Mohon tunggu...
Ayahnya Asti
Ayahnya Asti Mohon Tunggu... profesional -

Saya seorang praktisi dibidang pelayanan kesehatan (medis) yang saat ini tengah membina sarana pelayanan Independen di kawasan desa Rempoah, Baturraden, Banyumas Jawa Tengah, mempunyai obsesi ingin memajukan mutu pelayanan terdepan bagi semua lapisan Masyarakat tanpa kecuali, mengingat keprihatinan saat ini dengan pelayanan medis yang semakin sulit dijangkau oleh masyarakat kecil pada umumnya, saya juga mendedikasikan diri saya didunia pendidikan sebagai pengajar di beberapa institusi pendidikan kesehatan di kota tempat saya bekerja dan kota/negara lain, juga sebagai Konseling dan Motivator dibidang Kesehatan pada umumnya. Motto Saya adalah Hidup Sehat itu dimulai dengan Kesehatan Pikiran, Fisik, Mental, dan Lingkungan yang diawali dari Rumah, Smart Health from home including Mind, Body, Soul and Environment.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ooh Puyer di RCTI

18 Februari 2009   11:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:19 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah satu minggu lebih berita masalah seputar puyer diperbincangkan, dengan gencarnya diberitakan dampak puyer bagi pasien, mulai dari efek samping sampai bahaya yang mungkin terjadi, juga begitu gencarnya mencari info tentang puyer ini, sehingga ketua IDI pun angkat bicara.

Tergelitik juga saya ingin meluruskan tentang polemik puyer ini, sebenarnya puyer adalah sarana atau tepatnya salah satu cara metode pemberian obat kepada pasien yang membutuhkan therapy medis, jadi jelas ini merupakan salah satu opsi yang sering diresepkan seorang dokter dalam mengobati pasiennya, sama dengan cara cara pemberian lain dalam pemberian obat yaitu suntikan, infus, kapsul, tablet, tetes dan lain lain.

Sesungguhnya cara pemberian obat dalam dunia kedokteran dibagi atas : ( secara umum )

1. Pemberian secara oral ( diberikan melalui mulut ) : kapsul, tablet, tablet hisap, puyer, sirup dan lain lain

2. Pemberian secara IV ( intra venous ), obat yang dimasukkan melalui pembuluh darah vena

3. Pemberian secara IM ( intra musculair ), obat yang dimasukkan melalui otot

Khususnya mengenai puyer ini, jelas merupakan cara pemberian melalui mulut, artinya diminumkan kepada penderita, lantas yang sedang gencar dipermasalahkan adalah, jumlah bahan obat yang dikandungnya yang umumnya lebih dari satu macam obat ( polifarmasi ), pertanyaannya ? apakah ini aman buat penderita ?, baiklah, saya akan mencoba mengulasnya secara singkat agar semua kesimpangsiuran seputar puyer dapat menjadi sedikit jelas.

Puyer dalam istilah farmasi disebut juga Pulvis atau pulveres atinya serbuk, jadi puyer ini adalah sediaan berupa bahan bubuk obat yang bisa terdiri dari bahan tunggal atau lebih, dan isi kandungan dan jumlah dari bahan obat yang dicampur menjadi satu dalam puyer ini sangat tergantung dengan jenis penyakit yang ditemukan oleh si dokter juga dosisnya sangat tergantung pada berat badan, jenis kelamin dan umur dari penderita dan dalam menentukan keputusan membuat racikan dalam puyer ini sangat ditentukan atas rasionalitas dan indikasi yang tepat, ini yang menentukan manfaat sebuah puyer dapat menyembuhkan atau tidak, jadi bukan kepada jumlah bahan obatnya, yang sudah menjadi pemahaman yang sangat salah bahwa obat puyer lebih manjur dari jenis obat yang lain karena mengandung bahan obat yang lebih dari satu.

Lalu apakah penyebab pemahaman ini sudah mendarah daging di masyarakat kita ?, apa karena praktis dalam pemberiannya karena satu puyer sudah berisi bermacan macan obat ? atau karena lebih bersifat sugesti ? coba telaah lebih lanjut perbedaan polifarmasi dalam sebuah puyer dengan sebuah obat tablet, kita ambil contoh saja obat flu yang banyak beredar bebas di masyarakat, bukankah obat jenis tablet ini juga mengandung bahan obat lebih dari satu ( polifarmasi juga bukan ) saya sebutkan saja isinya seperti contoh tablet flu merek X : pasti mengandung paracetamol 150 mg, chlorpheniramin maleat 0,5 mg, dextrometorphan 80 mg, ascorbic acid 25 mg, dan cafein 0,5 mg.

Bukankah ini juga termasuk polifarmasi yang kurang lebih sama dengan puyer, yang membedakannya cuma dalam dosisnya dan bentuknya saja, lantas kenapa tablet ini tidak dipermasalahkan seperti puyer yang menghebohkan itu ?

Jadi yang penting bukan jenis pemberiannya, apakah itu puyer atau lainnya yang paling penting adalah rasionalisasi dan dosis dalam pemilihan cara pemberiannya, walaupun obat tunggal, tapi bila indikasi dan dosisnya tidak rasional dan tepat sasaran pastilah sangat membahayakan penggunanya, bukan menyembuhkan melainkan bisa menjadi racun yang paling berbahaya, jangankan obat yang tidak tepat dosis dan indikasinya, coba anda makan cabe rawit yang melebihi dosis, pasti anda akan sakit perut, atau contoh lain, coba anda minum air putih secara berlebih, pasti bisa membuat anda mabuk karena intoksikasi cairan, jadi kesimpulan sederhananya adalah " RASIONALISASI "

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun