Mohon tunggu...
Anton Suparyanta
Anton Suparyanta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis+Editor Buku; -kiperbukulejen Detik Detik UN- xixixixiixixixiiiiiiii.....

Selalu belajar. Ikuti proses. Panen sukses. =========== yuuukkkkk, direviuuu buku saya ini! cocok utk konten en proyek merdeka belajar. BUKA Buku Baca Buku Cuan Resensi (Diandra, 2022) JENAMA dan Jemawa, selilit esai dan kritik sastra (Beranda Intrans Publishing, 2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Buku Favorit+Penerbit Bonafit= Siswa Aktif + Guru Kreatif

4 Mei 2023   15:30 Diperbarui: 4 Mei 2023   15:35 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kemdikbud.ri/instagram

Itulah deret satirenya. Guru tak merdeka. Semu. Digitalisasi membunuh nyali guru. Artinya, siapa pun guru yang tidak peka tersangkut digital, ia tergilas informasi. Hebatnya, informasi terkini adalah humus bagi siswa. Gilanya, tidak sedikit siswa terkini sudah tergila-gila gawai, gandrung medsos, dan mabuk informasi. Jadi, ilmu, pengetahuan, dan wawasan tergres sudah diperangkap alat canggih yang setiap saat bisa diunduh dengan kelincahan jemari.

Karenanya, jadilah guru pembelajar, bukan semata guru pengajar. Bukan zamannya lagi mengelap-lap keemasan Oemar Bakri. Di sinilah misi Merdeka Belajar episode 23 tentang buku bermutu dan episode 5 tentang guru penggerak selalu ditagih kiprahnya.

Camkan lima pesan Mas Menteri kepada guru. Guru dan peserta didik sama-sama pembelajar, sama-sama pendidik. Guru pun harus siap menjadi teladan peserta didik yang baik manakala si peserta didik berperan menjadi “guru cilik”.

Tak butuh ilmu pinunjul bagi guru, tetapi butuh dedikasi dan pelayanan ultima. Sadarilah karitasi sebab guru sebagai pengajar terbaik kini telah digeser penuh oleh digitalisasi “mbah gugel”. Dialah guru paling hebat untuk pemenuhan kognitif. Dia menjadi guru mesin pencari tercepat, terbanyak, terlengkap, terbaru.

Satu sisi mentalitas guru hilang, tergantikan oleh peranti. Solusinya, lompatlah guru. Rebutlah karakter sebab sisi ini tidak dipunyai peranti secanggih apa pun. Guru sebagai pengajar telah “mati” sampai di sini. Guru diakui sebagai jenama atau merek profesi tinggallah mengolah karakter. Karakter manusiawi selalu gagal disisipi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Guru yang berkarakter inilah dicari dan diidolai peserta didik.

Mas Menteri telah mengikrarkan bakat, hobi, dan portofolio menjadi tunggangan pendidikan. Literasi, numerasi, dan karakter menjadi garda meskipun masih abstrak. Hanya guru yang berkarakter pembelajar akan pinunjul. Guru mau bermain banjijamping metani bakat, hobi, dan protofolio peserta didik.

Artinya, jika mau mengeklaim diri seorang guru yang penuh dinamika dan jatmika, silakan keluar dari zona nyaman. Di sanalah Taman Merdeka Belajar dengan status guru merdeka akan tumbuh penuh apresiasi di ranah Merdeka Budaya. Bukan semata-mata gegara ribut hipokrisi karena merebut jatah sertifikasi.

Out of the box, inilah apresiasi guru untuk meraih milestone jauh ke depan. Apresiasilah untuk Mas Guru St Kartono dan J Sumardianta (Yogyakarta) adalah prototipe guru yang diburu Mas Menteri. Nick Saragih (Jakarta), Supadilah (Banten), Bambang Kariyawan dan Riki Utomi (Riau), Ary Yulistiana dan Wagimin (Solo), Budi Wahyono (Semarang), Resmiyati (Klaten), dan Sidik Nugroho (Pontianak) adalah contoh guru petarung yang laik diunggulkan, guru berjenama, guru bersahabat media.

Guru melek-buku, melek-literasi. Idola guru trendi. Inspiratif: “guru visioner menuju insan cendekia berkat buku bacaan bermutu”. Roh Merdeka Belajar dari jiwa Ki Hajar makin bergerak menjadi program transformatif favorit. Salam guru merdeka yang jelas dan pasti akan disangga buku-buku bacaan favorit dari para penerbit bonafit! ***

*) Anton Suparyanta, esais dan staf manajerial buku di penerbit PT Intan Pariwara, Klaten, Jawa Tengah

#SemarakkanMerdekaBelajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun