Oleh : ANUGERAH OETSMAN
***
(1) Di rumahnya yang beratap dan berdinding bambu belah Sang istri mengaduk kopi hitam tambah gula manisnya setengah Anak-anak pamitan siap berangkat ke sekolah Seduhan kopi tersaji sudah Manisnya sesuai pesanan terkecap lidah Senyum istrinya sumringah merekah Hari cerah nan indah Semangat melaut bertambah-tambah Nantikanlah
(2) Ia mendorong biduknya sekuat tenaga Tangannya kekar berurat berselempangkan jala Siaplah siap ia mengembara Menjelajah samudera Menggapai cakrawala Berbekal asa dan segenggam doa Bersahabatlah cuaca Hari ini rezeki berlimpah… Semoga
(3) Melengganglah biduk di laut lepas Dengan naluri, dengan petunjuk alam tanpa kompas Lajulah laju biduk laju di terik panas Di tengah laut bebas Ia berhenti tebar jala dengan tangkas Pandangan awas Berharap-harap cemas Ikan-ikan terjaring angkat ke atas Kala senja ia pulang dengan rasa puas
(4) Begitulah nelayan mencari nafkah berusaha Hanya itu yang dia bisa menyambung hidup keluarga Jika tak melaut tak ada kerja Tak bisa berbuat apa Ia pun tahu, laut tak bisa berdiam lama Adakala tak ramah cuaca Ombak mengganas badai melanda Tapi biduk tak kan surut walau bertaruh nyawa Karena... di laut jualah hidupnya
*** Bulukumba, 1010 2014
Sumber Illustrasi :Di sini
[Puisi] Pemulung [Puisi] Petani [Puisi] Peternak [Puisi] Bidan
[Puisi] Penjaga Mesjid [Puisi] Perantau [Puisi] Pengamen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H