Mohon tunggu...
Anugrah Rahmatulloh
Anugrah Rahmatulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Researcher

Ketika kita membaca, kita membuka jalan. Ketika kita menulis, kita berbagi cerita. Dan ketika kita berbicara, kita merawat ingatan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Olahraga dan Militansi Masyarakat dalam Sosial Media

21 Maret 2018   09:22 Diperbarui: 21 Maret 2018   09:34 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Postingan Evan Dimas bersama Pelatih Llagostera saat itu, Oriol Alsina (capture twitter)

Kicauan netizen-netizen tersebut bisa melecutkan semangat dan rasa optimisme yang ada dalam diri atlet tersebut. dengan militansi juga dapat membuat netizen Indonesia dikenal dunia karena selalu meramikan hal-hal yang berkaitan dengan Indonesia, utamanya dalam hal ini di bidang olahraga. Namun, jika terdapat sisi positif tentu akan ada sisi negatifnya.

Kicauan-kicauan para netizen memang bisa memunculkan motivasi yang besar, namun tidak jarang juga jika kicauan tersebut juga memunculkan pressure yang tinggi juga. Berkaca dari kasus Rio Haryanto yang menjadi pebalap Indonesia (bahkan Asia Tenggara) pertama yang berlaga di kompetisi balap sekelas Formula 1, kemudian memunculkan ekspektasi tinggi yang dialamatkan kepadanya agar Rio mampu meraih prestasi seperti yang dilakukannya di GP2/Formula 2 sekarang (kompetisi balap mobil setingkat dibawah F1).

Namun, karena banyaknya kondisi dan atmosfer yang berbeda antara F1 dan GP2, seperti regulasi mesin di F1 tidak seperti GP2 dan tingkat kesulitan yang terbilang tinggi, kemudian muncul tekanan-tekanan besar yang menghasilkan sebuah keraguan akan kemampuan sang pebalap (harus diingat bahwa ada suatu hal yang berpengaruh dan dinamakan sebagai Adaptasi) yang tidak jarang membuat pebalap merasa terbebani. Dan itu pula yang mungkin dirasakan oleh Hafizh Syahrin (pebalap Malaysia pertama yang berkarir di MotoGp 2018).

Lebih jauh dari itu, kicauan-kicauan netizen seringkali diposting diluar kaidah penulisan dan juga dilandasi dengan penuh perasaan. Sehingga tidak jarang dalam postingan yang menyangkut Indonesia muncul ribuan komentar-komentar tidak penting dan cenderung mengganggu. Sehingga oleh beberapa netizen lain sering muncul komentar yang bernada sinis.

Hal tersebut jelas cukup mengganggu kenyamanan dalam menggunakan sosial media, bahkan tidak jarang dari saling lempar komentar berujung keributan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.

Pada akhirnya, militansi masyarakat di sosial media merupakan fenomena yang menarik. Diluar dari banyaknya nilai positif maupun negatif, tetaplah militansi tersebut harus diimbangi dengan tatakrama atau norma-norma kesopanan yang berlaku di dunia maya. Karena sebenarnya dunia maya bisa menjadi cerminan diri kita di dunia nyata.

Sebenarnya militansi di sosial media sangat dibolehkan dan sampai saat ini belum ada larangan untuk itu, tetapi harus diingat, setiap apa yang dilakukan di sosial media harus disesuaikan dengan keadaan dan juga kesopanan dalam bertutur kata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun