Mohon tunggu...
Anto Rifa
Anto Rifa Mohon Tunggu... -

daun yang jatuh tak pernah membenci angin #tereliye

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karimun Jawa Belum Merdeka

21 September 2012   03:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:06 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13481990201087393998

Karimunjawa saat ini menjadi salah 1 destinasi pariwisata dalam Visit Jateng 2013. Memang keindahan alam dan bawah lautnya yang masih alami boleh diadu dengan tempat-tempat wisata bahari lain di Indonesia. Kepulauan yg terdiri dari 27 pulau (hanya 5 yang berpenghuni) memiliki keunikan tersendiri. Pantai pasir putih, sunset yang cantik, snorkling, dan diving menjadi andalan pariwisata. Namun tak adil rasanya, jika pemerintah hanya menjual keindahannya tanpa mempedulikan sarana dan prasarana untuk masyarakatnya terlebih dahulu. Perkembangan pariwisata Karimunjawa hanya bisa dinikmati para pemilik modal dan segelintir masyarakat. Mulai dari sarana transportasi. KMP Muria melayani penyebrangan Jepara – Karimunjawa dengan waktu tempuh ± 6 jam. KMC Kartini I dengan waktu tempuh ± 3 jam melayani rute Semarang-Jepara-Karimunjawa. KMC Express Bahari 9 yang baru beroperasi bulan aret 2012 kemarin melayani rute Jepara – Karimunjawa dengan waktu tempuh ± 2 jam. Hal yang biasa jika masyarakat Karimunjawa kehabisan tiket kapal, terutama di akhir pekan dan musim liburan. Tiket-tiket kapal sudah di booking oleh agen-agen dan biro wisata. Masyarakat yang sebagian besar semula berprofesi sebagai nelayan, banyak yang menyewakan kapal-kapal mereka kepada wisatawan. Sehigga jumlah nelayan semakin berkurang, jumlah tangkapan semakin sedikit dan tingginya pesanan ikan oleh hotel dan homestay menyebabkan harga ikan melambung tinggi. Masyarakat yang tidak mampu melaut sendiri harus merasakan imbasnya. Air bersih. Di musim kemarau tak sedikit masyarakat mengkonsumsi air payau untuk kegiatan sehri-hari. Di Karimunjawa hanya ada 1 buah tampungan air bersih yang bersumber dari sungai di atas bukit. Lagi – lagi masyarakat harus (terpaksa) mengalah dari hotel dan homestay. Penampungan air tersebut rencana pengelolaannya akan di ambil alih oleh PDAM.Semoga bukan hanya wacana dan jika memang terealisasi, semoga PDAM mampu mengelolanya dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan semua pihak. Masalah utama dari sekian masalah adalah listrik. Selama ini listrik di Karimunjawa menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) milik Pemda Jepara. Harga tarif listrik yang begitu tinggi dibanding tarif dasar listrik PLN disebabkan PLTD diwajibkan menggunakan solar dengan harga industri. Ditambah lagi biaya angkut solar ke Karimunjawa juga tidak murah. Dengan mahalnya tarif listrik itupun listrik tidak menyala selama 24 jam. Untuk Desa Karimunjawa listrik menyala dari pukul 18.00 WIB – 06.00 WIB. Sedangkan untuk Desa Genting, Desa Kemujan, Desa Parang (Pulau Parang), Desa Nyamuk (Pulau Nyamuk) hanya menyala pada pukul 18.00 WIB – 24.00 WIB. Padahal masyarakat membutuhkan listrik tidak hanya pada malam hari saja...... Kapan listrik 24 jam bisa menerangi pulau kami....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun