"Hidup adalah tentang kemampuan dalam menangkap sinyal dari semesta, memaknai setiap pesan Ilahi yang disampaikan oleh-Nya dalam beragam cara".
Setiap insan manusia yang menuju usia pernikahan biasanya mempersiapkan dirinya masing-masing untuk memantaskan diri. Karena, pastinya menuruti egonya manusia sendiri tentu ingin memiliki jodoh atau pasangan hidup yang baik bagi dirinya maupun keluarganya.Â
Jodoh terbaik tidak datang secara tiba-tiba, namun terkadang harus melalui berbagai hambatan di depannya.Â
Baik agama, hukum negara dan masyarakat memiliki kriteria-kriteria ideal kepantasan untuk menikah. Menikah itu perlu namun dengan tidak terburu-buru, menggebu-gebu bahkan bisa membuat kecewa jikalau tidak sesuai dengan harapan.Â
Muhasabah diri mungkin lebih baik dalam mempersiapkan diri karena saat kita berpasrah dan mengharafkan jodoh yang baik bisa saja menghampirinya.
Apa sih niat kita menikah?, kenapa pula kita harus memantaskan diri?Â
Jangan sampai kita terjebak dengan niat yang salah. Jangan sampai juga kita niat memperbaiki diri ini hanya karena supaya mendapatkan calon suami yang baik, mari kita simak hadits dibawah ini :
Niatkan bahwa memantaskan diri karena untuk meraih ridhlo Allah SWT, apapun yang kita minta pasti Allah kabulkan bahkan bahkan diberi kemudahan beserta solusi terbaiknya.Â
Jikalau kita berniat dengan ikhlash untuk meraih ridhlo-Nya, maka Allah juga akan ridhlo memberikan suami yang baik dan terbaik untuk kita, mendapatkan jodoh terbaik janganlah dijadikan tujuan, akan tetapi kita berbuat baik supaya kita mendapatkan suami yang baik pula.
Banyak ditemukan kasus seperti ini : "dia udah cantik, pintar, shalehah, usia pas untuk menikah dan punya anak, karir bagus tapi sayang tidak nikah-nikah juga", pasti banyak juga yang pernah mendengar hal seperti ini, atau juga pertanyaan "kapan menikah?".Â
Terkadang kita merasa sudah siap untuk menapaki jenjang serius yaitu jalan menikah namun ditengah jalan banyak menemui hambatan, entah dari diri sendiri atau orang lain.Â
Ber-husnudzan saja, Allah SWT mungkin tidak mau kita terluka karena kita belum siap untuk menikah, menghindarkan diri kita dari masalah rumah tangga yang sangat pelik dan sulit. Menghindarkan diri kita dari pasangan yang suka berbuat maksiyat dan kasar pada istri.Â
Mungkin juga Allah ingin memberikan waktu bagi kita untuk memantaskan diri kita sendiri supaya bisa menjadi diri pribadi yang lebih baik lagi, atau mungkin Allah SWT ingin memberi waktu bagi kita untuk lebih dulu dekat kepada-Nya, mendekatkan diri kepada sang pemilik jodoh.
"Hidup adalah sekumpulan impian dan ujian yang saling berkompromi membentuk sebuah harmoni, mencari titik keseimbangannya sendiri"
Mari kita manfaatkan waktu 'menunggu' dan 'memantaskan diri', agar kita siap untuk menjadi istri yang baik, pintar juga shalelah, agar kita siap menjadi ibu yang baik dalam mendidik dan membesarkan anak-anak kita, agar kita siap menjadi menantu yang baik dan bisa menjadi muslimah yang sejati.Â
Ada beberapa hal yang harus kita pahami dalam upaya memantaskan diri, nah apa saja itu?
1. Harus punya Ilmu
Ikatan pernikahan bukanlah ikatan yang bisa dipermainkan, didalamnya terdapat beribu-ribu berkah, pahala, mendatangkan kebaikan, namun juga tidak lepas dari masalah-maslah rumah tangga.Â
Sebelum kata'SAH' mengikat dua insan manusia, hendaklah membekali diri dengan ilmunya rumah tangga karena kita akan berkeluarga, maka banyak ilmu yang harus kita pelajari, diantaranya :
- Ilmu menjadi istri yang baik
- Ilmu menjadi ibu yang baik
- Ilmu menjadi menantu yang baik
- Ilmu agama, dan
- Ilmu sosial kemasyarakatan.
"Ya Allah, duhai yang maha pengasih dan maha penyayang, karuniakanlah kepada kami hati yang penuh cinta, dan selalu condong pada kebenaran-Mu, hati yang selalu ingin berbuat pada kebaikan, hati yang penuh dengan kasih sayang, seperti yang telah dicontohkan oleh manusia terkasih, terhebat sepanjang zaman : Muhammad sang Rasul teladan".
2. Perbaiki apa yang ada di dalam diri
Sejatinya apa yang ada di dunia ini tidak ada yang sempurna, mencari yang sempurna hanya akan membuat kita tidak puas. Maka hendaklah perbaiki dulu apa yang ada didalam diri kita, apakah sudah baik atau belum, apakah sudah pantas atau belum, carilah kekurangan yang ada dan tingkatkan lagi amal baiknya.Â
Karena suatu hal yang sangat disayangkan karena kebanyakan orang melupakan aib yang melekat kepada dirinya, serta menutup mata dari kekurangan yang ada.Â
Lebih parah lagi ada yang bersikap sebaliknya, yaitu berbaik sangka dan menganggap diri telah bersih dan sempurna. Padahal Allah SWT berfirman dalam surat An-Najm ayat 32 yang berbunyi :
3. Perkuat amaliyah ibadah
Perbanyak baca Al-qur'an, hapalkan ayatnya, tadaburi, amalkan ajarannya kemudian sampaikan apa yang kita ketahui, biasakan untuk shaum senin dan kamis kalau yang lebih bagus lagi menjalankan puasa Nabi Daud jika sudah kuat.Â
Laksanakan shalat sunnat rawatib, dhuha, tahajud, hajat, shalat taubat juga, karena bisa saja rizki salah satunya jodoh terhambat karena banyaknya dosa-dosa  yang telah kita perbuat selama ini.Â
Kita harus sering berdo'a dan berikhtiar dengan bersungguh-sungguh supaya apa yang ingin kita capai dan cita-citakan ada dalam ridhlo Allah SWT.
4. Selesaikan apa yang menjadi urusan diri sendiri
Apabila kita belum menyelesaikan pendidikan, sebaiknya selesaikanlah terlebih dahulu. Selesaikan semua ambisi dan cita-cita kita dan jangan lupa untuk tetap bersyukur dengan apa yang telah kita miliki hingga saat ini.Â
Cobalah untuk memaafkan diri dari kesalahan yang ada pada masa lalu, bebaskan diri kita dari rasa penyesalan, dan berdamailah dengan diri sendiri, setelah urusan diri sendiri selesai barulah ciptakan ruang untuk orang lain.
5. Belajar mencintai diri sendiri
Bagaimana cara kita mencintai diri sendiri akan menjadi patokan, bagaimana orang lain akan mencintai kita. Walau terdengar klise tapi kata bijak  tentang "Cintailah dirimu sendiri sebelum mencintai orang lain", itu memang benar!Â
Jikalau kita tidak mencintai diri kita sendiri maka bagaimana orang lain akan bisa mencintai diri kita ini. Jangan pernah kita menempatkan diri sebagai objek yang terus tersakiti dan teraniaya, perlakukan diri kita dengan sebaik-baiknya, jadikanlah diri kita sebagai prioritas utama, baru kemudian kita bisa memprioritaskan orang lain.
6. Tigkatkan kualitas diri
Catatlah apa yang menjadi impian terbesar kita, cobalah untuk bisa menggapainya dengan sekuat tenaga dan kemampuan yang bisa kita lakukan. Orang yang mempunyai tekad tinggi akan lebih menarik dimata orang lain.Â
Fokuskan diri kita untuk mengejar impian, maka kita akan mengerti tentang apa yang harus kita lakukan dimasa yang akan datang, rencanakan bahagia kita dengan meningkatkan kualitas diri.
7. Jadilah orang yang konsisten
Konsisten merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap orang, merupakan bentuk usaha agar dapat menyelesaikan semua permasalahan dan pekerjaan yang sudah kita mulai, yang akan memberikan kemampuan terbaik yang kita miliki.Â
Sama halnya dengan kita yang sedang memilih pasangan hidup, maka harus konsisten dalam memilih siapa yang akan kita nikahi, jangan selalu bermain-main karena kita akan mudah terjebak dengan kebahagiaan pasangan yang semu jika selalu plin-plan terus menerus.
8. Kendalikan emosi dan ego pribadi
Emosi yang meluap-luap akan mengakibatkan sesuatu yang buruk, belajarlah menekan egoisme dari interaksi dengan keluarga dan teman-teman kita, karena hanya akan membuat kita rugi, menyebabkan pertengkaran, membuat gelap mata dengan apa yang ada sehingga akhirnya akan menyesalinya.Â
9. Jodoh adalah cermin diri
Jodoh kita merupakan cerminan dari diri sendiri. Kalau kita mau mendapatkan jodoh yang baik maka kita juga harus memiliki kepribadian yang baik. Sebagaimana Firman Allah SWT :
Ingatlah jika Allah SWT sudah ridhlo, maka karunia yang diberikannya bisa jauh lebih luas dari itu, apa yang kita pikir tidak mungkin, akan menjadi mungkin dengan kuasa-Nya.Â
Jadi jangan pernah berkecil hati dengan apa yang ada pada diri sendiri, mari kita berbenah diri dengan ikhlash, niat yang tulus, tekad yang kuat, agar tidak goyah dengan dengan datangnya terpaan cobaan dan ujian.
Yuk kita memantaskan diri sendiri sebagai hambanya terlebih dahulu, baru kemudian untuk pasangan kita agar kelak dapat menggapai kemuliaan dan kehidupan terbaik dunia serta akhirat.
"Ingatlah kita akan diuji  oleh sesuatu yang benar-benar kita cintai, bisa jadi sebab Allah SWT cemburu, hamba yang pada mulanya begitu mencintainya, sedang lupa dan lalai tanpa sadar".
Andaipun kelak dipertemukan dengan dengan jodoh kita, maka berharaflah dan berdo'alah semoga kecintaan kepadanya (jodoh) tak lebih tinggi dari kecintaan kita kepada-Nya, tuhan yang maha membolak-balikan hati manusia. Sebab jika Allah SWT tidak ridhlo, tentu tak akan sulit bagi-Nya untuk mengambil kembali apapun yang dirasa sudah menjadi milik kita sendiri.
Maka, undanglah keridhloan-Nya denga tetap menempatkan ilahi robbi di posisi tertinggi di hati kita, jangan dulu menduakan dengan hambanya yang mungkin bisa memberi luka kepada kita.Â
Karena walau bagaimanapun salah satu penyempurna keberagamaan bagi umat muslim adalah dengan cara menikah sebagaimana yang telah diterangkan dalam fiqh pernikahan (munaqahat). Menikah selain membangun rumah tangga dalam Islam, juga dapat memberikan banyak kebaikan pada kehidupan dunia maupun akhirat.
Penulis : Evi Siti Maesaroh (Mahasiswi PAI-FPIK Universitas Garut)
Editor  : Anton News
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H