Dua hari terakhir ini ada sesuatu yang seru di internet. Semua gara-gara Pilkada DKI dimana salah satu bakal calonnya adalah petahana yakni Basuki Cahaya Purnama alias Ahok. Dalam sebuah kesempatan, salah satu kandidat lain yakni Anis Baswedan sempat berbicara kepada media dan publik bahwa sungai bersih di Jakarta saat ini bukan karena Ahok melainkan karena merupakan program kerja Fauzi Bowo alias Foke.
Anis menyebut, Ahok hanya meneruskan saja program untuk Jakarta yang sudah digagas oleh gubernur sebelumnya. Ungkapan tersebut lantas menyulut jawaban beragam. Salah satu jawaban yang ramai dibicarakan adalah dari anggota pasukan oranye yang notabene pasukan kebersihan Pemprov DKI pimpinan Ahok.
Bukan hanya itu, para pendukung Ahok juga sepertinya tidak terima jika sungai bersih di Jakarta tersebut diklaim sebagai hasil kerja Foke. Hal itu kemudian menggugah beberapa orang untuk mengulik di Google mengenai sungai bersih karena siapa.
Namun siapa sangka jika Google juga memainkan peran dalam hal dinamika Pilkada DKI kali ini. Pasalnya, setiap diketik di kolom pencarian “sungai bersih karena foke”, Google memberikan jawaban yang merupakan hasil dari saran pencarian yakni “sungai bersih karena ahok”.
Google selalu menyarankan kalimat sungai bersih karena foke menjadi sungai bersih karena ahok. Dan uniknya, ini bukan hanya terjadi ketika kita mengetik kata “sungai” saja.
Coba ketikkan “surabaya bersih karena foke” nanti Google juga akan memberikan hasil berdasarkan sarannya, yakni “surabaya bersih karena ahok”. Aneh kan?
Ada seorang teman yang lantas bertanya kepada saya, bagaimana membuat hal ini? Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apakah sehebat itu tim cyber Ahok hingga bisa mengendalikan mesin pencari Google?
Saya punya pendapat lain. Semua ini tak lepas karena adanya algoritma Google terkait pencarian. Hal itu dipengaruhi oleh:
1. Kata Populer
Kata populer ini merujuk beberapa waktu lalu kita disuguhkan informasi mengenai bersihnya sungai-sungai di Jakarta semasa kepemimpinan Ahok. Selain itu muatan berita di berbagai media online begitu santer dan tentu saja ini menjadi catatan tersendiri bagi mesin Google.
Belum lagi, pencarian di Google tentang hal ini cukup tinggi. Kalimat “sungai jakarta bersih karena ahok” memiliki rating yang sangat tinggi, sehingga Google mencatatnya. Sama halnya ketika kita mengetik di keypad beberapa ponsel Android. Sudah ada kata prediksi yang muncul karena ponsel telah merekam rangkaian kata-kata yang sering kita ketikkan. Google juga demikian
2. Kata Antonim
Google memiliki mesin yang bisa mengurai bahasa. Dia bisa mengidentifikasi mana kalimat antonim, sinonim dan sebagainya. Bukan hanya berdasarkan database kamus besar, tetapi juga dari traffict yang berseliweran di internet. Foke pernah menjadi lawan Ahok dalam Pilkada DKI.
Kalimat-kalimat atau kata-kata kontradiktif atas keduanya kerap menghiasi media online. Google mencatat itu sebagai kata antonim. Kata “Foke” telah menjadi satu kosakata tersendiri yang dalam “kamus besar” Google merupakan kata lawan (antonim) dari kata “Ahok”
Jadi, jika “sungai bersih karena foke” lantas Google memberikan hasil “sungai bersih karena ahok” itu tak lepas dari algoritma, traffict, kalimat populer dan kata antonim di mesin pencari Google. Rangkaian kata “bersih karena ahok” telah menjadi kalimat tersendiri pada mesin pencari Google. Jadi menurut saya, itu bukan perihal cara licik tim Ahok "menguasai" Google, seperti dituduhkan beberapa orang.
Meski tidak menutup kemungkinan traffict seperti itu bisa “dikerjain” oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Sepertinya begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H