Mohon tunggu...
Antonius Adevan Yuan Putra
Antonius Adevan Yuan Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Brawijaya

Seorang mahasiswa Sosiologi yang memiliki antusiasme tinggi terhadap isu-isu sosial, serta kecintaan mendalam pada dunia musik dan seni budaya. Dengan ketertarikan pada dinamika masyarakat, saya selalu berusaha memahami hubungan antara budaya, ekspresi kreatif, dan perubahan sosial dalam setiap aspek kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Proyek Beach Club Raffi Ahmad di Gunungkidul, Antara Kepentingan Bisnis dan Kelestarian Alam

9 Desember 2024   15:29 Diperbarui: 9 Desember 2024   15:31 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proyek pembangunan beach club milik Raffi Ahmad di kawasan Gunungkidul, Yogyakarta, menjadi topik yang memicu perdebatan hangat. Rencana ini menuai perhatian luas karena lokasinya berada di Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Gunungsewu, sebuah kawasan lindung geologi yang memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem. Isu ini mencuat karena proyek tersebut dinilai berpotensi merusak lingkungan, terutama terkait kekeringan, kerusakan karst, hingga ancaman terhadap tradisi dan budaya lokal.

Petisi penolakan yang diinisiasi Muhammad Raafi berhasil mengumpulkan dukungan dari puluhan ribu orang, menandakan tingginya kepedulian masyarakat terhadap isu ini. Hingga 12 Juni 2024, sebanyak 51.753 tanda tangan telah terkumpul. Dalam petisinya, Muhammad Raafi mengkritik keputusan pemerintah daerah, khususnya Bupati Gunungkidul, yang dianggap mengabaikan fungsi kawasan lindung demi kepentingan investasi.

Sebagai tokoh publik dengan pengaruh besar, Raffi Ahmad memiliki daya tarik yang tidak bisa diabaikan. Kehadirannya dalam proyek ini bukan sekadar inisiatif bisnis biasa, melainkan representasi bagaimana kekuasaan informal dapat memengaruhi kebijakan publik. 

Tidak bisa dimungkiri, nama besar seperti Raffi Ahmad dapat membawa dampak positif bagi pariwisata lokal. Kehadiran beach club yang disebut sebagai salah satu yang terbesar di Indonesia berpotensi meningkatkan kunjungan wisata, menciptakan lapangan kerja, dan menggerakkan ekonomi. Namun, pertanyaannya adalah apakah manfaat ekonomi tersebut sebanding dengan risiko kerusakan lingkungan dan perubahan karakter wilayah Gunungkidul?

KBAK Gunungsewu bukan hanya aset alam, tetapi juga penyangga kehidupan masyarakat. Karst memiliki peran penting sebagai penyimpan air yang vital bagi wilayah yang rawan kekeringan seperti Gunungkidul. Kerusakan karst dapat menyebabkan krisis air bersih, banjir, hingga longsor. Selain itu, pembangunan yang tidak terkontrol dapat mengubah identitas budaya daerah yang selama ini dikenal dengan nilai tradisi dan keindahan alamnya yang alami.

Proyek ini juga membuka diskusi tentang bagaimana tokoh publik dapat menggunakan kekuasaannya untuk memengaruhi kebijakan yang seharusnya mengutamakan kepentingan masyarakat. Dalam hal ini, peran pemerintah daerah menjadi sorotan. Apakah keputusan untuk memberikan izin pembangunan sudah melalui kajian lingkungan yang mendalam? Ataukah ini hanya sekadar strategi untuk menarik investasi tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang?

Dukungan masyarakat melalui petisi menunjukkan bahwa publik tidak menolak pembangunan secara mutlak. Mereka menuntut pembangunan yang berkelanjutan dan menghormati kelestarian alam serta budaya lokal. Hal ini menjadi pengingat bahwa investasi tidak boleh mengorbankan fungsi ekologis kawasan yang memiliki peran strategis.

Sebagai publik figur, Raffi Ahmad seharusnya menunjukkan tanggung jawab sosial yang lebih besar. Proyek ini tidak boleh hanya menjadi alat untuk menambah portofolio bisnis, tetapi juga harus menjadi contoh pembangunan yang beretika. Pemerintah daerah juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa izin yang diberikan sejalan dengan prinsip keberlanjutan.

"Saya ingin menyatakan soal berita yang sedang ramai dibicarakan, proyek di Gunungkidul. Saya sebagai warga negara yang taat hukum sangat mengerti terdapat kekhawatiran masyarakat terkait proyek ini yang belum sejalan dengan peraturan yang berlaku," kata Raffi Ahmad seperti dikutip, Rabu (12/6/2024). 

Gunungkidul bukan sekadar lokasi untuk beach club mewah. Ia adalah benteng terakhir sumber daya air, rumah tradisi, dan simbol keindahan alami. Jika kita tidak hati-hati, maka daya tarik ini bisa lenyap selamanya, meninggalkan kerusakan yang tak terpulihkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun