Bila "grand-scenario" itu benar ada, maka penulis lebih merujuk pada kemungkinan yang terakhir. Mengapa ? Pilihan penulis lebih disebabkan oleh faktor reaksi atau tanggapan Cina sebagai calon pesaing utama perebutan dominasi. Â
Bila tidak ada motif tentang tatanan dunia baru, mengapa Cina yang berposisi sebagai penantang baru justru memperlihatkan sikap tangan besi pada negara tetangga yang lebih lemah (negara di Laut Cina Selatan) dan bahkan pada wilayah angkatnya Hongkong.Â
Sikap tangan besi Cina menunjukkan bahwa ia percaya-diri atau sangat tahu kelemahan lawan utamanya; sebagaimana Bismarck percaya pada kedigdayaan Jerman di PD 1; sikap kritik keras Cina pada tatanan dunia yang ada juga terkesan jelas dari reaksi nonkompromi terkait dominasi di ranah dunia maya atau internet beserta segenap produk IT sertaan lainnya. M
Mengapa Cina mengambil sikap tegas dan bahkan terkesan tangan besi alih-alih mengambil simpati untul memperoleh dukungan negeri tetangga? Â
Ada tiga alasan utama, pertama mempertahankan kepentingan ekonominya dari ancaman terebut dari pesaing utama, dan kedua, bila terjadi perang, Â penentu kemenangannya bukan lagi pada banyaknya sekutu, melainkan lebih pada faktor kecanggihan teknologi dan sumberdaya manusia.Â
Alasan kedua inilah yang menjadi pendasaran murkanya Cina pada Inggris ketika tahu bahwa Inggris akan menampung warga Hongkong. Dan ketiga, bila  terjadi akibat mega-fatal dari perang, kedua negara adijaya telah punya kapling di luar-angkasa, kapling untuk manusia unggul ber-SDM mumpuni.Â
Akhirnya, yang tersisa di dunia lantak bak padang-pasir global, tinggal penduduk dunia ketiga yang masih saja sibuk meramal hari kiamat. Padahal kiamat berjalan sudah sejak saat ini, dan tidak terjadi secara dadakan seperti yang selalu kita yakini; hanya kehancuran pungkasannya-lah yang bersifat dadakan.
Tapi benarkah semulus itu jalannya skenario besar? Bukankah keyakinan berlebih ini juga pernah diidap oleh seorang Hitler? Mungkin saja karena kita telah belajar sejarah dan belajar perhitungan yang kian rumit, alur skenario besar itu jadi kecil kemungkinan sesatnya.Â
Tapi kemungkinan sesat akan tetap ada selama keputusan akhir masih terkondisikan oleh misteri kasih dan hasrat-hasratnya. Jadi, mulailah belajar menimbun cinta alih-alih menumpuk puja.
Lalu apa kaitannya semua hal "ngoyoworo" ini kupaparkan? Kaitannya adalah keprihatinan bahwa masih saja banyak yang ingin jadi penguasa dadakan di tengah prosesi kiamat, masih banyak yang mencerca dan melecehkan tenaga medis sebagai pendusta wabah.
Masih banyak yang beranggapan pendidikan kita belum dalam kondisi sekarat dan perlu (sekali) langkah terobosan untuk mewujudkan SDM handal. Mungkin, memang kita hanya butuh kiamat dadakan; jangan khawatir, aku akan jadi rekan setiamu sekalian; karena kemarahan sekaliber presiden-pun kalian abaikan..