Menghitung jam 2021 akan berakhir. Menutupi tahun ini saya ingin membagikan apa saja yang telah saya lakukan selama tahun 2021. Beberapa hal penting telah saya pelajari untuk dilaksanakan. Ada keputusan-keputusan penting yang akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya. Semoga cerita saya ini bisa memberikan inspirasi tidak sekedar menghabiskan kuota internet teman-teman.
Januari 2021 saya mengawali tahun yang baru dengan status menganggur dari rumah. Agenda tiap hari adalah memancing dan bersepeda. Jika ada waktu luang maka biasanya saya membaca buku-buku sejenis bukunya Raditya Dika. Selain itu jika sedang bersemangat maka berusaha mencari pekerjaan membawa map amplop berwarna cokelat, Â dari pintu ke pintu coba tawarkan nama, demi terhenti tangis anakku dan keluh ibunya, beberapa kalimat terakhir itu lirik lagunya Ebiet G Ade.
Sebagai anak muda Desa yang baru pulang kuliah, beberapa orang tua merekomendasikan agar saya menjadi anggota BPD (Badan Permusyawaratan Desa). Setelah melewati beberapa proses sesuai undang-undang desa seperti penjaringan, penyaringan, dan seterusnya kami pun dilantik sah menjadi anggota BPD pada awal Maret 2021. Dalam lembaga BPD Desa Painapang, saya dipercayakan menjadi sekretaris BPD.
Menjadi anggota BPD tidak sulit, yang sulit itu mempelajari undang-undang yang berhubungan dengan desa, dana desa dan sebagainya. Lebih sulitnya lagi adalah harus menghapal dan menafsirkan undang-undang atau Perda tersebut karena dalam ilmu penjas basic saya tidak diajarkan itu. Agenda penting yang sudah berhasil kami kerjakan adalah menyukseskan pilkades desa kami, Desa Painapang. Patut disyukuri !
Pada bulan yang sama, Maret 2021, Puji Tuhan saya pun mendapat pekerjaan yang layak. Menjadi Guru Penjas tentunya. SMP Negeri 1 Lewolema, sebuah sekolah yang baru berumur 6 tahun di Dusun Welo, kampung kami.
Menjadi guru saat masa corona memang sulit. Bekal-bekal ilmu di masa kuliah seperti tidak cukup untuk menjadikan kita seorang guru yang profesional. Banyak hal yang berbedah, atau bahkan berubah. Kenyataan di lapangan tidak semanis teori yang telah dipelajari. Siswa yang berulah, nakal, keras kepala, dan malas mirip seperti saya dulu di masa sekolah membuat pekerjaan menjadi guru semakin bervariasi dinamikanya.
Mendapat pekerjaan ternyata dapat membuat kita lebih serius memikirkan tentang "What Next" di dalam kehidupan ini. Berkat dukungan, motivasi dan pengalaman -- pengalaman rekan guru yang lebih senior maka pada bulan Juli saat berulang tahun saya mulai memberanikan diri untuk merencanakan pernikahan pada tahun 2021. Agak gila karena rencana nikah akan dieksekusi dalam beberapa bulan saja.
Ini tentunya sebuah keputusan besar bersama keluarga dan yang terpenting adalah harus pastikan bahwa calon istrinya sudah tersedia dan ia bersedia menikah. Dua syarat utama tersebut sudah saya penuhi maka keluarga pun merencakan dan mengurusi banyak bagian untuk pernikahan tersebut.
Ternyata proses menikah itu banyak drama, banyak dinamika. Beruntung, sebelumnya saya sudah menggali pengalaman-pengalaman dari bapak ibu yang sudah menikah. Masing - masing punya "drama" tersendiri. Oleh karena itu dalam hal persiapan mental saya betul-betul siap menghadapi cerita, kisah dan drama-drama saya sendiri dalam urusan ini.
Dalam pikiran saya, kesulitan itu akan tiba, hanya perlu menunggu kapan datangnya. Saat ia datang, cuman ada satu jalan keluar, maju dan selesaikan. Ternyata menanamkan pikiran semacam itu sangat membantu. Menjadikan kita tetap tenang saat menghadapi kesulitan. Dompet boleh tipis, tapi motivasi harus berlapis. Tanggal 26 November kami resmi menikah, istri saya cantik mirip penyanyi Isyana Saraswati. Suaranya pun sangat merdu. Sama merdunya saat nyanyi dan ngomel.
Selain berorganisasi di desa, beberapa kali sayapun aktif mengikuti agenda penting dan beberapa agenda "gila" PGRI Flores Timur. Salah satu agenda cukup "gila" adalah ketika saya dipercayakan menjadi pengurus harian PGRI Kabupaten Flores Timur. Tanggal 16 Desember 2021 kami beberapa guru muda dilantik oleh ketua PGRI Propinsi NTT. Saya dipercayakan menjadi Wakil Sekretaris PGRI Kabupaten Flores Timur. Belum genap setahun jadi guru, jadi patut berbangga atas itu. Bisa-bisa setelah 2 tahun jadi guru lompat ke widyaiswara nih . Mimpi itu gratis !
Agenda penting yang saya secara sadar sangat mempengaruhi hidup saya adalah waktu kegiatan bakti sosial di Lokasi bencana banjir bandang Adonara dan Lembata. Hadir di lokasi tersebut menyadarkan saya bahwa itu jarak manusia dengan ajalnya itu sedekat itu. Tidur malam dan besok paginya ditemukan meninggal dunia. Anugerah dan bencana adalah kepastian dalam hidup.
Sejak saat itu saya mulai berpikir saat kita mati nanti, apa yang kita banggakan jika tidak pernah merasakan penderitaan orang lain atau berempati dan menolong orang lain? Minimal berguna.
Mungkin ini terdengar konyol, tetapi saya berpikir jika tiba saatnya nanti, kita perlu menjadi orang mati yang bangga dengan dirinya sendiri karena kerja dan karyanya telah membantu banyak orang.
Saat ini saya belum bangga dengan diri saya sendiri, so please God ! Berikan saya kesempatan yang baik untuk berkarya dan umur yang panjang ! katakan Amin! AMIN
Terima kasih 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H