Mohon tunggu...
Anton Wijaya
Anton Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Perawat yang suka ngeblog, serta mengikuti dan berbagi di media sosial. Biografi lengkap, ada di http://medianers.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hikmah di Balik Kasus Rekaman Setya Novanto

3 Desember 2015   22:03 Diperbarui: 3 Desember 2015   22:23 1569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pembicaraan antara Setya Novanto dan Riza Chalid direkam oleh Maroef Sjamsoeddin dalam sebuah pertemuan. Rekaman 1 jam lebih itu dilakukan oleh Maroef Sjamsoeddin dengan cara sangat sederhana, yakni dengan menggunakan Handphone di letakkan di atas meja. Uniknya, Setya Novanto dan Riza Chalid tidak menyadari bahwa pembicaraan mereka sedang disadap oleh Maroef Sjamsoeddin.

Malam ini, (3/12) sidang MKD sedang berlangsung dan disiarkan oleh salah satu stasiun televisi swasta. Banyak pertanyaan mirip oleh " yang mulia" mengacu pada Maroef Sjamsoeddin tentang apa motivasi Maroef Sjamsoeddin merekam pembicaraan tersebut, terkesan ia menjebak lawan bicaranya? Maroef Sjamsoeddin membantah, bahwa "Saya tidak ada motivasi melakukan  penjebakan terhadap setya dan riza." Ungkapnya pada "yang mulia." Lantas apa motivasinya?

Terlepas apapun motivasi Maroef Sjamsoeddin, yang jelas suhu politik di Indonesia menjadi memanas akibat dari isi rekaman menyebar keranah publik. Banyak kepentingan di dalamnya. Menyangkut nama-nama tokoh publik dan pejabat negara ada dalam isi rekaman. Penonton berimajinasi dan memiliki persepsi berbeda melihat "adengan" never ending process ini. Pembuktian sedang berjalan, ada apa di balik itu semua?

Pelajaran berharga dari kasus rekaman

Penulis tidak mendalami kelanjutan dari kasus rekaman, juga tidak mempelajari  konten rekaman. Penulis tertarik melihat fenomena ini akan jadi role model di kemudian hari, dilakukan di tempat berbeda oleh orang berbeda yang tidak memiliki kewenangan untuk merekam dan menyadap orang lain. Idealnya kasus ini wajib masuk ke ranah hukum, sebagai efek jera dari akibat/dampak mempublikasikan atau mengedarkan hasil dari menyadap pembicaraan orang lain.

Pesan penting dalam kasus ini adalah, mengingatkan pada kita semua untuk selalu waspada dan hati-hati dalam mengeluarkan ucapan, apa lagi sekelas pejabat. Salah satu anggota MKD yang penulis tidak ingat namanya menuding, Maroef Sjamsoeddin dengan sengaja merekam, karna ia selalu memancing dan menggiring pembicaraan, sehingga Setya Novanto dan Riza Chalid pun dengan gamblang bercerita panjang-lebar, sementara Maroef Sjamsoeddin hemat mengeluarkan kata-kata.

Kejadian serupa bukan tak mungkin akan terjadi pada anda, saya dan kita semua di kemudian hari, mungkin teman atau orang lain yang memiliki hubungan bisnis. Sewaktu-waktu bisa saja memanfaatkan situasi dan kelengahan. Untuk itu, seperti kata bang napi, " Waspadalah waspadalah, kejahatan terjadi bukan semata karena direncanakan, tapi karena ada kesempatan." 

Ambil hikmahnya dari kasus rekaman ini, untuk berhati-hati berbicara hal sensitif di pertemuan tertutup, meskipun tertutup, niscaya akan bisa terbuka lebar seperti yang sedang kita tonton malam ini.(AW)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun