Menanggapi komentar budayawan Betawi Bapak Ridwan Saidi di Kompas (14/4/2016), bahwa menggusur masyarakat di Pasar Ikan berarti menghancurkan peradaban. Pertama tama harus kita kembali menggali apa yang dimaksud dengan peradaban, yang banyak dikutip oleh para ahli di Indonesia yang dapat saya pakai sebagai referensi yaitu :
Prof Dr. Koentjaraningrat;peradaban merupakan bagian yang halus dan juga indah layaknya seni, masyarakat yang telah maju didalam kebudayaan berarti mempunyai peradaban yang tinggi. Dapat juga istilah peradaban dipakai sebagai dasar penilaian terhadap perkembangan kebudayaan. Di sebut masyarakat mempunyai peradaban yang tinggi yaitu saat kebudayaan mencapai sifat yang paling halus, paling indah, paling tinggi, paling sopan, paling luhur.
Albion Small, menurutnya peradaban ialah kemampuan manusia didalam mendorong dasar kemanusiaanya untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya, kebudayaan ini mengacu kepada bagaimana manusia mampu untuk mengendalikan alam, dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya, yang mengarah kepada perbaikan kualitas hidup yang bersifat kualitatif dan juga batiniah, kebudayaan itu juga bersifat material, faktual, relevan dan juga nyata.
Peradaban terus berkembang seiring dengan bertambahnya pengetahuan manusia (lihat definisi dari Albion Small), hidup menjadi lebih berbudaya dan berkualitas, budaya menjadi semakin halus dan lebih indah (Lihat definisi dari Koentjaraningrat). Sudah seharusnya peradaban bercirikan berikut:
1. Adanya pembangunan kota-kota baru dengan menggunakan tata ruang yang baik, indah, dan juga modern
2. Digunakannya Sistem pemerintahan yang tertib dikarenakan terdapat hukum dan juga peraturan.
3. Berkembangnya bermacam macam ilmu pengetahuan dan juga teknologi yang lebih maju  seperti astronomi, kesehatan, bentuk tulisan, dan lain-lain.
4. Masyarakat yang lebih kompleks dalam berbagai jenis pekerjaan, keahlian, dan juga strata sosial
Mungkin cukup sudah berteori, saat nya melihat kasus pasar ikan, bukannya membela petahana, tetapi melihat sejarah peradaban manusia, selalu ada intervensi terhadap peradaban untuk memperbaiki atau merubah peradaban yang ada.
Contoh sederhana yang menurut saya relevan yaitu bagaimana masalah alami manusia yaitu maaf buang hajat, yang saya alami sewaktu saya kecil didesa, closet jongkok dan kamar mandi dengan bak airnya  yang besar digunakan untuk menampung air itu, yang ada dan yang saya gunakan sehari hari.Â
Tetapi seiring berjalannya waktu dan saya mengenal 'peradaban' yang baru, yaitu closet duduk dengan selang semprotannya dan konsep kamar mandi kering. Peradaban saya berubah walaupun sampai saat ini saya belum bisa menggunakan tissue toilet paper. Karena menurut saya tidak higienis. Sewaktu saya mempunyai rejeki membangun rumah saya buat kamar mandi nya menggunakan sistem yang modern itu , closet duduk, tidak ada bak mandi, alias kamar mandi kering. Sampai saya menikah dan punya anak. Anak anak saya adalah hasil dari peradaban baru, mereka terbiasa menggunakan closet duduk, dan tidak biasa menggunakan closet jongkok. Apakah ini lebih baik saya tidak tahu, tapi menurut survey lebih higienis.
Cukuplah masalah toilet kita bahas, intinya adalah perubahan peradaban yang saya alami berbeda dengan yang terjadi pada anak saya. Saya mengalami perubahan langsung, anak saya mengalaminya dari lahir dan menganggapnya sebagai hal lumrah.
Kasus ini ingin saya samakan dengan kasus masyarakt pasar ikan yang tergusur. Petahana ingin mengubah peradaban masyarakat menjadi lebih baik, dan lebih tinggi. Dari peradaban tinggal diatas laut menjadi peradaban rumah modern. Dari peradaban lama dimana seorang nelayan harus tinggal di pinggir laut, menjadi peradaban baru, nelayan tinggal di rumah susun dan saat melaut tinggal berangkat ke laut. Petahana menyediakan sarana dan prasarana yang cukup, mobil antar jemput dari rusun ke pasar ikan, dan lainnya.
Meningkatkan peradaban manusia, apa salah?, dulu sejarah peradaban kita mencatat perubahan dari monarki ke republik. Banyak raja raja yang terkena imbasnya. Sekarang yang kita rasakan adalah demokrasi karena pemimpin dipilih oleh kita sendiri.
Karena ini merupakan tulisan saya pertama, saya tidak berani berpanjang lebar, yang pasti dalam sejarah manusia selalu ada intervensi agar peradaban itu menjadi semakin maju dan berkembang. Begitu juga dengan peradaban pasar ikan, akan menjadi lebih baik modern dan manusiawi. Peradaban tidak akan habis tapi akan berkembang menjadi lebih baik, mari kita dukung menuju peradaban yang lebih baik.
Â
Â
Sampit 16 April 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H