Peniti, handphone murah dan sepeda motor harga "miring" berasal dari China . Hampir semua yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari terbuat dari China, termasuk modem Huawei yang saya gunakan untuk mempublikasikan artikel ini. Oke! dari sektor teknologi anggap Indonesia dijajah China. Mari kita lihat industri obat dan makanan. Apakah rakyat Indonesia cinta produk dalam negri? saya tidak bisa menjawab ya atau tidak. Tapi, lihat saja situs obat herbal di internet, dengan bangga mengatakan segala macam penyakit dapat disembuhkan dengan obat herbal dari china. Kakak saya 2 bulan yang lalu masuk Rumah Sakit dengan diagnosa Polip Endometrium sehingga mengalami perdarahan. Secara diam-diam, di ruang rawat inap dia minum obat herbal dari china, berkat rayuan temanya. Kata beliau, setelah keluar dari Rumah Sakit, perdarahanya cepat berhenti dan lekas sembuh, karena minum obat herbal dari China. Saya tidak bisa membuktikan secara ilmiah. Jelas-jelas dokter memberikan obat anti perdarahan dan sempat transfusi darah 3 kantong. Masih juga bilang, cepat sembuh, karena obat herbal dari China. Kira-kira begitu fanatiknya terhadap obat herbal dari negeri tirai bambu tersebut. Beberapa hari ini, saya galau. Kenapa produk china terlalu banyak di Indonesia? Saat berbelanja ke swalayan. Saya juga melihat kue, permen, coklat dan makanan ringan. Seperti, kerupuk kentang berlabel China. Sungguh ironis. Ternyata, jeruk juga di impor dari China. Saya hanya bisa urut dada, pedagang buah di pasar begitu semangatnya menjelekan jeruk dari petani Indonesia. Pedagang buah lebih bangga menyodorkan jeruk yang dibungkus plastik berhuruf China. Beliau juga berkata, kalau mau jeruk yang manis, ya jeruk dari China. Kegalauan saya semakin kronis, ketika Singkong juga di impor. Republika Online mempublikasikan  11/7/2012, sebanyak 5.057 ton Singkong, seharga 1,3 juta dolar AS di Impor dari China. Akhirnya, saya bertanya sendiri dalam hati dan belum mendapatkan jawaban apa-apa. [caption id="attachment_200183" align="alignnone" width="720" caption="Fotografer : Erison J.Kambari"][/caption] Apakah nusantara tak lagi subur? Kemanakah petani Indonesia? Apakah rakyat Indonesia  tidak lagi mencintai produk dalam negri? Apakah Pemerintah tidak malu jadi jajahan bangsa asing?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H