Mohon tunggu...
Travel Story

Sepenggal Sejarah dan Warisan Budaya Kota Semarang

16 Juni 2016   03:49 Diperbarui: 16 Juni 2016   03:58 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 Di saat bersamaan ada rombongan anak sekolah dasar yang sedang Study Tour di museum tersebut. Hal tersebut sekali lagi menjadikan tugas kami dalam mengumpulkan foto tidak terlalu sulit. Yang membuat kami semakin senang, saya dan teman-teman yang lainnya juga diperbolehkan menaiki kereta api uap, rombongan dibagi menjadi dua gelombang, gelombang pertama sudah selesai, sekarang giliran saya dan anak-anak di gelombang ke dua. Keretapun mulai memanggil dengan bunyi dari uap dan sekaligus menandakan keberangkatan kami, di sepanjang perjalan kami di suguhkan dengan pemandangan yang indah, bukit-bukit yang menjulang tinggi kearah langit, dan hamparan sawah yang luas, bapak dan ibu petani yang terlihat sedang bekerja menggarap sawahnya, mereka terlihat sangat ramah memberi lambaiyan tangan sembari tersenyum kearah kami begitu pula dengan warga yang tinggal di sekitar rel tersebut. 

Setelah sampai di stasiun pemberhentian kamipun turun, para awak kereta mengisi bahan bakar yang berupa kayu dan memberi oli di setiap celah rodanya, betapa di manjakan kereta yang sudah berusia sangat tua ini. Setelah selesai sesi perawatan, kami kembali menuju Stasiun Ambarawa. Sesampainya kembali ke Stasiun Ambarawa semuapun beristirahat.

Setelah beristirahat kami dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Candi Gedong Songo, berlokasi di lereng Gunung Ungaran yang tidak terlalu jauh dari Stasiun Ambarawa. Di karenakan bus tidak sanggup menaiki lereng Gunung Unggaran, bus terpaksa harus ditinggalkan, kamipun beralih ke kendaraan yang lebih kecil yaitu oplet. Sesampainya di atas, kami turun dari oplet dan masuk ke dalam kawasan candi, Candi Gedong Songo ini adalah candi peninggalan sejarah budaya Hindu, setelah masuk saya langsung disambut dengan kuda-kuda yang disewakan untuk pengunjung yang tidak kuat untuk berjalan kaki, harganya juga relatif murah. Di dalam terdapat enam buah candi. Disini saya berpencar dengan teman kelompok saya, dikarenaka area candi yang sangat luas. Saya berjalan dengan teman pecinta alam saya. Candi-candi disini sangat terjaga, di sekitar taman bunga banyak tulisan-tulisan yang sangat inspiratif salah satunya adalah, “Luangkan waktumu untuk mengenal Tuhan”. Saya sangat menikmati perjalanan hingga candi yang ke enam. 

Sesampainya di atas saya teridiam dan terkesan, disinilah tempat yang paling membuat saya merasa sangat kecil, udaranya yang sangat segar dan bersih, saya hanya bisa terkagum-kagum dengan keindahan yang telah diciptakan Tuhan. 

Tiba-tiba kabut mengacaukan pandangan dan angin bertiup dengan kencang, seketika hujanpun turun dengan lebat, semua langsung berhamburan turun karna takut kamera akan basah, sedangkan saya berteduh di pos yang terletak sedikit di atas dari candi ke enem tersebut. Sembari menunggu hujan reda, saya dan teman-teman bercerita sambil menikmati pemandangan di sekitar. 

Hujan reda dan kabut mulai menghilang, saya tidak menyangka, dari atas ternyata sangat terlihat jelas tiga buah gunung yang berdiri sejajar, dan disebut dengan julukan Triple S, yaitu Gunung Sindoro, Sumbing dan Slamet. Saya bercita-cita suatu saat akan menaiki ketiga gunung tersebut.

Tidak lama terdengar panggilan dari bawah untuk berkumpul makan, hanya sedikit yang tersisa di atas, kami bertiga langsung berlari menuruni lereng gunung yang lumayan licin tersebut. Saat tiba di bawah kami langsung menyantap makanan yang telah disediakan. Setelah makan kami melanjutkan perjalanan ke hotel Citra Dream untuk beristirahat. Sesampai nya di hotel saya tidak beristirahat melainkan langsung berjalan-jalan dengan teman-teman yang lain. 

Ternyata hotel kami terletak di jantung Kota Semarang, tidak jauh dari hotel terdapat tugu muda yang berbentuk segi lima yang dikelilingi air mancur dan taman bunga. Letak tugu ini tepat di depan Lawang Sewu. Di pusat  kota ini, terlihat jelas pengendara disana sangat tertib dan mematuhi rambu lalu lintas. Setelah puas berjalan, kami memutuskan kembali ke hotel untuk beristirahat.

Malam berganti pagi, saya dan teman sekamar yang lainnya ketinggalan bus yang telah berangkat ke kota lama, karena kesiangan, begitu pula dengan sebagian anak-anak yang lainnya. Lalu kami menyusul dengan menggunaka metro mini menuju kota lama. Kota lama adalah sepenggal peninggalan sejarah yang ditinggal para menir-menir Belanda karena kalah berperang melawan rakyat Indonesia. Di kota lama juga terdapat Gereja Belenduk yang sudah ada sejak zaman Belanda. 

Sehabis dari Kota Lama kami kembali ke hotel untuk sarapan pagi dan mengemas barang bawaan masing-masing. Setelah semua nya selesai, kami langsung berangkat menuju  Klenteng Sam Poo Kong. Klenteng Sam Poo Kong memiliki arsitektur China yang indah dan berwarna merah, saya merasa seperti sedang berada di China. 

Klenteng ini adalah tempat beribadah sekaligus tempat berziarah bagi umat Hindu. Klenteng ini di dirikan untuk pemujaan  bagi Laksamana Ceng Hoo yang merupakan seorang muslim, tetapi Kong Hu  Cu menganggapnya sebagai dewa. Setelah puas mengambil foto di Klenteng Sam Poo Kong, kami melanjutkan perjalanan terakhir menuju Lawang Sewu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun