Mohon tunggu...
Anton Suparyanta
Anton Suparyanta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis+Editor Buku; -kiperbukulejen Detik Detik UN- xixixixiixixixiiiiiiii.....

Selalu belajar. Ikuti proses. Panen sukses. =========== yuuukkkkk, direviuuu buku saya ini! cocok utk konten en proyek merdeka belajar. BUKA Buku Baca Buku Cuan Resensi (Diandra, 2022) JENAMA dan Jemawa, selilit esai dan kritik sastra (Beranda Intrans Publishing, 2023)

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Gaya Cinta Intelektual Muda di Bawah Pusar Adat Indonesia Timur

8 Mei 2023   20:55 Diperbarui: 11 Mei 2023   20:30 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yordan menggenggam tangan Ros lalu membawanya ke mobilnya. "Kita pergi sekarang juga," katanya sambil membuka pintu mobil. "Saya masih capek, Ojan," Ros berkata pelan. "Tidurlah!" Yordan membiarkan Ros bersandar di bahu kirinya. Dia menyalakan mobil. (hlm. 455-456)

Yuuukkk, tancap gas berpikir di dalam mobil yang gegas tancap gas. Abad berlari di tengah adab berlari juga.

Larik-larik akhir inilah menjadi satu titik semiotik novel. Picisan? Bukan! Murahan? Bukan? Justru akhir penceritaan yang intelek, licik naratif. Gimik kehidupan ditabuh.

Tentu risiko novel montok akan mengundang satu sisi penceritaan yang esais. Muatan opini atau esai tentang hidup dan kehidupan tokoh dan masyarakat dipaparkan gamblang. Maria Matildis Banda runtut meramu rentetan kisah cinta yang montok dengan protagonis Rosa Dalima. 

Ros menjadi bidan cekatan puskesmas desa hingga meraih karier bidan di RSU kota, Ende, Flores, NTT. Terkesan jelas rangkaian sisipan petuah atau khotbah ilmiah sang pengarang sengaja dituliskan sebagai bumbu cerita. 

Gaya penceritaan novel klasik Indonesia terasa diungkap kembali, semisal novel adat yang jaya pada zaman Balai Pustaka 20'an.

Kisahan cinta-nafsu hingga cinta-kasih menjadi bumbu yang semata-mata diaduk-aduk. Kenikmatan cinta-nafsu dan cinta-kasih dikejami oleh kuatnya kearifan lokal setempat. 

Gender laki-laki disombongkan. Adat dijunjung tinggi. Kesombongan laki-laki dibenarkan oleh adat-istiadat. Adat menempatkan lelaki menjadi superior, istimewa, hebat, kuat, nomor satu, dan selalu berada di garda depan.

Maria Matildis Banda mengingatkan pada kisahan novel Lengking Burung Kasuari (2017) yang beraroma perang Trikora setting Papua karya Nunuk Y Kusmiana, meskipun tokohnya berlatar Jawa Timur. Jelas, isi berbeda. Akan tetapi, niatan berkisah serupa. Datar. 

Penceritaan digarap sengaja mengalir, pendek-pendek setiap kisahan. Nyerocos seperti orang ngomong. Tak tahunya roh cerita seperti penokohan atau plot pun menjadi korban. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun