Berdiri megah di sekitar Magelang, Borobudur sesungguhnya masih menyimpan misteri hingga kini. Salah satunya adalah relief Karmawibhangga. Bagian yang tersembunyi di kaki candi itu menggambarkan hukum sebab akibat, samsara dan karma kehidupan manusia.
Jika dikilas balik ke belakang, nama Raffles tidak bisa dipisahkan dari Karmawibhangga. Gubernur Jenderal Inggris di Hindia Belanda(1811-1815) itulah yang secara tidak sengaja mengungkap keberadaan relief tersembunyi tersebut. Saat berkunjung ke Semarang tahun 1814, ia mendapat laporan adanya sebuah candi di Desa Bumisegoro. Jiwa apresiasinya yang tinggi membawanya ke tempat itu. Di sana, ia menemukan sejumlah batu berukir yang tersembul di antara pohon rindang dan semak belukar.
Wilayah itu pun langsung dibersihkan. Dua bulan dibenahi, wujud utuh bangunan masih belum diketahui. Ketika sedang membongkar batuan pada salah satu sudut di bagian bawah itulah, didapatkan relief-relief ’aneh’, yang dipercaya sebagai kaki candi asli. Selama ratusan tahun kaki candi asli itu tertutup oleh batuan kaki candi yang bisa kita saksikan saat ini.
Kumpulan relief tersebut pun lantas didokumentasikan. Banyak hal menarik dari untaian relief-relief itu. Ajaran-ajaran penting dalam agama Budha tergambar. Sebagian reliefnya dari keseluruhan yang berjumlah 160 panel pengerjaannya belum selesai, bahkan ada yang sengaja dirusak. Tentunya ini merupakan hal menarik untuk dicermati secara visual dan mengundang misteri tersendiri.
Inskripsi yang bisa terbaca dengan jelas mengutarakan tentang virupa (wajah buruk). Di bawah tulisan memang teramati ukiran sejumlah manusia yang digambarkan berwajah buruk. Mereka sedang merenung menyesali perbuatan mereka sebelumnya, yang menyebabkan terjadinya ’hukum karma’. Inskripsi lain bertuliskan abhidhya (suasana tidak menyenangkan), vyapada(keinginan buruk), dan mitthyadrsti (perbuatan palsu).
Yang menjadi misteri hingga kini adalah mengapa panel-panel tersebut tertutup oleh kaki tambahan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kisah dalam panel tersebut terlalu tabu untuk diperlihatkan ke masyarakat. Di panel tersebut memang kita bisa menyaksikan adegan persetubuhan, aborsi, termasuk penggambaran figur yang sedang direbus hidup-hidup. Hingga kini nampaknya belum ada teori yang benar-benar pasti tentang hal tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H