Mohon tunggu...
Antonius Kevin
Antonius Kevin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilu 2019, #NoGolput

30 November 2018   18:50 Diperbarui: 30 November 2018   19:00 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan data dari merdeka.com dikatakan bahwa tehitung ada 9 partai yang mendukung pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin, dikatakan bahwa 21000 caleg terhitung siap mendukung Jokowi, dukungan untuk Jokowi ini bersatu dalam koalisi yang disebut dengan Koalisi Indonesia Kerja. Sedangkan pada nomor urut 2, pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, tercatat ada 4 partai pendukung pasangan ini, yang pertama ada GERINDRA (Gerakan Indonesia Raya), PKS (Partai Kesejahteraan Indonesia), DEMOKRAT, dan PAN (Partai Amanat Nasional).

Berdasarkan data dari tempo.co ,tercatat bahwa Prabowo dan Sandiaga resmi memberikan nama untuk koalisi mereka yaiitu Koalisi Indonesia Adil dan Makmur. Ditegaskan bahwa nama koalisi ini dibuat berdasarkan keprihatinan dan juga salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh pasangan Prabowo untuk mencapai keadilan di Indonesia dalam hal dan berbagai bidang, juga mweujudkan kemakmuran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai yang dilansir dalam artikel yang dimuat oleh tempo.co.

Lalu mari kita masuk ke "hot issues" yang pertama. Mengenai #2019GantiPresiden. Berdasarkan sumber dari nasional.tempo.co, sebenarnya tagar ini berawal dari sebuah perdebatan antara pendukung Jokowi dan pendukung Prabowo yang terjadi di salah satu acara debat di salah satu stasiun TV swasta pda 27 Februari 2018, oleh seorang politikus PKS, Mardani Sera.

Dimana saat itu debat memanas, dan acara yang dihadiri oleh beberapa politikus lain ini juga membuat keadaan semakin memburuk. Saat itu, rekan politikus Mardani terus menerus membela dan mendukung Jokowi dari situlah Mardani berkeinginan untuk mengganti pemerintahan di 2019 (yang dimaksud di sini adalah mengganti presiden).

Dibalik itu semua, ditegaskan oleh Mardani bahwa tujuannya menjalankan gerakan #2019GantiPresiden adalah untuk mendidik masyarakat dalam dunia politik serta memberikan sebuah antitesis terhadap gerakan yang sudah bergulir yaitu mengenai #DuaPeriode. Dalam hal ini ditambahkan juga oleh Mardani, "Gerakan #2019GantiPresiden akan memberikan data, analisa untuk menyodorkan calon lain yang lebih baik agar dipilih pada Pilpres 2019," ya, sudah sangat jelas bahwa Mardani adalah pendukung tim Prabowo Subianto.

Dari situlah tagar ini mulai tersebar luas di seluruh Indonesia terutama di daerah Ibu Kota. Selain Mardani masih ada beberapa tokoh yang mendukung dan sependapat dengan tagar ini, di antaranya, terdapat Fadli Zon, hingga musisi ternama Indonesia, Ahmad Dhani. Salah seorang jebolan atau pentolan dari Dewa 19 ini memakai baju bertuliskan #2019GantiPresiden pada saat menghadiri sidang perdana kasus ujaran kebencian di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, 16 April 2018.

Kedua adalah mengenai tagar #DiaSibukKerja dan #2019TetapJokowi. Dapat dikatakan bahwa kedua tagar ini adalah rival dari #2019GantiPresiden. Hal ini terlihat jelas sekali, bahwa tagar #DiaSibukKerja dan #2019TetapJokowi adalah tagar yang diutarakan atau dibuat sebagai salah satu tandingan terhadap tagar yang dibuat oleh Mardani. Dilansiir dari tempo.co , seperti dikatakan oleh Relawan Jokowi Mania (Jo-Man) yang secara resmi mendeklarasikan tagar #2019TetapJokowi. Ketua Jo-Man, Immanuel Ebenezer, berkata, "Gerakan #2019TetapJokowi akan melawan semua intimidasi dan penyebaran hoax di media sosial.", ia juga menambahkan bahwa tagar yang ia buat bukanlah hanya pasif di media sosial, melainkan siap untuk menyentuh rana dunia nyata dikatakan, "Mulai hari ini kami akan melakukan pertarungan jalanan." Berkaitan dengan itu, sebenarnya apa tujuan dari tagar-tagar ini? Seperti yang dikatakan Immanuel bahwa tujuan utamanya adalah, "Target kami memenangkan Jokowi di dunia nyata, bukan di media sosial." Berdasarkan data yang diunggah di Liputan6.com, Immanuel juga menambahkan bahwa, "Kita akan melakukan pengorganisasian di kampung-kampung, tingkat RT dan semuanya. Pertama jelas di Jawa Barat," selain itu, bahwa pihak atau kubu #2019TetapJokowi punya tujuan lain, yaitu untuk menghilangkan dan menghapus unsur-unsur hoax. Tentunya dalam mencapai tujuan dan cita-cita tak jarang akan terjadi tindakan radikal dan bahkan sampai mengganggu kenyamanan dan ketertiban sekitar.

Masuklah kita ke klimaks dari artikel ini, yaitu mengenai "Intimidasi" yang dilakukan oleh kelompok #2019GantiPresiden terhadap #DiaSibukKerja. Kronologi kisahnya dmulai dari sebuah CFD (Car Free Day) yang berlokasi di Thamrin-Sudirman, Jakarta Pusat. Menurut data dari BBC.com, kegiatan intimidasi dilakukan oleh sejumlah orang terhadap satu orang bapak-bapak dan seorang ibu-ibu yang sedang CFD bersama dengan anaknya. Intimidasi dilakukan dengan cara membentak serta mengibas-ngibaskan uang kepada pengguna baju bertagar #DiaSibukKerja, gerombolan ini juga "menjatuhkan" #DiaSibukKerja dengan ujaran "Malu-malu!". Tak hanya itu gerombolan #2019GantiPresiden juga mengerumuni seorang ibu-ibu yang sedang berjalan bersama dengan anaknya, saat itu gerombolan sampai membuat sang anak menangis, dari video yang diunggah oleh akun @robin_ssl, sang ibu pun sempat melontarkan kalimat bahwa mengapa harus sampai ibu-ibu diperlakukan seperti itu? akun ini juga menambahkan caption mengenai opininya yang berkata "norak". Dalam video tersebut, entah mengapa terlihat mereka melakukan intimidasi tersebut dengan sangat bahagia seolah mereka adalah yang benar tanpa melihat keadaan dan kondisi sekitar. Namun, tentunya ada beberapa oknum yang juga mendukung tindakan ini, dimana menurut data dari BBC.com, kegiaan serupa juga dilakukan di CFD Bandung, juga salah satu mahasiswa Universitas Indonesia, Rocky Gerung, ia berkata melalui akun Twitter-nya, "Mulai hari ini, #2019GantiPresiden telah menjadi "public sphere": ruang argumentasi publik. Bagus buat demokrasi!", yang artinya saat itu, Rocky juga mendukung, karena menurut pendapatnya saling beradu tagar dan dengan menyebarluaskan melalui media sosial, merupakan cara demokrasi, sebagai wujud "menyatakan pendapat".

Indonesia adalah negara hukum, adalah negara demokrasi, dimana kebebasan berpendapat adalah hal yang sangat penting, tak hanya itu, namun, sesungguhnya kebebasan berpendapat yang benar adalah kebebasan yang terbatas, yang artinya masih diatur dan terikat oleh aturan dan hukum yang berlaku. Bahkan seperti yang dilampirkan dalam artikl BBC.com, Sandiaga Uno menyampaikan bahwa, "Acara hari bebas kendaraan bermotor di Jakarta "harus bebas dari segala aktivitas politik", demikian yang dibahas juga dalam IDNTIMES.com , Gubernur DKI Jakarta sendiri telah melarang CFD untuk menjadi spot atau ajang untuk berkegiatan yang mengandung unsur politik. Aturan mengenai itu tertulis secara resmi di Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 12 Tahun 2016 tentang pelaksanaan hari bebas kendaraan bermotor sudah jelas melarang kegiatan berunsur politik di CFD. Namun, tak hanya soal politik, juga soal isu SARA. Memang dalam UUD 1945 pasal 28E ayat (3) yang menyatakan, "Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat". Namun, tentunya dalam hal ini yang terpenting juga masih diatas dari itu juga adalah tertulis dalam UUD 1945 pasal 28J ayat (1) yang menyatakan, "Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara." Menegakkan HAM adalah hal yang utama diakui secara nyata oleh seluruh dunia. Menurut pendapat dari beberapa orang, tindakan yang dilakukan, seperti itu sudah mencerminkan tindakan yang menjurus ke arah radikalisme. Terbukti, tindakan ini berlanjut sampai ke Polisi dan media sosial yang menjadi sebab dari ricuhnya keadaan di Indonesia di tengah waktu yang menjelang Pemilu malah semakin memanas. Dalam menangani hal ini, menurut saya pribadi, tidaklah penting untuk saling menjatuhkan, kampanye adalah hak mengutarakan, hak untuk mendukung, namun apakah kampanye seperti ini yang diharapkan?, menurut saya tidak, lebih baik seorang melakukan Kampanye Negatif dengan memberikan kritik dan saran terhadap pasangan oposisi daripadai melakukan Kampanye Hitam dengan tujuan menjatuhkan, mengintimidasi, dan membuat keadaan semakin ricuh. Dalam hal ini seperti yang diutarakan juga oleh kedua calon, bahwa PEMILU yang sesungguhnya dalah sebuah Pesta DEMOKRASI, biarkanlah berjalan dengan lancar tanpa harus ada unsur kecurangan bahkan bila sampai terjadi kerusuhan dan berbagai keributan yang mengancam ketertiban, ketentraman, dan yang utama adalah kesatuan bangsa Indonesia.

Dari artikel ini, saya hendak menyimpulkan, bahwa dalam Pemilu, memang penting untuk siapa yang akan menang karena mau diapakan juga orang yang menang akan memimpin Indonesia selama 5 tahun kedepan, namun menurut saya untuk soal adu tagar dan perang maya di media sosial soal tagar siapa yang menang bukanlah yang utama. Dibalik semua itu, setiap warga yang telah memenuhi syarat akan memiliki 1 hak suara yang mutlak, oleh karena itulah, bila memang beradu tagar, mari bersama ramaikan dan sorakkan tagar #NOGOLPUT.

Demikianlah sekiranya artikel yang dapat saya buat, saya juga tentunya minta maaf apa bila ada kesalahan dalam penggunaan kata atau ada salah pengejaan dalam tulisan. Saya juga sekali lagi, di sini menyampaikan artikel dengan tujuan sebagai sumber informasi, semoga dapat menambah wawasan pembaca dan dapat membuka pikiran kita semua mengenai makna PEMILU sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun