Mohon tunggu...
Anugrah Rahmatulloh
Anugrah Rahmatulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Researcher

Ketika kita membaca, kita membuka jalan. Ketika kita menulis, kita berbagi cerita. Dan ketika kita berbicara, kita merawat ingatan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Olahraga dan Disabilitas, Bagaimana Kaum Difabel Melampaui Batas?

3 Desember 2018   18:51 Diperbarui: 3 Desember 2018   19:09 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zanardi menunjukan inisial namanya pada mobil yang akan digunakan dalam gelaran DTM 2018 di Sirkuit Internasional Marco Simoncelli, Misano, Italia (sumber: autosport.com)

Hari ini, 3 Desember 2018 merupakan salah satu hari yang sangat ditunggu oleh kaum disabilitas. Yaa, hari ini pada 26 tahun yang lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan dirayakannya hari disabilitas Internasional. Penetapan hari disabilitas Internasional ini ditujukan untuk memberikan semangat dan pengakuan bagi kaum-kaum yang memiliki keistimewaan tersendiri dibanding orang pada umumnya. 

Selain itu, ditetapkannya hari istimewa ini ditujukan sebagai bentuk edukasi bagi masyarakat pada umumnya akan banyaknya permasalahan yang menyangkut kaum disabilitas. Penetapan ini juga ditujukan untuk menggugah masyarakat untuk mengakui adanya kaum disabilitas yang juga memiliki posisi sejajar dengan masyarakat pada umumnya.

Sejauh ini pandangan umum masyarakat terhadap kaum disabilitas masih menunjukan hal yang memprihatinkan. Bagaimana dengan keistimewaan yang dimiliki kaum tersebut seringkali dianggap sebelah mata oleh masyarakat umum yang notabene memiliki fisik yang lengkap. Mereka masih beranggapan bahwa dengan keistimewaan tersebut, kaum disabilitas sulit melakukan berbagai hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat normal dan dianggap tidak mampu membuat sesuatu hal yang besar. 

Dengan keistimewaan yang dimiliki serta pandangan masyarakat akan kaum disabilitas kemudian memunculkan masalah yang serius dan tentu menjadi tanggung jawab bersama. Adanya anggapan masyarakat tersebut kemudian juga membuat mentalitas masyarakat disabilitas menjadi menurun dan seringkali sulit untuk berkembang karena terbentur stigma di masyarakat. Padahal, mereka masih bisa melakukan banyak hal yang bahkan bisa melebihi kemampuan dari masyarakat yang memiliki kondisi fisik yang lebih normal.

Berbicara mengenai disabilitas dalam melakukan aktivitasnya, salah satu bidang yang sedang menggeliat ialah bidang olahraga. Pandangan masyarakat terhadap kaum disabilitas yang melakukan kegiatan olahraga pada awalnya masih dianggap rendah, namun hal tersebut berangsur-angsur menghilang seiring dengan munculnya ajang olahraga yang dibuat khusus untuk kaum disabilitas serta atlet-atlet disabilitas yang mulai bermunculan. Khususnya di Indonesia, pandangan masyarakat terhadap olahraga dan kaum disabilitas mulai membaik setelah diselenggarakannya Asian Paragames yang dilaksanakan di Jakarta beberapa bulan kebelakang. 

Melihat banyaknya atlet yang berpartisipasi dalam ajang ini, menggugah masyarakat akan kaum disabilitas yang memiliki kemampuan dalam melakukan kegiatan olahraga. Namun, sejak kapan tkaum disabilitas mulai menekuni olahraga? Bagaimana kemudian perkembangan event serta bentuk olahraga yang dimainkan kaum disabilitas? Serta sejauh mana partisipasi atlet disabilitas dalam berbagai ajang olahraga? baik dalam kompetisi olahraga khusus disabilitas maupun dalam ajang olahraga umum yang diikuti atlet-atlet normal.

Sejak kapan berkembangnya olahraga bagi disabilitas? Awal kemunculan olahraga ini diawali oleh adanya event olahraga yang dilaksanakan oleh perkumpulan veteran Perang Dunia II Inggris Raya yang dilaksanakan pada tahun 1948. Lebih jelasnya Ian Brittain dalam From Stoke Mandeville to Stratford: A History of The Summer Paralympic Games menyatakan bahwa ide untuk melaksanakan acara olahraga bagi penyandang disabilitas muncul dari seorang berkebangsaan Jerman bernama Ludwig Guttman yang kemudian menjadi seorang dokter di Inggris. 

Dokter yang sempat bekerja di Universitas Oxford ini memprakarsai event yang bernama "The Stoke Mandeville Games" yang mempertandingkan olahraga panahan kursi roda yang diikuti oleh 16 orang penderita disabilitas yang terdiri atas laki-laki dan perempuan yang menjadi tentara pada PD II dan menderita cedera yang sangat serius. 

Sebenarnya terdapat suatu alasan yang kemudian mendorong Guttman dalam menyelenggarakan event tersebut. Ia menyatakan bahwa dengan melakukan olahraga, harapan hidup para korban perang yang mengalami disabilitas akan membaik dan hal tersebut bagus untuk perkembangan psikologi pasien dalam menjalani kehidupan kedepannya sebagai seorang disabilitas. Lebih jauh lagi pada perkembangan selanjutnya, Guttman juga mulai memperkenalkan kaum difabel untuk memainkan darts, snooker (semacam permainan billiard), lempar bola dan skittles (semacam bowling). 

Lebih jauh lagi ia bersama asisten dalam penyembuhan bagi difabel "Q Hill" juga mengenalkan olahraga polo bagi difabel yang menggunakan kursi roda dengan memanfaatkan lapangan kosong yang berada disekitar tempat rehabilitasi di Rumah Sakit Khusus Pensiunan di Stoke Medieval.

Selepas rutin diadakan Stoke Mandeville Games yang kemudian menarik minat beberapa orang dari luar Inggris, akhirnya ada kesadaran bahwa olahraga bagi kaum difabel dipandang penting dan perlu diadakan event besar secara rutin dalam jangka waktu tertentu, hal ini juga dilakukan sebagai bentuk dukungan bagi orang-orang yang memiliki disabilitas untuk menjadi atlet dan bermain pada berbagai olahraga layaknya manusia normal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun