Sejak memperoleh kemerdekaan pada tahun 1957, Malaysia telah berhasil mendiversifikasi ekonominya dari yang awalnya berbasis pertanian dan komoditas, menjadi ekonomi yang kini menjadi tuan rumah bagi sektor manufaktur dan jasa yang kuat, yang telah mendorong negara tersebut menjadi pengekspor utama peralatan listrik, suku cadang dan komponen elektronik.
Malaysia adalah salah satu ekonomi paling terbuka di dunia dengan rasio perdagangan terhadap GDP rata-rata lebih dari 130% sejak 2010. Keterbukaan terhadap perdagangan dan investasi telah berperan penting dalam penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan pendapatan, dengan sekitar 40% pekerjaan di Malaysia terkait dengan kegiatan ekspor.
Pertumbuhan ekonomi Malaysia terkontraksi alias minus 17,1 persen pada kuartal II-2020. Penyebabnya adalah pandemi virus corona (Covid-19) memukul ekspor dan konsumsi dalam negeri. Angka pertumbuhan ekonomi Malaysia tersebut merupakan rekor terendah sejak krisis keuangan Asia pada tahun 1998.Â
Pada periode yang sama tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Malaysia mencapai 4,9 persen. Adapun pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Malaysia mencapai 0,7 persen.
Bank Negara Malaysia (BNM) dan Departemen Statistik Malaysia (DOSM) yang merilis data pertumbuhan ekonomi tersebut hari ini menyatakan, semua sektor ekonomi terpantau mengalami pertumbuhan negatif pada kuartal II-2020.Â
Ini akibat kebijakan pembatasan sosial atau Movement Control Order (MCO) selama bulan April dan Mei 2020. Hanya sektor pertanian yang mengalami peningkatan produksi.
Menyusul rekor penurunan PDB Q2, aktivitas berkontraksi pada kecepatan yang jauh lebih lambat di Q3 karena pembatasan Covid-19 dikurangi pada awal Juni.Â
Ekspor menyusut pada kecepatan yang lebih ringan berkat peningkatan permintaan luar negeri, terutama untuk elektronik, sementara permintaan domestik berkontraksi kurang tajam, dengan belanja konsumen dan modal turun pada tingkat yang lebih rendah. Beralih ke Q4, data yang masuk menunjukkan bahwa pemulihan mungkin kehilangan tenaga.Â
Manufaktur turun lebih jauh ke wilayah kontraksi di bulan Oktober, mencerminkan pertumbuhan moderat dalam pesanan dan output baru. Ini, ditambah dengan pemulihan penguncian yang ditargetkan pada bulan Oktober, menjadi pertanda buruk bagi aktivitas pribadi.Â
Terakhir, pada 6 November, pemerintah mempresentasikan rancangan anggaran 2021 sebesar MYR 322,5 miliar (sekitar USD 78 miliar) ---yang terbesar dalam sejarah negara --- berdasarkan tingkat pertumbuhan GDP 6,5% --7,5% dan defisit fiskal yang lebih rendah sebesar 5,4% dari GDP.
Secara historis sebelum adanya pandemic covid-19 ekonomi Malaysia tumbuh cukup baik di angka 5.1% pada 2015, 4.4 pada 2016, 5.8 pada 2017, dan 4.8 pada 2018.Â
Dilihat dari proporsi Consumption, Investment, dan Net Export dari Malaysia sendiri dari tahun ke tahun mengalami kenaikan secara signifikan sedangkan Investment dari Malaysia yang terdiri dari business fixed investment, residential fixed investment, dan inventory investment mengalami penurunan dari 2015 hingga 2017 tetapi mengalami kenaikan secara besar-besaran pada 2018, hal yang menjadi salah satu faktor adalah neraca perdagangan dari Malaysia tumbuh sebesar 10% pada tahun 2018 yaitu pada ekspor manufaktur yang menyumbang 84,6% dari ekspor negara dan sisanya barang tambang dan pertanian.
Dilihat dari pertumbuhan GDP Malaysia sendiri dari tahun ke tahun meningkat secara signifikan dimana pada tahun 2015 sebesar 301.354 Billion US$ dan pada tahun 2018 berada di tingkat 358.581 Billion US$.Â
Berbeda dengan GNP Malaysia sendiri yang mengalami naik turun nilai dari tahun 2015 berada di 323.144 Billion US$ turun menjadi 309.244 Billion US$ pada tahun 2017 dan baru munculnya kenaikan pada tahun 2018 yang meningkat ke level 333.842 Billion US$.Â
Perbandingan antara GNP dan GDP dari Malaysia sendiri dapat dilihat dimana pada tahun 2015 dan 2016 GNP Malaysia lebih besar dibandingkan GDPnya, hal ini mengindikasikan bahwa lebih banyak orang Malaysia yang memiliki faktor produksi di dalam negri melebihi orang asing.Â
Sedangkan pada tahun 2017 dan 2018 tingkat GDP lebih besar daripada GNP dimana hal ini mengindikasikan bahwa pada kedua tahun ini lebih banyak orang asing yang memiliki faktor produksi dalam negri dibandingkan dengan masyarakat Malaysia sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H