Mohon tunggu...
anton
anton Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S2 Kajian Sejarah FISIP UNNES, Guru SMA

Suka diskusi dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Boleh Ada Matahari Kembar di Majapahit! (Kisah Raden Wijaya Vs Ranggalawe)

23 Januari 2023   19:21 Diperbarui: 23 Januari 2023   19:35 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cita-cita Raden Wijaya dan para pengikutya akhirnya terwujud. Kesabaran pada akhirnya membuahkan hasil. Kediri dapat direbut kembali oleh trah Rajasa. Tahun 1293 berdirilah Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya dinobatkan mejadi raja pertama dengan gelar Prabu KertarajasaJayawardana
Anantawikramottunggadewa.

Raden Wijaya mengumpulkan seluruh pengkut setianya. Ia memberikan jabatan-jabatan penting kepada siapa saja yang berjasa besar. Arya Wiraraja yang turut merealisasikan berdirinya Kerajaan majapahit diangkat menjadi Mantri Mahawiradikara dengan kekuasaan wilayah Lumajang hingga Blambangan. Ranggalawe diangkat menjadi Adipati Tuban, Lembu Sora diangkat menjadi perwakilan raja di Daha. Adapun Nambi diangkat menjadi perdana menteri. Jabatan Nambi lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Pengangkatan Nambi menjadi perdana menteri menimbulkan protes dari Ranggalawe.

Menurutnya jabatan itu lebih pantas diberikan kepada pamannya yakni Lembu Sora atau dirinya. Dia menilai jasa dan pengorbanan pamannya jauh lebih besar dari Nambi. Lembu Sora sebenarnya bisa menerima keputusan itu. Namun Ranggalawe menilai raja tidak adil dan bijaksana. Raja telah mengingkari kesepakatan yang telah dibuat saat masa pelarian dulu. Dengan nada tempramen Ranggalawe memprotes keputusan raja. Sikap Ranggalawe itu dianggap tidak sepatutnya dilakukannya terhadap raja. Ranggalawe pergi meninggalkan ruangan dan kembali ke Tuban.

Protes Ranggalawe itu lalu dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang membencinya. Pihak ketiga ini bukan mempersatukan justru malah memanas- manasi keadaan. Terjadilah adu domba antara Rangglawe dengan rajanya. Raden Wijaya menuduh Ranggalawe akan berbuat makar. Begitu juga Ranggalawe menganggap rajanya takut tersaingi pamornya dengan dirinya. Perseteruan itu akhirnya semakin memuncak tak bisa didamaikan. Ranggalawe mengobarkan perlawanan terhadap Majapahit.

Majapahit menyerbu Tuban dengan pasukan lengkap. Pertempuran berdarahpun terjadi secara tidak seimbang. Para prajurit yang dahulu berjuang bersama mendirikan Majapahit kini saling berhadap-hadapan dengan tatapan saling membinasakan satu dengan yang lainnya. Di bawah komando Kebo Anabrang, pasukan Majapahit berhasil menumpas pasukan Ranggalawe. Ranggalawe sang pahlawan Majapahit itu tewas sebagai pemberontak.

Janji tinggallah janji. Manusia cendrung tidak rela membagi kekuasaan kepada orang lain. Dengan segenap tenaga, ia akan mempertahankannyameskipunharus mengingkari janji dan mengorbankan sahabatnya sendiri. Dalam situasi konflik akan selalu ada pihak- pihak yang memancing di air yang keruh. Mereka pun akan sama menginginkan kekuasaan yang mengiurkan. Kejernihan dan kehati-hatian dalam menerima informasi adalah kunci keselamatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun