Mohon tunggu...
antonius Hendrianto
antonius Hendrianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Pemuda yang Gemar Menulis

Penulis kreatif asal Yogyakarta yang hobi traveling dan bela diri. Menulis itu sebuah laku merajut makna lewat kata-kata untuk menginspirasi kehidupan umat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Manusia Indonesia, Manusia Pancasila

27 Juli 2017   13:45 Diperbarui: 27 Juli 2017   14:12 10620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia harus dijunjung tinggi, di-pantas-kan sesuai martabatnya. Manusia yang berperikemanusiaan tidak suka melihat sesamanya menderita, kelaparan, dalam keadaan yang menyedihkan, dan sebagainya. Manusia yang berperikemanusiaan menolak Rasialisme. Setiap manusia adalah saudara dan manusia harus memanusiakan manusia lainnya. Negara dan pemerintah adalah sarana bukan tujuan. Manusia berperikemanusiaan harus kritis terhadap negara dan penguasa pemerintah(Driyarkara dalam Sudiarja, 2006: 956-958)

Driyarkara kemudian menerangkan bahwa sikap berperikemanusiaan itu harus dilandasi oleh Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa (Driyarkara dalam Sudiarja, 2006: 959). Hubungan manusia dengan Tuhan kemudian berbuah dalam perilaku memanusiakan sesamanya. Dalam poin ini juga menjadi jelas bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan agama apapun yang dianut di Indonesia karena aspek Ke-Tuhan-an dijadikan sebagai sarana pembinaan mental kepribadian manusia Indonesia.

Manusia Indonesia Manusia Pancasila

Konsekuensi Indonesia yang menjadikan Pancasila sebagai sebuah ideologi negara adalah setiap Warga Negara Indonesia harus menjadi manusia Pancasila. Apabila mengikuti gagasan yang dikemukakan oleh Driyarkara, manusia Indonesia harus menjadi manusia yang berkeadilan sosial, berdemokrasi, berkebangsaan, berperikemanusiaan, dan berke-Tuhan-an Yang Maha Esa. Kelima poin itu harus mendarah daging dalam diri setiap Warga Negara Indonesia.

Sikap yang rasis, diskriminatif, atau mengumbar kebencian di ruang publik secara masif bisa dikatakan sangat bertentangan dengan konsep manusia Pancasila. Hal ini sampai hari ini masih bisa terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia karena Pancasila sebagai ideologi belum sepenuhnya terimplementasi dalam berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. 

Agar Pancasila sebagai ideologi bisa terimplementasi dalam berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia diperlukan gotong-royong dari berbagai pihak, baik unsur pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat,  ormas-ormas, lembaga-lembaga nonpemerintah, para pemuka agama, para pengusaha, akademisi, maupun rakyat kecil. Implementasi pengamalan Pancasila yang didukung dengan semangat gotong-royong akan lebih kokoh karena Pancasila dikokohkan sebagai agenda utama kebangsaan.

Tantangan yang kemudian dihadapi yaitu berbagai situasi dan kondisi riil di masyarakat yang tidak serta merta bisa mendukung tercapainya hal ini, misalnya ketimpangan sosial dan ekonomi.

Hal yang paling mungkin segera diwujudkan, yaitu dengan membangun penyadaran pentingnya Pancasila sebagai ideologi negara sejak pendidikan di Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, sementara yang tidak bisa menempuh pendidikan formal maka pembinaan ideologi Pancasila dapat dilakukan melalui lembaga penyiaran (Radio dan Televisi) maupun melalui media daring. Dengan penyebaran konten informasi yang mendukung implementasi Pancasila dalam kehidupan masyarakat niscaya Pancasila akan semakin menjadi nafas hidup setiap Warga Negara Indonesia dan melahirkan manusia Indonesia yang berkeadilan sosial, berdemokrasi, berkebangsaan, berperikemanusiaan, dan berke-Tuhan-an Yang Maha Esa.

ditulis oleh A. Hendrianto

Sumber: Sudiarja, A., dkk. (Ed). 2006. Karya Lengkap Driyarkara: Esai-Esai Filsafat Pemikir Yang Terlibat Penuh Dalam Perjuangan Bangsanya. Jakarta: Gramedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun