Mohon tunggu...
Mario Wahyu Slamet
Mario Wahyu Slamet Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

The Power of Soft Diplomacy

27 Juni 2012   14:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:29 1920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tatanan dunia sekarang ini sepertinya sedang berubah sangat cepat. Negara tidak lagi memamerkan kekuatan militernya untuk mempengaruhi negara lain guna mencapai national interest nya. Dunia sepertinya sudah jenuh dengan model pendekatan kuno tersebut. Selain jenuh, pendekatan kuno tersebut juga berpotensi menimbulkan perang.

Kini muncul sistem pendekatan baru, yakni soft diplomacy. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan soft diplomacy? Dan apa bedanya dengan hard diplomacy? Soft diplomacy merupakan cara suatu negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya melalui pendekatan sosial dan budaya. Sedangkan hard diplomacy merupakan cara suatu negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya melalui pendekatan hard power, seperti kekuatan militer.

Dewasa ini banyak negara berlomba – lomba menancapkan pengaruhnya di negara lain dengan mengandalkan budaya nya. Sebagai contoh adalah negara Amerika Serikat. Selain terkenal dengan kekuatan militernya, AS juga terkenal dengan industri film nya, yakni Hollywood. Melalui film inilah Amerika Serikat mencoba mempengaruhi pandangan publik internasional, contohnya adalah film Rambo yang menceritakan perjuangan pada masa perang Vietnam. Selain AS, kini Korea Selatan juga sedang gencar – gencarnyamembumikan K-Pop (Korean Pop) melalui drama, boyband dan girlband nya. Dan salah satu negara yang berhasil dipengaruhi adalah negara Indonesia.

Cara ini memang terbilang lebih efektif untuk menancapkan pengaruh suatu negara ke negara lain. Terbukti banyak negara seperti Indonesia yang terpengaruh oleh berbagai budaya asing. Namun sebagai negara yang berdaulat, Indonesia juga perlu melakukan penayaringan budaya asing yang masuk sehingga tidak membahayakan budaya lokal dan juga kepentingan nasional RI. Fenomena ini juga harus dimanfaatkan oleh para stakeholders di negara ini untuk melakukan pertukaran budaya.Agar budaya Indonesia juga dikenal oleh publik internasional serta Indonesia tidak di cap sebagai negara follower saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun