Mohon tunggu...
Anton Sadewa
Anton Sadewa Mohon Tunggu... Petani - MAHASISWA UNU PURWOKERTO

Hobi Saya Berkebun

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kearifan Lokal Desa Kedungbenda Harmoni Pertanian Terpadu dan Keberlanjutan

22 September 2024   22:05 Diperbarui: 23 September 2024   13:39 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seiring dengan perkembangan teknologi modern yang semakin maju, kearifan lokal tetap menjadi landasan penting dalam sistem pertanian di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu contoh nyata adalah praktik pertanian terpadu di Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga. 

Praktik ini mengintegrasikan berbagai aspek pertanian dengan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam. Sistem ini tidak hanya berfokus pada produksi, tetapi juga pada efisiensi, keberlanjutan, serta pemeliharaan keseimbangan ekosistem. Dengan metode pengolahan yang bijaksana, masyarakat Desa Kedungbenda berhasil menciptakan siklus pertanian yang efisien dan berkelanjutan, bahkan di tengah tantangan modern seperti perubahan iklim dan ekonomi global.

Pemanfaatan pohon kelapa oleh penderes

Sistem pertanian terpadu ini diawali dengan aktivitas penderes yang mengambil nira dari pohon kelapa. Air nira ini kemudian diolah menjadi gula jawa, di mana Desa Kedungbenda telah lama menjadi salah satu penghasil gula jawa terbesar di wilayah Purbalingga. Berdasarkan data desa, rata-rata produksi gula kelapa per rumah tangga mencapai 100-150 kilogram per bulan.Pendapatan dari produksi gula jawa ini menjadi sumber penghasilan utama bagi 40% keluarga di desa ini.

Selain itu, masyarakat desa juga memiliki pekerjaan sampingan dengan memelihara ternak, terutama sapi. Pengelolaan sapi di desa ini tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi, tetapi juga menyokong praktik pertanian yang lebih berkelanjutan.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Air bilasan wajan untuk minum sapi memaksimalkan sumber daya

Alih-alih membuang air bilasan wajan bekas pengolahan nira yang berpotensi mencemari lingkungan, masyarakat Desa Kedungbenda memanfaatkannya untuk minuman sapi. Air bilasan tersebut mengandung sisa-sisa gula, mineral, dan senyawa organik yang berguna bagi sapi. Praktik ini memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada tanpa membebani lingkungan. Data dari studi lokal menunjukkan bahwa pemanfaatan air bilasan ini mampu menghemat hingga 20% penggunaan pakan tambahan untuk sapi, yang juga mengurangi biaya pemeliharaan ternak.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Simbiosis antara petani dan sapi harmoni antara ladang dan pakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun