Mohon tunggu...
antonio toni
antonio toni Mohon Tunggu... -

mahasiswa semester VII

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Bangun...

20 Januari 2010   06:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:22 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika bangun pagi, yang biasanya terjadi ialah menyikat gigi, lalu mandi. Seperti lagu laris yang seringkali dinyanyikan ketika masih kecil, ”bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi..habis mandi kutolong ibu membersihkan tempat tidurku...”. Lagu tetaplah lagu. Tapi pasti ada maksud di balik itu. Membersihkan diri menyambut hari baru, dengan semangat baru...hari baru...rejekinya juga lain, tidak seperti kemarin. Menjalani hari baru yang penuh dengan menanam pikiran baik, pekerjaan baik pastilah membuat hari yang dijalani terasa bermakna. Tapi lagu masa kecil itu ada tandingan dari mendiang mbah surip, ”bangun....tidur lagi..... ha..haha”. Ada yang bangun tapi tidur lagi. Ada juga yang baru tidur, jadi tidak mungkinlah bisa bangun. Ada yang berusaha tidur tetapi tak pernah tertidur...kasihan ya. Irama hidup sepertinya telah diatur sedemikian rupa, sehingga manusia belajar menginkorporasikan gaya hidupnya supaya teratur, seimbang dan terarah.

Mau bilang bagaimana ya? Tidur nyenyak adalah hati yang damai…tanpa digangggu telepon sepanjang malam, tanpa diganggu deadline tugas. Tidur nyenyak adalah kebutuhan. Siapa bisa tidur kalau ditagih hutang oleh orang yang datang silih-bergant? Siapa yang bisa tidur kalau ingat-ingat kesulitan esok hari. Siapa yang bisa bangun kalau baru tidur setelah kerja sepanjang malam? Ketika banyak orang masih tertidur, ada sekelompok orang yang sudah bekeringat mengayuhkan sapunya membersihkan jalanan. Apakah para wakil rakyat juga bisa tidur nyenyak? Syukurlah kalau mereka terjaga ditengah malam saat listrik padam dan angin puting beliung, lalu sampai pagi terus memikirkan jutaan rakyat yang tidur dalam banjir. Benarkah mereka begitu? Entahlah. Dan rakyat jelatapun tidak mau menghabiskan waktu tidur mereka dengan memikirkan kelakuan para wakilnya (yang kalau malam tidak bisa tidur masih bisa tidur saat sidang). Rakyat jelata hanya ingin supaya besok pagi bisa bangun dan mengais rejeki demi roda hidup yang harus terus berputar, tanpa tahu siapa yang silih berganti mewakili nasib mereka di “kursi basah”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun