Mohon tunggu...
anton
anton Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S2 Kajian Sejarah FISIP UNNES, Guru SMA

Suka diskusi dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengorbankan Sahabat demi Kekuasaan (Kisah Seteru Ken Arok dan Kebo Ijo)

19 Januari 2023   18:30 Diperbarui: 23 Januari 2023   19:40 1933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bahagia di atas penderitaan orang lain" adalah pribahasa yang tepat dalam menggambarkan sifat manusia. Sifat yang sering ditemukan dalam sejarah kehidupan. Dahaga kekuasaan tak akan pernah kering selama kematian belum menjemputnya. Satu pintu kekuasaan terbuka, maka ia akan berusaha memasuki pintu kekuasaan lainnya.

Demi menggapai cita-citanya, sering kali manusia harus meminta tumbal. Ambisi kekuasaan mendorngnya menghalalkan segala cara menuju puncak-puncak kesuksesan. Setan telah meliputi hatinya melakukan perbuatan- perbuatan tak terpuji.

Darah dan air mata telah menjadi saksi bahwa kesuksesan sering kali meminta korban. Ia melukai kepercayaan, menciderai persahabatan, bahkan menghabisi manusia lainnya. Dan pada suatu masa doa manusia yang dizaliminya diamini Sang Pencipta. Keturunannya bersimbah darah dari tikaman ujung keris yang sama.

Adalah seorang pemuda bernama Temu. Perampok yang kerap menjadi bulan-bulanan penduduk. Hampir saja nyawanya melayang dihabisi penduduk setempat. Penduduk amat geram dengan tingakhnya yang selalu membuat onar. Pertemuan berharga itu merubah arah garis sejarahnya. Temu ditakdirkan bertemu oleh seorang pendeta Buddha bernama Eyang Lohgawe.

Dalam suasana penuh tekanan batin, petuah Eyang Lohgawe laksana air hujan membahasahi   tanah   yang   tandus.   Tanah   itu akhirnya berubah menjadi gembur. Temu merasa pertemuan ini adalah momen akhir dari sepak terjangnya menjadi perampok. Eyang Lohgawe mengajaknya agar ikut belajar bersamanya menimba ilmu agama. Temu kemudian mengubur dalam-dalam masa lalunya, mengganti namanya menjadi Ken Arok.

Eyang Lohgawe adalah pendeta Buddha yang amat dihormati di daerah Panawijen Tumapel.9 Semua penduduk pasti mengenal tokoh agama dari India ini termasuk Sang Akuwu Tunggul Ametung.

Dengan penghormatan yang besar itulah memudahkannya bernegosiasi. Ia meminta Tunggul Ametung menerima muridnya Ken Arok menjadi pengawalnya.

Ken Arok begitu kaget melihat Istana Tumapel begitu megah. Ia amat takjub kepada Tunggul Ametung yang begitu gagah. Konon ia juga memiliki permaisuri yang sangat cantik. Saat pertama kali melihatnya, bagaikan ada magnet yang menariknya. Matanya tertuju kepada permaisuri cantik nan jelita.

Menjadi Abdi Tumapel

Tunggul Ametung menerima Ken Arok menjadi bagian dari Tumapel. Ia memiliki tugas khusus mengawal rombongan Akuwu. Kecekatan dan ketangkasannya membuat decak kagum Sang Akuwu. Dari prestasi itulah Ken Arok dipercaya menjadi pengawal pribadi.

Menjadi pengawal pribadi Sang Akuwu adalah keistimewaan tersediri. Ken Arok menjadi sangat paham karakter sang Akuwu dengan segala tindak-tanduknya. Semakin dekat dirinya dengan kekuasaan, membuatnya semakin paham kelebihan dan kelemahan Sang Akuwu.

Ia juga menjadi paham siapa sebenarnya Ken Dedes. Sehingga terbukalah sudah rahasia dinginnya sikap Ken Dedes selama ini. Ken Dedes adalah gadis yang diculik oleh Tunggul Ametung dari seorang Brahmana bernama Mpu Purwa. Ia dalah seorang brahmana lurus yang mengungsi ke Tumapel menghindari keganasan raja Kertajaya.

Tunggul Ametung memang tidak jauh berbeda sifatnya dengan rajanya yang sombong. Bahkan ia ingin menyamai Kertajaya dalam hal kemegahan, padahal ia hanyalah seorang akuwu.

Kisah ini bermula saat Tunggul Ametung singgah di rumah Mpu Purwa dengan tujuan ingin meminang Ken Dedes. Sayangnya pada saat itu Mpu Purwa sedang berada di hutan. Sang Akuwu begitu terpesona dengan kecantikan Ken Dedes. Saking terpesonanya, ia tidak sabar lagi menunggu lama-lama.

Tanpa menghormati tuan rumah, Sang Akuwu mengambil paksa Ken Dedes lalu membawanya pergi. Ken Dedes tak berdaya melawannya. Ia hanya bisa menangis sembari berdoa, mengutuk tindakan tak beradab.

Mendapati putrinya diambil paksa akuwu, Mpu Purwa sangat geram. Kegeraman semakin bertambah karena tidak ada satupun penduduk yang mau buka mulut siapa sesungguhnya yang menculik anaknya.

Sumpah serapah keluar dari mulutnya. "Hai orang yang melarikan anak ku, semoga tidak mengenyam kenikmatan, matilah dia dibunuh dengan keris. demikian juga orang-orangPanawijen, keringlah sumurnya, semoga tidak keluar air dari kolamnya".

Itulah sekelumit kisah mengapa Ken Dedes menjadi permaisuri Tunggul Ametung. Rasa ketidaksukaan mulai merasuki Ken Arok terhadap majikannya ini.

Saat ia sedang mengawal, ia seperti mendengar jeritan hati sang permaisuri. Saat mata permaisuri menatap Ken Arok, ada sebuah pesan yang ingin disampaikan namun tertahan. Hingga akhirnya Ken Arok dan Ken Dedes menjalin komunikasi terlarang.

Jeritan hati yang dirasakan Ke Arok benar adanya. Bahwa Ken Dedes sama sekali tidak mencintai suaminya. Ia menceritakan kepiluannya kepada sang pengawal. Ia merasa seperti burung dalam sangkar emas. Hatinya amat sedih karena tidak bisa bertemu sang ayah.

Betapa Ken Arok terkejut sekaligus terhormat permaisuri bercerita apa adanya. Ada rasa khawatir dan was-was komunikasi ini diketahui orang lain. Bukankah ini akan menjadi aib?. Mengapa harus aku yang mendengarkan kisah ini? batin Ken Arok bertanya-tanya.

Dalam kegundahannya, Ken Arok bercerita kepada sahabat dekatnya Kebo Ijo. Sama seperti Ken Arok. Kebo Ijo adalah pengawal yang cukup terhormat di mata Tunggul Ametung. Sayangnya Kebo Ijo memiliki sifat suka pamer kepada kawan- kawannya. Kebo Ijo dan Ken Arok merupakan anak muda yang punya keinginan menjadi akuwu. Merka saling bercerita dan berbagi kisah suka- duka menjadi pengawal setia Tumapel.

Pada suatu ketika saat mengawal Ken Dedes, angin berhembus semilir, menerpa rombongan permaisuri. Saat Ken Dedes turun dari kereta kencana, angin menerpa balutan kain yang dikenakan Ken Dedes. Tanpa sengaja Ken Arok melihat betis dan bagian rahasia Ken Dedes yang bersinar. Sinar itu amat menyilaukan matanya. Kejadian ganjil ini membuat Ken Arok semakin penasaran. Ia sampaikanlah peristiwa ganjil ini kepada sang guru Eyang Lohgawe.

Betapa terkejut mendengar cerita Ken Arok. Dengan pandangan mata menerawang, Eyang Lohgawe menyimpulkan bahwa Ken Dedes memang wanita yang istimewa. Ia memiliki tanda- tanda sebagai wanita nareswari. Kelak dia akan menurunkan raja-raja besar.

Secara tidak langsung Eyang Lohgawe semakin memberikan semangat kepada Ken Arok untuk mewujudkan mimpinya menjadi akuwu. Meskipun ia tidak sampai mengijinkan Ken Arok membunuh Tunggul Ametung. Tidak mungkin seorang pendeta memerintahkan untuk membunuh.

Ken Arok berkeyakinan sinyal yang diberikan Ken Dedes bagitu nyata. Ken Dedes mencintai Ken Arok. Siang malam Ken Arok selalu memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa mengkudeta Tunggul Ametung. Kebencian Ken Dedes dan Ken Arok kepada Tunggul Ametung melahirkan pesekongkolan. Ken Arok yang pada awalnya ingin mengabdi kepada Tumapel, kini berubah menjadi Ken Arok yang haus kekuasaan.

Atas saran dari Ayah angkatnya terdahulu Bango Semparan, Ken Arok mendatangi seorang pandai besi yang amat terkenal di Tumapel. Masyarakat biasa memanggil Empu Gandring. Kualitas senjata yang dibuatnya terkenal hingga Kediri. Ia meminta Empu Gandring membuatkan Keris    dalam    waktu    lima    bulan. Namun permintaan itu tidak disanggupinya. Mpu Gandring meminta waktu satu tahun untuk menyelesaikannya. Ken Arok menyepakati permintaan Empu Gandring.

Ambisi yang membuncah memaksa Ken Arok menemui Mpu Gandring kembali. Ia ingin mengambil keris yang sudah dipesannya. Rasanya sudah tak sabar ingin memilikinya.

Mpu Gandring masih menyempurnakan keris yang belum jadi itu. Dia tidak berkenan memberikannya kepada Ken Arok. Meskipun Ken Arok memintanya, ia tetap teguh pada pendiriannya.

Ken Arok lalu merebut keris itu dari tangan Mpu Gandring, lalu menusukkan ke tengah dadanya dang Empu. Makian dan cacian keluar dari Ken Arok meluapkan kekesalannya kepada Mpu Gandring. Begitu juga Mpu Gandring, dalam keadaan sekarat bersimbah darah ia mengutuk Ken Arok. Ia bersumpah bahwa keris itu akan membunuh tujuh generasi pembawanya.

Setelah Ken Arok berhasil mengambil keris dari tangan Mpu Gandring, ia menujukkan ke sabat dekatnya Kebo Ijo. Betapa Kebo Ijo terpesona dengan keris yang di bawa sahabat karibnya itu. Ia meminta izin kepada Ken Arok untuk meminjamnya sementara.

Kebo Ijo tanpa menyadari telah masuk perangkap Ken Arok. Kebo Ijo memang pengawal yang tangkas, sayangnya ia punya sifat suka pamer benda pusaka. Kelemahan ini dimanfaatkan oleh Ken Arok demi mewujudkan ambisinya. Masyarakat Tumapel beranggapan bahwa pemilik keris itu adalah Kebo Ijo.

Ken Arok tahu betul strategi yang akan dilakukan selanjutnya. Ia mengambil kembali keris tanpa sepengetahuan Kebo Ijo. Keris itu akan digunakan untuk membunuh Sang Akuwu Tunggul Ametung.

Pagi buta, Tumapel digemparkan oleh kematian Sang Akuwu. Tubuhnya kaku besimbah darah dengan keris menancap di perutnya. Atas perintah Ken Dedes dikumpulkanlah semua tokoh- tokoh penting Tumapel untuk mencari tahu siapa pelakunya. Tak butuh waktu lama, semua pihak mengarah kepada satu nama yakni Kebo Ijo.

Kebo Ijo-lah pelakunya, karena dialah yang memiliki benda pusaka itu. Kebo Ijo yang juga ikut hadir dalam pertemuan itu mengelak bahwa dirinya bukanlah pemilik keris itu. Namun tatatapan para tokoh penting di Tumapel seolah tidak percaya. Tekanan begitu kuat menyerangnya. Dirinya kembali meyakinkan bahwa yang memiliki keris itu adalah Ken Arok.

Ken Arok membantah bahwa keris itu adalah bukan miliknya. Ken Arok pun menjelaskan bahwa sesungguhnya Kebo Ijo memang terobsesi ingin menjadi Akuwu. Betapa terpukulnya hati Kebo Ijo. Ternyata ia dijebak sahabat karibnya sendiri. Hancur berkeping-keping persahabatan yang telah dibangun.

Apa daya seperti maling yang ketangkap basah, Kebo Ijo menjadi luapan kemarahan tokoh- tokoh yang hadir. Semuanya sepakat agar Kebo Ijo dihukum seberat-beratnya. Ken Dedes sebagai penentu kebijakan setuju agar Kebo Ijo dihukum mati.

Setelah beberapa lama Ken Dedes yang mengandung janin Tunggul Amatung memerintah Tumapel sendiri dengan bayang-bayang Ken Arok. Hingga akhirnya Ken Dedes mendeklarasikan calon pendamping hidupnya yang baru yakni Ken Arok.

Tidak ada yang berani membantah keputusan Ken Dedes atas pilihannya. Semuanya merestui keputusan itu. Secara otomatis kini Ken Arok adalah Akuwu Baru Tumapel yang sah.

Demikianlah godaaan kekuasaan memperseterukan anak manusia. Pemuda lugu yang pada mulanya ingin mengabdi kepada majikan, lalu tergoda ingin menjadi Akuwu. Ambisinya tak terkendali. Segala cara dilakukan untuk mewujudkannya. Meskipun harus menghianati kepercayaan, merusak persahabatan bahkan membunuh orang-orang yang telah membantunya. 

Tinta sejarah telah mencatatanya bahwa kekuasaan yang diperoleh dengan mengahalalkan segala cara pun akan hilang. Siapa yang menananm kebaikan maka ia akan menuainya. Begitu juga siapa yang menanam keburukan ia pun akan menuainya. Ken Arok mati ditikam keris oleh anak tirinya sendiri Anusapati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun