Kekerasan terhadap perempuan menjadi gejala yang timbul akibat disparitas hak, tanggung jawab, dan peran antara pria dan wanita dalam kehidupan sosial. Kebrutalan ini dapat terjadi di berbagai tempat tanpa memandang lokasi, seperti tempat umum, tempat kerja, dan dalam lingkup rumah tangga. Perempuan, baik di tengah masyarakat tradisional maupun masyarakat modern, rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan, mulai dari tindakan kriminal hingga perilaku kekerasan yang berakar dalam tradisi.
India, sebagai salah satu negara terbesar di Asia Selatan dengan jumlah penduduk yang tinggi, masih melibatkan diri dalam budaya patriarki yang kuat. Perempuan di India terpapar risiko yang tinggi dibandingkan dengan pria yang mendominasi. Dampaknya, kehidupan perempuan di India seringkali tidak aman, damai, dan tenteram sebagaimana layaknya perempuan di negara-negara lain. Salah satu peristiwa yang mengkhawatirkan di India adalah fenomena dowry death yang muncul dari sistem mahar yang berlaku di negara tersebut.
Institusi sosial dan budaya di India mendukung kekerasan terhadap perempuan, menekankan harapan budaya agar perempuan bersedia berkorban dan menekan keinginan serta hasrat pribadi demi kepentingan keluarga dan masyarakat (Chaudhuri, Morash, dan Yingling, 2014).Â
Kondisi sosial budaya ini termasuk tekanan untuk menikah, kesamaan dalam budaya pernikahan, pernikahan perempuan di usia dini, dan ketidaksetaraan gender (Khrisnan, 2014). "Culture of silence," yaitu keyakinan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah pribadi dan tidak seharusnya diintervensi, juga memperparah kekerasan domestik di India (Bath dan Ullman. 2014).
Struktur keluarga di India, yang menekankan penghormatan terhadap anggota keluarga yang lebih tua, terutama laki-laki, menjadi penyebab kekerasan terkait mahar. Penghormatan ini dimanfaatkan oleh ibu mertua dan saudara ipar untuk mengeksploitasi istri baru, menyebabkan penyiksaan oleh suami, ibu, dan saudara ipar (Rastogi dan Therly, 2014). Meskipun pemerintah India telah melarang tradisi mahar karena dampaknya yang fatal, tradisi ini masih bertahan karena dianggap penting untuk status sosial, kekayaan, dan peluang pernikahan bagi wanita (Banerjee, 2014).
Pada intinya, Dowry death merujuk pada tindakan bunuh diri atau pembunuhan terhadap pengantin perempuan yang dilakukan oleh suami atau keluarga laki-laki setelah pernikahan, akibat ketidakpuasan mereka terhadap mahar yang diberikan oleh pihak perempuan. Praktik mahar ini diyakini sudah ada di India sejak abad ke-13 atau ke-14 Masehi.Â
Praktik Dowry terus berkembang seiring dengan masuknya bangsa asing ke wilayah India. Maharnya dianggap sebagai simbol atau penanda status keluarga laki-laki karena pengantin perempuan akan menjadi bagian dari keluarga tersebut. Maharnya dapat berupa barang tahan lama, uang tunai, atau properti nyata atau bergerak yang diberikan oleh keluarga pengantin perempuan kepada keluarga pengantin laki-laki. Pemberian mahar ini juga dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada pengantin laki-laki.
Sejak awal, mahar berfungsi sebagai perlindungan finansial bagi pengantin perempuan, tetapi seiring waktu, tradisi ini telah menjadi sumber kekerasan terhadap perempuan. Jika kita melihat dalam perspektif feminisme marxisme, transformasi ini mencerminkan pergeseran dalam struktur kelas dan dominasi patriarki di India.Â
Feminisme marxisme menyoroti peran kapitalisme dalam memperkuat ketidaksetaraan gender, perempuan dilemahkan dari aspek ekonomi, seperti misalnya pemikiran Rosemarie Tong tentang "ekonomi perempuan," yang menekankan bahwa perempuan secara inheren terlibat dalam produksi ekonomi dan pekerjaan rumah tangga. Beliau menilai bahwa kapitalisme mengabaikan kontribusi perempuan dalam pemikiran ekonomi tradisional dan mendegradasi nilai pekerjaan perempuan (Tong, 2009).Â
Dalam konteks dowry deaths, peningkatan ekonomi yang seharusnya membawa kemajuan justru memperkuat hierarki gender. Transformasi nilai mahar menjadi barang-barang modern mencerminkan komodifikasi perempuan dalam sistem kapitalis, di mana kontrol atas harta menjadi alat dominasi suami.