Setelah berkeliling sekolah, kami melihat tempat cuci tangan yang didesain permanen dengan air mengalir. Dalam pikiran saya bahwa mungkin saja di SD Negeri Oelnitep ini punya kelimpahan air. Ternyata saya salah.
Bapak kepala sekolah lanjut menceritakan bahwa untuk kebutuhan air bersih di sekolah baik untuk kebutuhan di toilet, tempat cuci tangan, dan juga menyiram seluruh sayuran dan tanaman yang ada sekolah, sekolah telah menganggarkan pembelian air bersih melalui dana BOS. Air bersih dipesan dan diantar oleh truk tangki air. Konsumsi air bersih di SDN Oelnitep rata-rata 20 hari untuk satu tangki.Â
Harga per tangki airnya Rp. 100.000,-. Demikian sekolah mengalokasikan dana kurang lebih dua juta rupiah pert tahun untuk kebutuhan air bersih. SDN Oelnitep pun sedang membangun lapangan olahraga yang program pembangunanya dirancang secara bertahap dalam beberapa tahun anggaran.
Kemudian dalam diskusi kecil kami bersama beberapa guru di ruang kerja kepala sekolah, kepala sekolah menyampaikan bahwa para guru sangat membutuhkan kegiatan pelatihan -- pelatihan untuk memenuhi Rencana Hasil Kerja (RHK) para guru di Platform Merdeka Mengajar (PMM).
Demikian pengalaman unik dan menarik hari ini dari SD Negeri Oelnitep. Dari iklim sekolahnya dapat dibayangkan bahwa peserta didik di sekolah ini mendapat pengalaman belajar yang sangat autentik dengan kehidupan mereka. Lalu untuk kebutuhan pelatihan-pelatihan para guru, saya menyodorkan alternatif, "bapak kepala nanti ajak para guru ikut saja kegiatan bersama PGRI Flores Timur, akan saya kirimkan link nya nanti kalau sudah ada jadwal". Saya pulang membawa oleh-oleh ubi rebus yang kemudian saya habiskan dengan sambal tomat ketika menulis diary ini.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H