Mohon tunggu...
PIO ANTONIUS
PIO ANTONIUS Mohon Tunggu... Wiraswasta - PENA PEDALAMAN

Menjabarkan Ide Dari Prespektif Kritis Menuju Gagasan Ideal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pertobatan yang Injili dan Iman

19 Maret 2024   01:06 Diperbarui: 19 Maret 2024   02:26 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini kerap kali orang memahami sebuah "pertobatan"secara sempit yakni hanya sebagai bagian dari  berbalik arah dari peristiwa kedosaan. Hal ini bukanlah definisi pertobatan  yang sesungguhnya dan Injili. Alkitab telah mendefinisikan   "bertobat" sebagai sebuah perubahan pikiran yang berujung pada perubahan sikap yang membuahkan iman, (Lukas 3:8-14, Kisah Para Rasul 3:19).

Di sebuah kota kecil di Skotlandia pada tahun 1717  telah terjadi perpecahan teologis yang mendalam di antara para pendeta di Gereja Skotlandia terkait sebuah statement  yang menentang keyakinan para pendeta di Gereja Skotlandia yakni "ketidakpuasan terkait ajaran untuk meninggalkan dosa agar mampu datang kepada Kristus".

Statement ini tentu menggugah pertentangan dari apa yang diyakini oleh para pendeta di Gereja Skotlandia pada saat itu mengenai pentingnya pertobatan dalam kehidupan seseorang yang ingin datang kepada Kristus untuk mendapatkan pengampunan dan penebusan.

Dan tentu orang-orang yang menentang pengakuan iman ini secara fungsional mengajarkan bahwa reformasi moral orang berdosa diperlukan jika ia ingin diterima oleh Kristus untuk pengampunan dosa-dosanya dan manfaat Injil lainnya dan juga menekankan pentingnya pertobatan sebagai syarat berkat perjanjian, dan melihatnya sebagai sisi lain dari iman kepada Kristus.

Ada pun hal ini dipandang sebagai syarat injili , dan  jelas  bahwa dengan datang kepada Kristus melalui iman untuk sebuah pengampunan dan rekonsiliasi dengan Allah, manusia harus bertobat.

Dalam (Kisah 2:36) tertulis bahwa Petrus memanggil semua orang yang menolak Kristus untuk mengubah pikiran mereka dan mengajak mereka  untuk kembali percaya dan mengimani Kristus. Oleh karena itu Pertobatan dikatakan sebagai tindakan yang mengubah perilaku menuju "iman".

Pertobatan yang sah dan Injili adalah suatu perasaan penyesalan yang timbul dalam diri  karena rasa takut akan pelanggaran terhadap hukum Ilahi dan khususnya dosa-dosa besar yang  akan membawa kepada sebuah hukuman kekal.  pertobatan seperti inilah yang akan menebus semua kejahatan terhadap Keagungan Surga yang tak terhingga.

Pertobatan Injili adalah suatu asas dan kebiasaan penuh rahmat yang ditanamkan ke dalam jiwa melalui Roh Kristus, yang dalam pelaksanaannya orang berdosa yang telah dilahirkan kembali dan percaya, yang sangat sadar akan keberdosaan yang sangat besar dan keburukan dari dosa-dosa yang tak terhitung banyaknya, benar-benar merasa rendah hati dan berduka di hadapan Tuhan. . . .

Pertobatan dalam hidup adalah anugerah yang menyelamatkan, dimana orang berdosa, karena kesadaran akan dosa, berpaling dari dosa itu kepada Allah, dengan tujuan penuh untuk hidup.

Pertobatan injili dijiwai oleh "pemahaman akan belas kasihan Allah di dalam Kristus." Pertobatan sejati apa pun hanya akan terjadi dalam hidup kita ketika kita melihat bahwa Kristus disalibkan untuk orang-orang berdosa dan bahwa Dia dengan rela menerima dan menyambut orang-orang berdosa.

Dalam Alkitab, pertobatan menghasilkan perubahan tingkah laku. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis berseru agar orang-orang "menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan" (Matius 3:8). Seseorang yang benar-benar telah bertobat, dari yang tadinya menolak Kristus menjadi beriman kepada Kristus, akan terlihat melalui hidupnya yang berubah (2 Korintus 5:17, Galatia 5:19-23, Yakobus 2:14-26).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun