Mohon tunggu...
antung apriana
antung apriana Mohon Tunggu... Administrasi - ibu bekerja dengan 2 anak

working mom with 2 children, blogger www.ayanapunya.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menurunkan Ekspektasi pada Anak

27 Juli 2023   19:44 Diperbarui: 28 Juli 2023   03:57 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pola asuh orangtua (Parenting for Brains via kompas.com)

Kalau dari cerita yang dibagikannya setiap pulang ke rumah, anak saya itu memang termasuk cukup aktif di kelasnya. Saat beberapa kali menemani putri saya di sekolah, saya lihat juga anaknya memang bukan tipe anak pemalu dan tidak takut jika diminta guru ke depan kelas.

Selain kaget, tak bisa saya pungkiri kalau saya juga senang dan bangga anak saya dapat peringkat 1. Lalu ketika kemudian anak saya ternyata tidak lagi masuk 3 besar, apakah saya jadi kecewa di tahun ini? Jawabannya mungkin sedikit kecewa. 

Tanpa saya sadari, keberhasilan putri saya mendapat peringkat 1 di sekolah TK membuat saya memiliki ekpektasi yang sama untuk tahun ke duanya di Taman Kanak-kanak. Rasa kecewa yang kemudian menerbitkan pertanyaan kok bisa ya anak saya tidak masuk 3 besar sementara 2 teman lainnya masih bertahan?

Yumna sendiri saat saya tanya apakah dia sedih karena tidak lagi mendapat peringkat malah santai-santai saja. Malah dengan polosnya dia berkata, "Kan sudah tahun kemarin ranking satunya." Saya hanya bisa tersenyum mendengar jawaban polos anak saya. 

Di usianya yang masih 6,5 tahun Yumna mungkin belum mengerti tentang persaingan dan kompetisi. Atau mungkin dia adalah anak berwatak plegmatis seperti saya yang tidak terlalu suka berkompetisi? Entahlah saya sampai saat ini masih berusaha meraba bagaimana watak dan karakter anak saya itu. 

Dari pengalaman ini sendiri membuat saya sadar kalau saya harus siap untuk tidak terlalu berekspektasi tinggi kepada anak-anak saya. 

Saya mungkin bisa menahan diri untuk tidak membandingkan anak saya dengan anak orang lain. Namun kadang yang tidak bisa dihindari adalah saya tanpa sadar saya membandingkan anak saya dengan diri saya sendiri di masa kecil yang mungkin lebih baik dari anak saya. Karena tanpa kita sadari, membandingkan diri sendiri dengan sosok yang kita lahirkan bisa membuat kita berekpektasi terlalu tinggi pada anak. 

Contoh kecilnya, saya mulai berpuasa penuh di usia 4,5 tahun sementara Yumna bahkan di usia 6 tahun hanya bisa bertahan hingga pukul 12 siang. Ingin saya paksakan untuk diteruskan puasa namun rasanya tidak tega kalau-kalau anak saya jadi dehidrasi. Apalagi puasa ini juga masih belum diwajibkan untuk anak kecil. Jadilah saya berusaha menahan diri untuk tidak menyebutkan kalau saya sudah bisa berpuasa sejak masih TK meski mungkin hal itu bisa menjadi motivasi untuk anak saya melanjutkan puasanya. Alih-alih termotivasi, bisa-bisa anak saya malah merasa sebal karena dibanding-bandingkan. 

Sebagai orang tua, adalah wajar jika kita memiliki berbagai harapan untuk anak. Kita ingin punya anak yang pintar, berprestasi dan juga membanggakan kita sebagai orang tua. Namun di lain pihak kita juga tidak sebaiknya memaksakan keinginan kita pada anak-anak, seperti yang sering kita tonton di drama Korea, misalnya. 

Salah satu hal yang bisa kita lakukan untuk anak adalah dengan mendukung dan membantu mereka menemukan bakat dan minat mereka serta mengoptimalkannya sesuai kemampuan kita. 

Hal lain yang perlu diingat, kita juga perlu untuk menghargai setiap usaha dari anak, bukan hanya saat mereka berprestasi. Saat anak gagal, tak perlu membuat mereka merasa lebih terpuruk dengan menyudutkan anak. Bahkan akan lebih baik jika kita tetap memberikan selamat karena dirinya sudah berani mencoba. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun