Mohon tunggu...
Antonius Babo Wea
Antonius Babo Wea Mohon Tunggu... Lainnya - Profil tersebut di atas adalah profil pribadi

Nama Lengkap: Antonius Babo Wea Nama Panggil : Anton status: Menikah pekerjaan; swasta

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dengan Air Mata untuk Mata Air

8 Juni 2022   09:37 Diperbarui: 8 Juni 2022   09:43 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu, 14 Mei 2022, Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines), Labuan Bajo yang diwakili oleh Titus Anggar selaku pendampinga lapangan yang mendampingi dua desa di wilayah kecamatan Komodo yakni Desa Pantar dan Desa Golo Tanggar melakukan penanaman pohon di dua sumber mata air yaitu mata air Wae Nike dan sumber mata air Wae Bue Desa Golo Tanggar.

Anakan kayu yang ditanam pada saat itu adalah anakan kayu lokal yang berasal dari Kabupaten Manggarai Barat. Terdapat beberapa jenis anakan kayu lokal yang ditanam pada saat itu antara lain langke, lokom, bancang, ara dan raping. Beberapa jenis anakan kayu lokal khas Manggarai Barat itu memiliki fungsinya masing-masing yakni sebagai pengikat dan penyaring air.

Anakan kayu lokal yang ditanam pada setiap mata air di kedua desa dampingannya itu sudah ia semaikan dalam plastik polyback di halaman depan rumahnya. "Semua anakan kayu yang saya pakai untuk kegiatan konservasi mata air biasanya saya semaikan terlebih dahulu. Tujuannya untuk memastikan bahwa setelah anakan kayu tersebut ditanam di mata air atau daerah aliran sungai (DAS) anakan kayu itu tidak layu atau mati." Jelas Titus Anggar.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa usia anakan kayu yang disemaikannya itu bisa mencapai lima sampai enam bulan sebelum dipindahkan ke lokasi tempat anakan kayu tersebut ditanam.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Upaya ini ditekuninya untuk mendukung program utama Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines), Labuan Bajo yakni pemberdayaan perempuan melalui konservasi sumber daya alam yang berkelanjutan. Salah satu bentuk konservasi sumber daya alam yang dapat dilakukan adalah dengan konservasi sumber mata air.

Kaum perempuan di setiap desa dampingan Yakines didorong untuk menjadi pioner atau pelopor utama dalam melakukan aksi perlindungan atau konservasi sumber mata air. 

Kaum perempuan didampingi, disadari dan diberikan dorongan dan motivasi untuk melakukan penanaman pohon di sumber --sumber mata air karena kaum perempuan adalah kaum yang sangat rentan menjadi korban berlapis bila terjadi kekurangan air. 

Tampilnya kaum perempuan pedesaan di garis terdepan dalam menlindungi mata air menjadi suatu gerak penyadaran baru bahwa untuk menjaga dan melestarikan sumber mata air tidak hanya dilakukan oleh kaum lelaki tetapi juga dapat dilakukan oleh kaum perempuan. Perlindungan terhadap mata air adalah tanggung jawab bersama.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Demikian yang dilakukan oleh ayah tiga oran anak itu. Kegiatan penanaman anakan kayu lokal dipusatkan di sumber mata air Wae Nike dan sumber mata air Wae Bue, Desa Golo Tanggar, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. 

Kegiatan ini dilakukan bersama sebagian besar kaum perempuan. Pada saat itu kaum perempuan yang berhasil ia himpun berasal dari blok D dan Blok C wilayah translok.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Dikesempatan itu juga masyarakat banyak menyampaikan berbagai hal. Salah satu yang diutarakan adalah terkait kondisi tempat penampungan air yang masih jauh dari cukup. Sudah sekian lama warga dua RT itu menikmati air yang ditampung dengan penampungan seadanya itu. 

Kepala dusun Blok D, Isfridus mengungakapkan mereka sangat mengaharapkan bantuan dari siapapun yang hendak membantu dan seberapapun besarnya agar mereka dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas tempat penampungan air yang ada di dua mata air itu. 

"Atas nama warga dari Dusun Translok terlebih khusus yang berasal dari blok D dan C kami sangat mengharapkan bantuan dari siapapun dan dalam bentuk apapun bagi kami untuk tingkatkan kualitas wadah penampung. Bisa berupa semen ataupun seng untuk membuat atap agar dedaunan yang jatuh tidak terus ke dalam bak atau tempat penampungan ini." Jelasnya.

Lebih lnjut ia mengatakan "Selama musim hujan ini kami gunakan air huja yang kami tampung dimasing-masing rumah. Tetapi memasuki musim panas kami gunakan air ini untuk mandi, cuci dan minum. Memang kondisi airnya tidak bersih karena faktor bak penampung yang sangat tidak memungkinkan. Bak-bak penampungan itu sudah kami kerjakan secara swadaya, dan sudah sejak lama. Kami buatkan seadanya sesuai kemampuan kami saat itu tanpa penutup dan sering setelah kami mandi badan kami terasa gatal-gatal karena ada dedaunan yang jatuh langsung ke dalam bak ini." Jelasnya.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun