Mohon tunggu...
antonio toni
antonio toni Mohon Tunggu... -

mahasiswa semester VII

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jen

3 Februari 2010   04:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:07 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang membuat manusia menjadi manusia? Confucius menjawab, “jen”. Secara istilah, jen dapat diartikan sebagai keperwiraan, kemanusiaan, kebaikan hati, kemanusiaan sejati, watak moral, cinta, kelemahlembutan. Pemaknaan atas “jen” paling dekat dapat diartikan sebagai: apa yang membuat manusia semakin manusia. Ketika Far Chi’ih bertanya apa itu jen, Confucius menjawab, “jen adalah dorongan untuk mencintai orang-orang atau sesama”. Dorongan untuk mencintai adalah khas manusia. Jadi, jen sebenarnya adalah milik manusia yang menjadikannya sungguh manusia. Manusia mencintai karena ia punya kemampuan tersebut. Jen adalah rangkuman tentang siapa itu manusia. Pandangan Confucius ini sangat universal humanis, dengan penekanan pada kualitas yang dimiliki manusia. Karena itu jen adalah kekuatan yang mengembangkan manusia berada bagi yang lain. Manusia yang menyuburkan jen dalam dirinya akan semakin mendekati hakekatnya sebagai manusia. Tanpa jen, manusia jadi kerdil. Mengabaikan kemanusiaan berarti pelan-pelan menghancurkan kehidupan itu sendiri. Jen ibarat benih yang ditanam dalam diri setiap orang. Benih itu bisa tumbuh kalau tiap orang menyiapkan diri sebagai tanah yang subur, dan memacu perkembangannya.

Lalu bagaimana selanjutnya? Lihatlah betapa khas dan uniknya tindakan manusia. Manusia makan, binatangpun makan. Tetapi makan bagi manusia berbeda dari binatang. Tindakan manusia mempunyai makna yang dalam dan sangat khas manusia. Manusia punya jam makan, berapa banyak yang bisa dimakan, dan tindakan makan sendiri juga punya makna sosial: yakni kebersamaan, gaya hidup, kesehatan. Manusia bisa menaruh judul ”candle light dinner” untuk memberi kesan romantis pada tindakan makannya. Karena itu, meskipun menjadi manusia adalah proyek yang tak rampung, namun jen adalah daya penggerak di alam diri manusia. Menjadi semakin manusiawi adalah proyek luhur yang diperjuangkan dalam perjalanan hidup. Mengabaikan jen sama artinya dengan mengabaikan kemanusiaan. Kata Confucius, ”orang yang bijak dan semakin manusiawi karena menghayati jen tidak akan melukai atau memperkosa perikemanusiaan dalam hidupnya. Dia akan rela mengorbankan hidup demi mewujudkan penghargaan terhadap perikemanusiaan (jen).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun