Mohon tunggu...
ANUGERAH OS
ANUGERAH OS Mohon Tunggu... Peternak - ~Penghobi hitam dan penggemar manis. HITAM MANIS, itu saja~

Selama kata masih merangkai kalimat Selama itu pula pena kan tetap berjaya Selama badan masih mengandung hayat Selama itu pula diri kan tetap berkarya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mencari Kehangatan di Belantara Lejja, Soppeng

14 Februari 2016   20:58 Diperbarui: 14 Februari 2016   21:28 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam minggu telah menjelang, waktu sholat magrib pun tiba. Satu per satu pengunjung beranjak keluar meninggalkan kolam. Ada yang ke kamar mandi untuk membilas badan dengan air yang lebih bersih atau berganti pakaian. Kamar mandi atau kamar ganti ini disewa dengan tarif Rp.2.000 untuk sekali pakai. Pengunjung yang lain ke villa masing-masing, ada yang terus ke musholla untuk menunaikan shalat magrib dan sebagian lagi langsung pulang.

Di beberapa tempat tersedia air yang dikeluarkan melalui pipa kecil semacam pancuran dan bisa digunakan untuk berwudhu atau sekedar cuci tangan atau kaki. Tetapi mesti hati-hati, sebab air pancuran itu juga adalah air panas sehingga untuk berwudhu harus ditampung dalam ember terlebih dahulu dan kemudian  dicampur air dingin. “Itu yang bikin lakuki air aqua di sini...” ujar seorang ibu penjaga warung menawarkan sebotol air Aqua isi 1 liter. 

 

Awal malam yang tenang, setenang air kolam yang mulai ditinggalkan pengunjung satu-satu. Suasana yang berbeda dengan tempat parkir yang semakin ramai dengan kedatangan pengunjung, semakin malam semakin banyak saja kendaraan yang masuk. Area parkir semakin padat dijejali mobil, bus dan motor. Pengunjung Lejja yang membludak ini kemungkinan disebabkan libur akhir pekan yang sedikit lebih lama dengan tambahan libur Imlek. Dari pengakuan beberapa orang pengunjung bahwa kedatangan mereka ke tempat ini, tidak sekedar untuk piknik saja tetapi sengaja datang untuk melakukan terapi, karena dipercaya bahwa dengan berendam di air panas Lejja dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

 

Sebuah bangunan besar yang disebut baruga menjadi tempat menginap rombongan kami yang berjumlah sekira 80 orang. Baruga berdayatampung 300 orang ini sebenarnya multifungsi, selain menjadi tempat menginap untuk rombongan berjumlah banyak, juga sering menjadi tempat pertemuan atau kegiatan-kegiatan budaya dan kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Soppeng. Baruga sebagai satu-satunya bangunan berukuran besar ini disewakan dengan tarif Rp.500.000 per malam. Untuk villa berkapasitas 4 orang dikenakan tarif Rp.250.000 per malam. Jika pengunjung membludak, maka gazebo juga laku dengan tarif yang sama dengan menyewa sebuah villa. Ketika tidak ada lagi tempat untuk nginap, biasanya pengunjung bermalam di mobil saja atau tidur di musholla.

Mengawali malam minggu, alunan musik organ tunggal mulai mengalun, satu per satu teman mulai menyumbangkan nada sumbangnya, sambung menyambung menyumbang lagu, sumbang menyambung, sambung menyumbang. Jika ingin menyewa keyboard (elekton) dan playernya, maka kita harus menyediakan dana Rp.600.000 untuk 1 malam.

Dari villa yang lain kedengaran musik yang tak kalah seru, seolah si penyanyi antar villa tidak ingin kalah satu sama lain. Dangdut, pop, sampai alunan nanda sentimentil non stop menghibur mereka yang asyik berendam di kolam. Dari pantauan jarak dekat, selepas Isya, kolam-kolam mulai ramai lagi dengan aktivitas berendam dan hingga pukul 24.00, masih saja ada yang berendam di kolam air panas itu. 

 

Minggu pagi, pukul 06.00 suasana masih agak gelap. Saatnya berjalan-jalan di hutan Lejja. Untuk menjelajah hutan nan menawan ini, selain melewati beberapa jembatan, untuk mencapai tempat yang lebih tinggi atau turun ke tempat yang lebih rendah, jika tidak ingin mendaki dengan langsung menjejak tanah yang basah, maka kita dapat menapak tangga yang dibuat sedemikian rupa mengikuti alur kemiringan tanah.

 

Lebih jauh berjalan, di tempat yang lebih tinggi dan terpisah jauh dari kolam-kolam permandian, kita akan menemukan sumber mata air. Sumber air panas ini sepintas terlihat keluar dari bawah pohon tinggi yang menyerupai ketapel raksasa. Air itu kemudian mengalir di dinding batu hitam yang licin dan tampak mengepulkan asap. Saat menyentuh air di dekat mata air ini terasa panas menyengat, dan bisa membuat terlonjak jika baru pertama kali menyentuhnya. Air inilah yang disalurkan melalui pipa-pipa besi menuju kolam renang.

 

Sebuah pemandangan unik terlihat di bagian bawah pohon ketapel itu, terdapat banyak botol-botol plastik yang tergantung.  Beberapa pengunjung membawa misi tertentu dengan kepercayaan bahwa dengan menggantungkan harapan dan cita-cita yang disimbolkan dengan menggantungkan botol-botol plastik di pohon tinggi itu akan memudahkan tercapainya harapan dan cita-cita. Kelak ketika keinginannya sudah terpenuhi, sebagaimana yang mereka ucapkan saat menggantungkan botol itu, maka mereka akan kembali ke tempat ini untuk melepaskan botol tersebut. Hmm, ada-ada saja...

 

Air panas dari bukit batu tadi sebagian lagi mengalir  ke kali-kali kecil yang banyak terdapat di dalam hutan wisata. Di beberapa tempat terlihat saluran air panas seperti parit yang dibuat permanen dan berhubungan langsung dengan kali-kali tadi. Jika tidak sedang asyik berendam di kolam renang, pengunjung akan bermain air panas dengan mencelup-celupkan kaki atau tangannya di kali atau selokan kecil itu. Kecipak kecipuk air yang terdengar melengkapi damainya suasana alam. Pada kali yang agak besar terdapat jembatan kayu yang menghubungkan dua sisinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun