“Bapak-Ibu sekalian. Kita semua tentu butuh keadilan bukan?”, kalimat tanyapun keluar sekali lagi dari bibir sang pengkhotbah. “Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”, timpal penonton yang mulai bersemangat lagi dengan terbunuhnya diam sang pengkhotbah. “Nah, kalau memang pengen keadilan, maka Bapak-Ibu tentu butuh seseorang yang akan membimbing Bapak-Ibu semua menuju keadilan kan?”, tanyanya lagi. “Yaaaaaaaaaaaaa”, bagaikan koor penonton menjawab bersamaan. Sambil tersenyum Sang Pengkhotbah melanjutkan lagi ujarannya. “Bagus! Itu berarti Bapak-Ibu sekalian memang ingin menjadi masyarakat yang maju. Bukan masyarakat kacangan. Bukan masyarakat yang mau saja ditindas. Dan karena itu, saya, atas nama seluruh mahkluk yang ada di bangsa ini, mendeklarasikan diri sebagai calon anggota DPR. Setuju???!!!”, suara Sang Pengkhotbah serak tapi tetap lantang terdengar. Para penonton terdiam. Tapi jumlah yang berbisik-bisik semakin banyak. Ada pula yang meludah. “Gimana Bapak-Ibu? Setujuuuuuuu??!!!”, tanya Sang Pengkhotbah seakan memelas meminta jawaban. Tak seorang pun menjawab. Satu per satu penonton mulai meninggalkan tempat.
“Jualan kecap rupanya”, gumam si Doles yang jualan es campur. “Ah..basi”, timpal Ukhriyah yang jualan baju. “Kurang kerjaan”, sahut Imran sambil menghidupkan sepeda motornya, siap-siap ikutan ngacir. Tapi Sang Pengkhotbah tidak bergeming. Dia tetap melanjutkan orasinya. “Bapak-bapak, Ibu-ibu, saudara sekalian!”, ia membuka kembali pidatonya dengan serak, tapi tetap bernada tinggi.
“Rokok-rokok! Aqua dingin!!”, pedagang asongan mulai lagi menjajakan dagangannya. “Sayang anak, sayang anak!”, tukas penjual mainan tak mau kalah. Dan suara Sang Pengkhotbah pun kembali tenggelam di keriuhan orang-orang di pasar itu.
(Darussalam, 2013)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H