Kapan pertama kali kamu berkenalan dengan komputer?
Bagi generasi milenial seperti saya, perangkat bernama komputer mungkin baru kami kenal ketika duduk di bangku sekolah menengah atau bahkan bangku kuliah. Saya ingat betul ketika semester pertama kuliah, kami mengikuti mata kuliah Dasar-dasar Pemrograman dan ternyata beberapa teman kuliah saya ada yang benar-benar tidak bisa mengoperasikan komputer. Saya sendiri juga baru bisa menguasai komputer di kelas 3 SMA setelah mengikuti kursus di sebuah lembaga pendidikan.
Puluhan tahun berlalu, kini tentunya teknologi sudah semakin dekat dengan kehidupan kita. Handphone sebagai salah satu bentuk perkembangan teknologi bisa dengan mudahnya kita temui di berbagai daerah dan bahkan hingga ke pelosok pedesaan. Anak-anak bahkan bisa dengan mudah menguasai penggunaan handphone hanya dengan beberapa kali menggunakan.Â
Ironisnya, berbeda dengan handphone yang sering kita genggam, ternyata komputer masih menjadi perangkat yang asing bagi sebagian besar pelajar. Di era yang serba digital seperti sekarang, mungkin sulit rasanya bagi kita untuk percaya kalau ada daerah-daerah di sekitar kita di mana anak-anak sekolahnya tidak mengenal yang namanya komputer.Â
Padahal sekarang ini komputer termasuk salah satu perangkat pembelajaran yang sangat krusial untuk dikuasai oleh siswa. Bahkan seharusnya sejak pendidikan dasar anak-anak kita sudah dikenalkan dengan perangkat komputer ini. Namun nyatanya memang demikian. Ketidakmerataan pendidikan di negara kita membuat ada sekolah di daerah terpencil yang tidak mendapat fasilitas lengkap dari pemerintah. Kalau begini, bagaimana kita berharap negara bisa akan maju jika pemerataan dalam hal pendidikan tidak terjadi?
Ruang Eksperd Hadirkan Pembelajaran Komputer Gratis di Sekolah Perdesaan
Pada satu hari di tahun 2018, seorang pemuda bernama Muhammad Iqbal Pratama bersama beberapa rekannya di komunitas Turun Tangan berkunjung ke sekolah yang ada di desa Jelapat Kabupaten Barito Kuala. Dalam kunjungannya ini, ia melihat sendiri bagaimana timpangnya fasilitas yang ada di sekolah tersebut dibandingkan dengan sekolah di kota. Sekolah ini memiliki mata pelajaran TIK namun tidak memiliki perangkat komputernya. Hal ini membuat para siswa tidak bisa belajar komputer dengan praktik dan hanya mengetahui teori komputer lewat gambar di papan tulis.
Prihatin dengan kondisi ini, Muhammad Iqbal Pratama yang kala itu menjabat sebagai koordinator dari komunitas Turun Tangan kemudian mencetuskan gerakan Ruang Ekstrakurikuler Perdesaan (Ruang Eksperd). Dengan mengajak serta beberapa relawan, Muhammad Iqbal dan rekan-rekan lainnya turun langsung mengajarkan para siswa di SMP Desa Jelapat terkait dasar-dasar komputer ini hingga akhirnya pada awal 2019 kegiatan Ruang Eksperd resmi dilaksanakan.Â
Tentunya kehadiran Ruang Eksperd ini disambut dengan sangat antusias oleh para siswa dan warga di sekitar desa tempat kegiatan dilaksanakan. Besarnya antusias para pelajar ini membuat Ruang Eksperd tak berhenti hanya di satu kali kegiatan pembelajaran. Dari awal dicetuskan hingga tahun 2024 ini, Ruang Eksperd telah mengadakan kegiatan pembelajaran sebanyak 5 kali yakni: