Mohon tunggu...
Antonia Febe Hartono
Antonia Febe Hartono Mohon Tunggu... -

Mahasiswa SBM ITB 2013

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia dan Negara Adidaya

20 Juni 2012   07:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:45 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini di Indonesia sedang ramai didengungkan kebangkitan ekonomi yang pada tahun 2011 mencapai angka 6,5% dan diharapkan pada tahun 2012 ini akan mencapai angka 7%. Sebuah angka yang sangat fantastis untuk pertumbuhan negara. Bahkan ketika krisis Eropa, Bangsa Indonesia dapat mempertahankan keadaan ekonominya sehingga tidak terpengaruh dari efek domino krisis Eropa. Beberapa ekonom memprediksi bahwa pada 20 – 30 tahun kedepan, Indonesia akan tumbuh menjadi sebuah negara superpower di dunia, dengan ekonomi yang jauh lebih besar dari Australia. Sementara di sisi lain, negara Adidaya sedikit demi sedikit mulai kehilangan taringnya, dimana kekuatannya mulai digerus dengan krisis global yang melanda. Namun pertanyaan utamanya, benarkah Indonesia dalam 20 – 30 tahun kedepan dapat disandingkan dengan negara adidaya lainnya? Pertama – tama mari kita lihat fakta yang ada di dunia. Indonesia memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat, setelah China, India, dan Amerika. China dengan penduduk sejumlah 2 milyar, sedikit demi sedikit bergerak dari negara konsumen menjadi negara produsen, dengan banyak merk dan produk buatan China yang saat ini beredar di seluruh dunia. India, serupa dengan China, dimana ia juga mulai membenahi diri untuk bersaing dalam era globalisasi. Amerika, sepertinya sudah sangat jelas, bahwa ia salah satu negara produsen terbesar di dunia, sehingga tidak mengherankan bila ia disebut negara adidaya. Indonesia, dengan penduduk 200 juta, masih berlaku sebagai negara konsumen, dibanding negara produsen. Daya beli masyarakat, sangat erat hubungannya dengan pendapatan yang diterima, dan mayoritas pendapatan yang diterima masyarakat masih dari sektor agraris, dengan mengeksplorasi kekayaan alam yang ada di Indonesia. Bukan hal yang salah untuk mengeksplorasi kekayaan alam, tetapi apakah mereka mengeksplorasi dengan bijaksana? Fakta saat ini menunjukan bahwa 40% hutan di  Kalimantan rusak karena penebangan liar yang terus dan terus dilakukan tanpa adanya campur tangan dari pemerintah. Satu demi satu kekayaan mineral Indonesia dieksplorasi secara besar – besaran, tetapi sayangnya, hasilnya dinikmati oleh pihak asing, bukan masyarakat Indonesia, salah satunya freeport yang dimarginalkan oleh Amerika, secara tidak langsung kita, bangsa Indonesia berkontribusi terhadap perekonomian negara Amerika melalui kesempatan untuk mengeksplorasi salah satu tambang emas terbesar di dunia.

Kemudian apa yang harus dilakukan untuk dapat mengoptimalisasi hubungan antara negara adidaya dengan Indonesia? Hal utama yang harus dilakukan adalah adanya kebijakan yang tegas dari pemerintah untuk sepenuhnya menjalankan UUD 45 pasal 33, ayat 2, Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, dan ayat 3, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Disana jelas tertulis bahwa dikuasai oleh negara, bukan dikuasai oleh pihak asing. Pemerintah harus berani untuk menentapkan, bahwa dalam melakukan kerjasama dengan pihak asing, kerjasama dilakukan dalam operasional, bukan dalam capital, sehingga kepemilikan tetap berada di Indonesia, dimana Indonesia memegang kontrol penuh terhadap pemanfaatan sumber daya di Indonesia.

Sering kali, dalih utama yang selalu dijadikan sebagai tameng adalah ketidak mampuan secara modal dan teknologi. Indonesia bukan negara miskin, pendapatan dari BUMN dan pajak sudah mencapai angka yang sangat fantastis. Tentu dalam aplikasinya, banyak adanya pipa bocor disana sini yang mengurangi jumlah dana yang beredar, maka hal kedua yang harus dilakukan adalah menindak secara tegas setiap koruptor. Mungkin cara pemerintah China untuk memberantas koruptor dapat dipakai, dengan memberikan hukuman mati secara langsung, walaupun kejam dan tidak memanusiakan manusia, tetapi tindakan ini memberikan efek jera kepada seluruh koruptor dan dapat memperbaiki budaya korupsi yang ada. Dalam hal teknologi, Indonesia sebenarnya memiliki kualitas yang sangat unggu. Anak Bangsa merupakan generasi yang cerdas, sayangnya karena fakta yang ada menunjukan bahwa kemampuan mereka kurang dapat optimal di dalam negeri, mereka lebih memilih untuk mengoptimalisasinya di luar negeri. Namun ketika pemerintah dapat memberikan sektor yang jelas dan menarik untuk mereka dapat mengembangkan dirinya, bukan hal yang tidak mungkin mereka akan kembali di Indonesia. Pemerintah dapat menyediakan fasilitas, memberikan beasiswa pendidikan, dan memberika biaya research untuk mereka dapat mengaktualisasi dirinya.

Memang, pihak yang saya tekankan disini adalah Pemerintah, sebab layaknya sebuah kapal dengan nahkoda yang memimpinnya, arah tujuan kapal sepenuhnya berada dalam tangan nahkoda kapal, yaitu pemerintah sebagai pemimpin negara untuk memunjukan arah dan tujuan dari bangsa ini. Sebab tidak ada yang dapat membangun suatu bangsa, kecuali bangsa itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun