru, hal tersebut sedikit menegaskan bahwa masyarakat sudah kembali ke fitrahnya sebagai manusia yang bersih serta memenangkan pertarungan melawan hawa nafsu ketika bulan Ramadan, sehingga disimbolkan dengan menggunakan pakaian yang baru dan bersih. 

Selain itu juga penggunaan pakaian baru juga menunjukan rasa syukur atas rezeki yang didapatkan oleh masyarakat muslim khususnya dan diekspresikan dengan menggunakan pakaian baru.

Alasan selanjutnya yang muncul dalam penggunaan pakaian baru ialah sebagai simbol atau penunjuk status sosial seseorang. Percaya atau tidak, setuju atau tidak setuju, alasan ini sebenarnya merupakan sebuah konsekuensi logis dari fenomena penggunaan pakaian baru ketika lebaran tiba. 

Bagaimana kemudian pandangan masyarakat terhadap makna pakaian baru tersebut bisa diterjemahkan macam-macam. Sehingga kemudian akan muncul sebuah petunjuk yang mengarahkan pada permasalahan status sosial seseorang. 

Pandangan masyarakat ketika melihat seseorang menggunakan pakaian dengan brand ternama serta dengan model yang (katakanlah) terbaru, kemudian akan membentuk pandangan bahwa seseorang tersebut berasal dari kelompok sosial kelas atas. Hal ini akan selalu terjadi bahkan jika seseorang tersebut tidak memiliki niat atau pemikiran bahwa apa yang digunakannya bertujuan memperlihatkan status sosial dirinya. 

Tetapi tidak jarang juga beberapa orang yang memang sudah memiliki tujuan demikian ketika menggunakan pakaian tersebut. Begitu pula pandangan masyarakat terhadap seseorang yang menggunakan jenis baju yang berbeda dengan brand yang berbeda pula, akan menghasilkan sebuah pandangan yang berbeda juga. Tetapi perlu diingat, alasan ini hanya muncul di kelompok masyarakat tertentu saja.

Kemudian, alasan terakhir dari mengapa masyarakat selalu menggunakan pakaian baru ialah karena fenomena ini sudah menjadi sebuah budaya. Bagaimana kemudian fenomena tersebut bertahan hingga sekarang? kebiasaan ini bisa bertahan karena adanya sebuah kebutuhan sandang yang muncul dalam masyarakat. 

Dikarenakan kemudian menjadi suatu kebiasaan yang tidak bisa dilepaskan oleh masyarakat, maka fenomena tersebut berubah menjadi budaya yang berkembang di masyarakat dan bertahan bahkan sampai ratusan tahun dengan berbagai perkembangan serta perubahan yang ada.

Kesadaran kolektif masyarakat akan kebutuhan pakaian baru ketika lebaran tiba menunjukan bagaimana sebuah budaya bisa muncul dari sejauh mana kebutuhan masyarakat akan suatu hal. 

Jim Ife dan Frank Tesoriero dalam Community Development setidaknya menyatakan bahwa budaya dalam masyarakat dapat bertahan ketika masyarakat membutuhkan hal tersebut, sehingga kemudian masyarakat sebagai komunitas berusaha untuk mengembangkan kebutuhan tersebut agar menjadi sebuah budaya serta menjadi ciri khas masyarakat. 

Kembali ke kebutuhan akan pakaian baru ketika lebaran, sebetulnya bisa jadi masyarakat tidak memiliki kesadaran untuk mengembangkannya. Tetapi, sebagai satu komunitas yang memiliki kebutuhan yang sama, kemudian secara tidak langsung, sebagai akibat dari samanya kebutuhan masyarakat, fenomena penggunaan baju baru kemudian menjadi sebuah budaya yang berkembang.

Pada akhirnya, alasan masyarakat menggunakan pakaian lebaran bisa akan sangat beragam dan tidak terbatas pada empat alasan diatas. Bagaimana kemudian budaya penggunaan pakaian baru ini tidak dilihat dari satu sisi saja, melainkan bisa dilihat dari berbagai sisi. 

Tulisan ini tidak dibuat untuk "mengharuskan" masyarakat menggunakan pakaian baru, sampai akhirnya memaksa membeli pakaian baru tanpa melihat adanya keperluan lain yang sebenarnya lebih penting. 

Terakhir, sebenarnya budaya bisa muncul dari hal yang paling sederhana dengan alasan yang beragam, maka syukuri berbagai fenomena budaya yang muncul, karena hal tersebut menjadi satu bagian unik dari kompleksnya kehidupan masyarakat.

"Selamat mempersiapkan Hari Raya Idul Fitri bagi seluruh umat muslim di Indonesia, yang mudik hati-hati di jalan, yang mau beli pakaian baru, jangan lupa untuk mempersiapkan fisik dan mental karena akan diuji melalui padatnya pusat perbelanjaan. Dan terakhir, bersihnya pakaian baru saat lebaran harus berbanding lurus dengan bersihnya hati yang penuh kebaikan dan keberkahan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun