Aku cinta terhadap sepakbola Indonesia, namun aku tidak suka terhadap kinerja pengurus PSSI. Yaa ini hanya sekedar kritik orang awam. Belum lekang ingatanku terhadap kasus sepakbola gajah antara PSS Sleman dan PSIS Semarang di divisi utama musim 2013/2014 kemarin. Sampai sekarang kasus itu menguap tidak menyentuh "pucuk" pemain besar seperti yang dijanjikan Hinca Panjaitan di acara talkhow salah satu tv swasta tempo dulu. Ketika menengok perkembangan sepakbola tetangga di kawasan regional seperti Filipina, Vietnam, dan Malaysia. Pantaslah kita berintropeksi diri khususnya PSSI sebagai lembaga otonom pengurus sepakbola di Indonesia. Dari update ranking FIFA terbaru 12 Maret 2015 dalam posisi regional Asia Tenggara saat ini Indonesia di peringkat 7 di posisi 156 berturut-turut di bawah Filipina di posisi 128, Vietnam posisi 130, Thailand 142, Myanmar Singapura Malaysia bersamaan di posisi 153. Kita yang berbangga diri dengan prestasi zaman dahulu kala ternyata sudah disusul bahkan dibalap oleh negara tetangga lainnya. Pencalonan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sebagai alternatif penyelenggaraan di Qatar terasa menggelitikku. Yaaa pengurus PSSI dan stakeholder lainnya tidak berkaca pada kemampuan kita. Melawan Thailand di ajang Asian Games Incheon kita dilumat 6-0 terbaru Piala AFF gagal melaju dari babak grup karena kalah bersaing dengan Vietnam dan Filipina. Kita seperti membanggakan zaman dahulu kala mengalahkan Filipina 13-0, namun terlena sampai lupa diri. Ah sudahlah..
Program, ide, gagasan banyak mulai dari pembinaan usia muda, pelatihan nasional jangka pendek& panjang, pembangunan kompetisi ISL dilontarkan namun terasa sepi implementasi. Punya target tapi tidak ada program yang berjalan secara continue. Mungkin bisa sedikit berkaca dari Filipina, bagaimana Federasi mereka berhasil mendevelop tim sepakbola mereka. Tidak usah malu untuk belajar dari negara tetangga jika mungkin itu bisa membuat lebih baik. Kita bisa berkata ahh Filipina pakai pemain naturalisasi, yaa jangan lupa kita juga pakai pemain naturalisasi yang tidak ada mempunyai garis darah Indonesianya seperti Christian Gonzales, Victor Igbonefo, Greg Nwokolo. Bahkan banyak pemain naturaliasi yang tidak dipakai tim nasional seperti Jhonny Van Beukering, Kim Jeffrey, Ruben Wuarbunaran, Tonnie Cussel. Dari aspek naturalisasi saja kita gagal.
Tidak usah malu apabila pemerintah mengintervensi PSSI jika kinerja mereka buruk. Walaupun mungkin dapat sanksi dari FIFA. Itu harga pembelajaran. Bahkan ISL 2015 pun ditunda akibat BOPI mencium bau ketidak beresan dari proses verifikasi yang dilakukan PSSI. ah bentuk ketidak profesionalan itu. Cultur kita harus berubah jika kita tidak mau berjalan di tempat bahkan mundur. Program sedikit saja yang oenting tepat guna implmentatif. Semoga sepakbola Indonesia bisa maju ke depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H