[caption id="attachment_18451" align="alignleft" width="199" caption="Illustrasi sedih,dok:http://martracho.files"][/caption] Kemarin hari sabtu sore, seperti hari hari yang lain, saya memberikan pelayanan kesehatan di klinik kami di kawasan wisata pegunungan Baturraden Banyumas, Jawa Tengah. Dan datanglah seorang pasien remaja putri berusia 21 tahun dengan didampingi ibundanya, lalu dengan santun saya menyambutnya seraya menyapa,"selamat sore Ibu dan adik, silahkan masuk, apa yang bisa saya bantu?". "Ini dok, anak saya sedang sedih, karena baru saja mendapat masalah minggu minggu terakhir ini, sehingga membuatnya sangat tertekan dan siklus haidnya menjadi kacau, karena baru seminggu lalu selesai datang bulan, tapi minggu ini sudah datang bulan lagi, saya selaku ibunya menjadi sangat kuatir sekali, mungkin dokter bisa membantu menyelesaikan masalah anak saya ini dan mengatasi keadaan siklus haidnya yang sedikit kacau", begitu ulasan singkat yang ibundanya sampaikan saat perjumpaan pertama kami. "Oo begitu ya bu", jawab saya. Baik adik...sambil melihat ke status pasien..., ya adik Nila..., begitu ku sebut namanya, coba adik sampaikan kepada saya ada perihal apa yang membuat adik begitu tertekan sehingga adik menjadi begini ?. Dengan sedikit tertunduk dan wajah yang pucat pasi, mulailah adik Nila ini mengungkapkan permasalahan yang dialaminya. Begini dokter, belakangan minggu minggu ini saya banyak mengalami permasalahan yang datangnya bertubi tubi, belum selesai masalah ini sudah timbul masalah yang lain, dan setiap saat masalah datang silih berganti tanpa adanya penyelesaian, akhirnya membuat saya merasa tertekan sekali dok, ingin melakukan sesuatu jadi malas dan serba takut, ungkapnya di sela sela suaranya yang kian parau seperti menahan tangis... Baik adik Nila, kalau kamu tidak tahan, menangislah, tidak usah malu dengan saya atau dengan bundamu, Insya Allah saya akan membantumu sebisa saya, karena menangis itu bukan sesuatu yang memalukan, tapi bisa menjadi obat buat kelapangan hatimu, sekalipun masalah yang ada belum terselesaikan. Belum lagi selesai saya menghiburnya, spontan pecahlah tangisannya diikuti deraian air mata yang membanjiri seluruh wajah dan pipinya, sambil ku sodorkan kotak tissue di meja periksaku, agar ia bisa mengusap air matanya yang tumpah seketika itu. Terdiam saya sesaat dengan tujuan memberikan kesempatan pasienku ini menangis hingga puas, sambil aku berpikir cara yang paling mungkin untuk mencarikan jalan keluar dari permasalahannya serta mengembalikan semangat yang kuamati sudah hilang dari kehidupannya. Selesai puas menangis, dengan sesegukan pasienku ini mulai menceritakan semua persoalan yang cukup berat yang ia hadapi, ya...lumayan serius untuk seorang remaja putri berusia 21 tahun ini. Masalah yang disampaikan kepadaku, mulai dari putusnya hubungannya dengan mantan pacarnya, karena pacarnya harus bertanggung jawab dengan seorang gadis selingkuhannya yang dihamilinya, lalu masalah ini berakibat pada kinerjanya sangat menurun drastis di tempat kerjanya sehingga iapun harus dikeluarkan dari pekerjaannya, lalu masalah simpanan tabungannya yang dibawa lari mantan pacarnya, dan masih banyak lagi masalah masalah yang dihadapinya... Sambil memperbaiki posisi dudukku dan menarik nafas panjang, saya mulai bicara kepadanya... Adik Nila yang pertama akan saya bahas adalah perihal siklus haidmu yang menjadi kacau ini, karena kalau fisikmu tidak diobati, saya kuatir adik akan mengalami anemia yang serius, karena begitu banyak darah haid yang keluar, sesungguhnya keadaan ini bukan merupakan penyakit atau kelainan, ini semua berkaitan dengan adanya stress yang berkepanjangan, sehingga siklus haidmu menjadi lebih pendek dan cepat datang lagi akibat terjadinya ketidak seimbangan kadar hormonal dalam tubumu, jadi saya sangat yakin bila adik bisa menata hati adik atas semua permasalahan yang adik hadapi pastilah adik akan kembali sehat dan siklus haidmu akan normal kembali, inilah tugas saya untuk mengembalikan semangat dan kepercayaan dirimu, agar adik menjadi kuat dan mampu menghadapi semua persoalan masalah adik ini. Perlu adik sadari sepenuhnya, bahwa kehidupan ini adalah masalah, coba adik simak dengan cermat, adakah dalam perjalanan kehidupan yang kita jalani terpisah dari setiap masalah yang timbul?, adik setiap hari pasti merasakan lapar, dan lapar ini solusinya harus makan, dan makan ini harus dipenuhi dengan sesuatu yang di makan, dan sesuatu yang dimakan harus di beli, dan seterusnya dan seterusnya......, dan memang begitulah hidup ini, hanya tergantung bagaimana kita menyikapi semua masalah kehidupan yang ada pada diri setiap manusia, termasuk saya, termasuk adik dan termasuk bundamu, saya sangat maklum di usiamu yang masih sangat belia ini, kamu mesti belajar banyak hal tentang semua hambatan yang kamu hadapi dalam setiap permasalahan yang timbul dihadapan kita, bila hati adik kuat dan tegar, maka pasti adik kuat menjalaninya dan pasti akan ada jalan keluarnya, ingat! Allah tidak akan memberi cobaan kepada hambaNya melebihi kemampuan hambaNya dan Allah tidak akan memberi apa yang kita minta, namun Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, karena Allah Maha mengetahui. Coba adik hayati ya makna seruan ini yang berasal dari Alqur'an kitab suci kita. Baiklah adik Nila, saya akan sedikit memberikan gambaran yang berkaitan dengan sebuah cerita singkat, saya berharap dengan cerita ini, bisa mendatangkan pencerahan buat adik sehingga adik bisa menyadari sepenuhnya, dan kembali kepada semangat hidup yang adik pernah miliki, bagaimana? Adik mau tidak mendengarkannya, tanyaku. Dengan diikuti anggukan perlahan dari kepalanya, maka kumulai dengan sebuah cerita. Begini ya dik, ceritanya :
"Berhentilah menjadi Gelas"
Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung. "Kenapa kamu selalu murung, nak?, bukankah banyak hal yang Indah di dunia ini?, kemana perginya wajah bersyukurmu?", tanya sang Guru. "Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah, sulit bagi saya untuk tersenyum, masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang murid. Sang Guru terkekeh. "Nak, sana ambil segelas air dan dua genggam garam, bawalah kemari", pinta sang Guru. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu!. Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa segelas air dan garam sebagaimana yang diminta. "Coba ambil segenggam garam itu dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit." Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin. "Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru. "Asin, dan perutku jadi mual!," jawab si murid, dengan wajah yang masih meringis. Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan. "Sekarang kau ikut aku!.", Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat tinggal mereka. "Ambil garam yang tersisa tadi dan tebarkan ke danau itu!". Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya. "Sekarang, coba kau minum air danau itu!," kata Sang Guru. Sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?". "Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah, lalu menjadi satu terkumpul didanau ini. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya. "Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?" "Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas. "Nak!," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam, tidak kurang dan tidak lebih". Hanya segenggam garam!. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kamu alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar/ditakar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah. Si murid terdiam, mendengarkan. "Tapi Nak, rasa ‘asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah menjadi gelas. Jadikan kalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau." Kalau kamu nak, bisa merubah hatimu dari sebuah gelas menjadi sebesar danau itu, maka kamu bisa menerima semua masalah hidupmu dengan Ikhlas dan tak ada lagi rasa berat yang akan menghimpit diruang hatimu, maka kamu harus menata hatimu untuk setiap masalah hidupmu! ======oooOooo====== Itulah sebuah cerita singkat yang kuberikan buat pasienku sore kemarin, dan sudah kulihat wajahnya lebih memerah dengan diikuti sebuah senyuman kecil disudut bibirnya yang manis, sungguh ini sebuah kesadaran yang datangnya dari dalam dirinya sendiri, dan ibundanyapun sedikit terharu melihat perubahan yang terjadi pada putri cantiknya ini, sambil tak henti hentinya mengucapkan terima kasih kepada saya, karena sudah membantu menyadarkan putrinya yang sedang mengalami masalah yang dihadapinya. Saya kira sekian dulu sebuah sharingan sederhana, semoga bisa memberikan manfaat buat kita semua. Salam sehat dari saya, Dr. dr. Anugra Martyanto, di Purwokerto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H