Mohon tunggu...
Aulia Maulida
Aulia Maulida Mohon Tunggu... Sekretaris - menulis dan membaca hanyalah untuk mengisi waktu luang

tidak ada kekhawatiran yang akan mengubah masa depan

Selanjutnya

Tutup

Money

Masihkah? Atau Tidak?

16 Desember 2016   14:30 Diperbarui: 16 Desember 2016   18:42 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Masihkah Indonesia Pantas Menyandang Sebutan Sebagai Negara Agraris Terbesar di Dunia?

Sebelum ke pembahasan saya akan menjelaskan terlebih dahulu tentang Apa itu negara agraris. Negara agraris adalah negara yang memiliki wilayah pertanian yang sangat luas, memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Mungkin dari hal ini yang membuat Indonesia menjadi salah satu negara agraris terbesar di dunia.

Dari pernyataan diatas berarti negara Indonesia memiliki banyak potensi alam yang melimpah jika dilihat dari sektor pertaniannya. Yang menjadi pertanyaan terbesar saat ini ialah mengapa negara Indonesia masih impor atau sering mengimpor beras dari luar negeri? Padahal yang kita tahu negara Indonesia sendiri merupakan negara agraris yang penduduknya sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani maka dapat disimpulkan bahwa di Indonesia sendiri pasti banyak petani yang menanam padi dan sebagian besar yang ada pada saat ini memang petani petani lebih sering menanam padi daripada bahan pokok yang lainnya. Akan tetapi mengapa impor beras masih sering terjadi di negara kita yaitu negara Indonesia?

Apakah petani di Indonesia tidak bisa mengolah hasil pertanian?
Ataukah mesin pengolah hasil pertanian yang tidak memadai?
Bahkan Apakah masih ada problem lain yang mungkin tidak saya ketahui?

Menurut pendapat saya pribadi tidak mungkin seorang petani tidak bisa mengolah hasil pertaniannya tersebut. Jika memang pada akhirnya tidak bisa mengolah hasil pertaniannya maka petani tidak akan mungkin menanam apa yang tidak bisa ia kerjakan nantinya karena para petani juga pasti memikirkan atau meminimalisir kerugian yang pada akhirnya akan terjadi.

Beras-beras yang dihasilkan oleh petani di Indonesia ialah beras-beras yang bagus dan sangat layak dikonsumsi. Akan tetapi beras yang bagus dan layak dikonsumsi itu malah diekspor ke luar negeri, lalu Indonesia mengimpor beras dari luar negeri yang sudah tahu kualitasnya jelek dan menurut saya tidak layak untuk dikonsumsi. Seperti halnya beras raskin, yaitu beras yang di asumsikan untuk masyarakat miskin di Indonesia. Beras Raskin yang seperti pembaca sudah ketahui bagaimana bentuk dan wujudnya maka dari itu di sini saya tidak perlu lagi untuk menceritakan atau mendetailkan bagaimana bentuk dan rupa beras Raskin tersebut.

Mengapa saya mengatakan beras Raskin itu beras yang kita impor dari luar negeri Karena saya mengetahui itu dari dosen pembimbing saya yaitu ibu Nikmatul Masruroh. Beliau mengatakan bahwa beras Raskin itu beras yang kita impor dari luar negeri. Dari pengetahuan itu membuat saya semakin bingung mengapa pemerintah memberikan beras bagi masyarakat miskin dengan beras yang tidak layak konsumsi meski harganya memang sangat murah.

Disini harapan saya atau keinginan saya sebaiknya Indonesia tidak mengekspor beras ke luar negeri terlebih dahulu jika masih akan melalukan kegiatan impor beras dari luar negeri. Lebih baik negara Indonesia ini mencukupi terlebih dahulu kepentingan atau kebutuhan masyarakat Indonesia jika telah cukup maka lebihnya dari hasil pertanian tersebut boleh langsung di ekspor. Bukan malah melakukan ekspor besar besaran terlebih dahulu baru jika masyarakat Indonesia mengalami kekurangan beras lalu mengimpor dari luar negeri yang kualitas berasnya tak layak komsumsi dan jauh lebih bagus beras yang Indonesia ekspor ke luar negeri dibanding beras yang Indonesia impor dari luar negeri.

Saya di sini tidak hanya mengambil dari sisi ekspor impor beras, karena negara agraris tidak hanya memiliki hasil alam yang melimpah akan tetapi juga memiliki banyak lahan pertanian yang sangat luas. Nah sekarang saya akan membahas tentang lahan pertanian yang katanya sangat luas tersebut.

Apakah menurut pembaca lahan untuk pertanian yang ada di Indonesia ini masih luas?

Menurut saya tidak. Karena lahan pertanian yang biasanya kita tanami untuk mendapatkan hasil pertanian yang sangat melimpah berubah menjadi lahan yang berdirikan bangunan tinggi nan megah. Karena yang kita ketahui banyak sudah lahan pertanian yang dijual kepada perusahaan-perusahaan besar yang membutuhkan lahan kosong untuk dibangun perusahaan lagi.

Nah dari Pernyataan diatas menurut pembaca masihkah Indonesia menjadi negara agraris yang katanya terbesar di dunia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun