Mohon tunggu...
Antonius Novinanto
Antonius Novinanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pasca Sarjana

Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kimia Tanah pada Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L)

10 Juli 2023   02:21 Diperbarui: 10 Juli 2023   12:37 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kentang merupakan tanaman umbi yang memiliki kandungan karbohidrat relatif tinggi, serta dapat digunakan sebagai salah satu pengganti makan pokok selain nasi. Kualitas kentang sangat dipengaruhi beberapa faktor seperti penggunaan bibit kentang yang berkualitas, kondisi lahan budidaya, iklim, cuaca, dan teknik budidaya. produksi kentang di indonesia sangat rendah dibandingkan dengan produksi kentang di Eropa rata-rata mencapai 25,5 ton per hektar, dimana rata-rata produksi kentang Indonesia hanya mencapai sekitar 16 ton per hektar. Adapun faktor yang menyebab rendahnya produksi kentang di Indonesia disebabkan oleh kesuburan tanah rendah dan teknik budidaya yang tidak tepat, untuk itu produksi tanaman kentang masih dapat dioptimalkan agar dapat memenuhi kebutuhan akan kentang sepanjang tahun. Budidaya kentang memerlukan beberapa faktor seperti sinar matahari, suhu, udara air,serta unsur hara yang terkandung dalam tanah. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara esensial dalam jumlah dan proporsi yang seimbang untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Dalam menentukan kesuburan tanah ditentukan oleh sifat fisik , kimia serta biologi tanah. Sifat kimia tanah dapat diukur dari reaksi tanah (pH tanah), KTK, kejenuhan basa, bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman.

Pengembangan budidaya kentang perlu adanya kajian secara mendalam untuk menentukan tingkat kesuburan pada lahan dapat dilakukan dengan melakukan analisis sifat kimia tanah. Analisis sifat kimia tanah tersebut meliputi analisis kandungan unsur utama seperti N dan P, tingkat keasaman (pH), kapasitas tukar kation (KTK), kation basa (K, Ca, Mg, Na) dan kandungan C-organik. 

A. Kandungan C Organik

Umumnya bahan organik berasal dari jaringan tanaman/tumbuhan. Kandungan C organik memiliki manfaat untuk pertumbuhan tanaman, antara lain (Hardjowigeno. 2010) bahan organik berguna sebagai granulator (memperbaiki struktur tanah), sumber unsur hara N,P,S, unsur mikro, meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara, dan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme.

B.  Kandungan N Total

 kandungan N total tanah tergolong ke dalam kategori rendah hingga sedang disebabkan oleh vegetasi yang menyubang bahan organik ke dalam tanah, kandungan unsur N yang rendah, dan jumlah suplai bahan organik yang rendah berasal dari vegetasi yang tumbuh di atas tanah dan bahan organik tersebut belum sepenuhnya mengalami dekomposisi. Umumnya lapisan olah tanah mengandung 0,20 + 0,40 % N. Jumlah kandungan N tanah dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya seperti iklim dan macam vegetasi (Rahmi dan Maya. 2014).

Nitrogen (N) yang terkandung dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, pengikatan oleh mikroorganisme dan N udara, pupuk, serta air hujan.  Supaya tanaman dapat mengambil nitrogen maka nitrogen tersebut harus tersedia dalam bentuk amonium dan nitrat di dalam tanah. Kandungan Nitrogen dalam tanah dapat hilang seperti misalnya digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme, N tersedia dalam bentuk amonium namun karena tanah terlalu liat maka tidak dapat digunakan oleh tanaman. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi hilangnya N dalam tanah juga dapat terjadi apabila N tersedia dalam bentuk nitrat dan akan mudah dicuci oleh air hujan dan terjadi proses denitrifikasi (Hardjowigeno, 2010).

           

C. C/N Ratio

C/N ratio berasal dari bahan organik yang disumbangkan ke dalam tanah dan berasal dari tanaman yang banyak mengandung selulosa dan tingkat dekomposisi bahan organik. C/N bahan organik pada tanah akan menentukan reaksi atau kecepatan dekomposisinya dalam tanah (Rahmi dan Maya. 2014). Apabila C/N ratio tinggi maka dekomposisi belum lanjut atau belum dimulai  (Hardjowigeno. 2010) .

D. Kandungan P Tersedia

Unsur P dalam tanah berasal dari proses disintegrasi mineral yang mengandung P seperti apatit dan dekomposisi bahan organik. Umumnya kelarutan senyawa P anorganik maupun P organik terjadi sangat rendah sehingga hanya sebagian kecil P tanah yang berada dalam bentuk tersedia (P tersedia). Kandungan P dalam lahan dipengaruhi oleh bahan induk (batuan/mineral) yang miskin unsur P dan kandungan P dalam bahan organik juga rendah serta kondisi pH tanah yang rendah sehingga kelarutan Al yang tinggi menyebabkan P menjadi tidak tersedia. Pada tanah masam, P larut akan bereaksi dengan Al dan Fe dan oksida oksida hidrous lainnya dan membentuk senyawa Al-P dan Fe-P kurang larut sehingga tanaman tidak bisa menyerap P (Rahmi dan Maya. 2014).

E. Kation Kation Basa

Kondisi tersebut dipengaruhi oleh rendahnya kation-kation basa pada batuan/mineral penyusun tanah dan tingginya curah hujan yang dapat menyebabkan kation-kation basa mengalami pencucian. Tanah yang masih muda mengalami pelapukan belum lanjut dan pencucian relatif kecil terjadi sehingga kation basa seperti Ca dan Mg banyak berada pada permukaan koloid namun apabila pelapukan terus berlanjut dan tanah mengalami pencucian yang besar karena curah hujan yang tinggi maka jumlah kation-kation basa akan berkurang dan mineral yang mengandung kation-kation basa akan lenyap karena pencucian. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah kation-kation basa pada tanah adalah karena tanaman dan tumbuhan yang terangkut panen dan tidak dilakukan pengembalian kation basa melalui pemupukan ataupun pengapuran sehingga jumlah kation-kation basa dalam tanah menjadi rendah (Rahmi dan Maya. 2014)

F. Kapasitas Tukar Kation (KTK) 

Rendahnya KTK tanah disebabkan oleh partikel penyusunan tanah yang didominasi oleh fraksi pasir yang memiliki luas permukaan koloid yang kecil sehingga menyebabkan rendahnya KTK tanah. Selain itu rendahnya pH tanah mempengaruhi jumlah KTK tanah. Besarnya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah tersebut seperti pH tanah, tekstur atau jumlah liat dan jenis mineral liat serta bahan organik (Rahmi dan Maya. 2014).

G. Kejenuhan Basa (KB) dan Kejenuhan Aluminium

Berdasarkan hasil penelitian Rahmi & Maya (2014) diketahui bahwa nilai kejenuhan basa (KB) berkisar antara 10,23 87,80 % dan tergolong sangat rendah sampai sangat tinggi serta kejenuhan Al berkisar antara 12,20 86,61 % dan tergolong rendah sampai sangat tinggi. Kejenuhan basa menggambarkan proporsi nisbi basa yang dapat dipertukarkan pada koloid tanah. Pada tanah di daerah yang telah mengalami pelapukan lanjut, sebagian besar dari komplek pertukaran pada permukaan koloid diduduki oleh kation Al. Persen KB merupakan perbandingan antara jumlah miliekuivalen kation basa dengan miliekuivalen KTK, bila KB tanah tergolong rendah, maka kation Al merupakan kation (Rahmi dan Maya. 2014)

 

  • Syarat Tumbuh Tanaman Kentang

            Untuk melakukan budidaya tanaman kentang diperlukan lingkungan yang sesuai. Dataran tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian 1000-3000 mdpl merupakan daerah yang cocok dalam melakukan budidaya tanaman kentang. Sedangkan pada dataran medium, tanaman kentang dapat tumbuh pada ketinggian 300-700 mdpl. Sementara keadaan iklim yang sesuai yaitu pada suhu rendah (dingin) dengan suhu rata-rata harian berkisar antara 15-20 derajat celcius. Kelembaban udara yang dibutuhkan berkisar 80-90% dan mendapatkan sinar matahari cukup (moderat) dan curah hujan berkisar 200-300 mm per bulan atau rata-rata 1000 mm selama pertumbuhan (Putro Andry. 2010).

Sumber :

Putro, Andry Tyas Asmoro Marthery. 2010. Budidaya Tanaman Kentang (Solanum tuberosum. L) Diluar Musim Tanam. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Solo

Rahmi, Abdul. dan Maya, Preva Blantary. 2014. Karakteristik Sifat Kimia Tanah dan Status Kesuburan Tanah Lahan Pekarangan Dan Lahan Usaha Tani Beberapa Kampung di Kabupaten Kutai Barat. Jurnal  Ziraa'ah. 39 (1) : 30-36

Hardjowigeno sarwono.2010. Ilmu tanah. Akademika Pressindo. Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun