Kelulusan sekolah, ini merupakan saat dimana kita merasakan senang dan haru. Â senang karena sudah lulus meninggalkan bangku sekolah dan melanjutkan ke jenjang berikutnya. Dan haru karena harus berpisah dengan sekolah beserta isinya.
Yang paling menarik adalah Merayakan kelulusan dengan tradisi corat-coret seragam dan konvoi motor maupun mobil, jelas tindakan itu pasti menimbulkan perdebatan masyarakat antara yang pro dengan yang kontra atas tindakan tersebut. Mari aku bahas walaupun hanya sedikit :)
Dari sisi para pelaku, tindakan itu merupakan cara mengespresikan serta meluapkan kegembiraan setelah menempuh sekolah sekian lama, banyak tekanan, pengorbanan waktu menghadapi Ujian Nasional, serta terbebas dari tugas sekolah lagi, seolah-olah mereka telah bebas terbang kemanapun tanpa mempedulikan lingkungan sekitar.
Masyarakat yang pro
Orang-orang didalamya kebanyakan adalah orang yang dulunya melakukan tindakan diatas yaitu corat-coret seragam dan konvoi motor/mobil, tetapi bedasarkan survei kecil-kecilan mereka hanya setuju dengan tindakan corat-coret seragam, tidak dengan konvoi motor karena mereka sadar itu menggangu kenyamanan umum. Ada alasan yang bisa diterima dengan aksi corat-coret seragam, mereka mengangap itu sebuah kreatifitas reflek tanpa ide, dan biasanya seragam tersebut dicorat-coret dengan tanda tangan anak satu kelas serta teman-teman lainya yang merupakan rasa kebersamaan, persahabatan, serta perjuangan bersama dalam menempuh sekolah, dan merupakan kenangan yang tak bisa tergantikan dalam hidup. Akupun setuju akan kenangan itu, sebuah rasa persahabatan yang akan menimbulkan rasa kangen dan ingin Reuni jika melihat tanda tangan yang menempel dibaju. Ijazah bukanlah kenangan persahabatan, itu merupakan surat hasil kerja individu masing-masing yang bisa saja membuat lupa akan teman-teman lama.
Masyarakat yang kontra
Orang-orang didalamnya kebanyakan tak melakukan tindakan diatas yaitu corat-coret seragam dan konvoi motor/mobil saat mengenyam pendidikan sekolah. Dan menganggap hal-hal tersebut adalah sia-sia serta menggangu kenyamanan umum dengan konvoi motor. Ada beberapa alasan yang aku dapatkan, yaitu sebuah tindakan urakan yang dianggap  sebagai ciri anak nakal, merugikan orang lain dijalan, buang-buang duit beli cat, saat konvoi dapat menimbukan tawuran pelajaran,  lebih baik seragamnya disumbangin kepada orang-orang yang membutuhkan walaupun setelah aku tanya hanya 1-2 dari mereka yang menyumbangkan bajunya dan yang lainya diam.
Ada beberapa pesan saat yang dapat aku ambil dari tradisi merayakan kelulusan, janganlah mengira setelah lulus terus bebas begitu saja, ingat kebebasan itu mengerikan, kebebasan itu sebuah kutukan jangan menganggap bisa melakukan apa saja asal itu membahagiakan, jelas itu salah.  kebebasan itu ilusi kita ingin kebebasan tapi tak benar-benar menginginkan  serta kita butuh kebebasan tapi takut menghadapi kebebasan yang sesungguhnya. Rayakanlah kelulusan dengan tak merugikan orang lain, itu sebuah awal perjalanan penentuan.
Sedikit saja apa yang bisa saya tulis, jelas masih kurang. Silahkan ditambahi jika mau..
Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H