Mohon tunggu...
Anton Dewanto Purnomo
Anton Dewanto Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Hukum Long Life Learner

Pemerhati Hukum, Politik dan Sosial Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran Apoteker dalam Manajemen Tata Laksana Pembesaran Prostat Jinak

5 November 2024   23:14 Diperbarui: 5 November 2024   23:49 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Jakarta Barat, bekerja sama dengan Astellas, mengadakan seminar hybrid bertema “Peran Apoteker dalam Manajemen Tata Laksana Pembesaran Prostat Jinak.” Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan apoteker dalam mendukung penanganan kesehatan prostat, khususnya pada pasien dengan kondisi pembesaran prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia, BPH).

Kegiatan ini menghadirkan para ahli di bidangnya, yaitu dr. Richardo Raditya Handoko, Sp.U, Urolog RS Primaya PGI Cikini, yang membahas patofisiologi dan tata laksana BPH, serta apt. Julia Totong, S.Si, M.Farm dari RS Husada, yang menjelaskan peran apoteker dalam perawatan BPH. Hadir juga Prof. Dr. apt. Aprilita Rina Yanti Eff, M.Biomed, Dekan FIKES Universitas Esa Unggul, yang membawakan topik mengenai formulasi OCAS untuk pengobatan BPH.

Seminar ini diselenggarakan di Hotel Santika Premier Hayam Wuruk, Jakarta. Ketua PC IAI Jakarta Barat apt. Antonius Dewanto Purnomo menyampaikan bahwa kegiatan ini dapat memperkuat peran apoteker dalam memberikan layanan kesehatan yang optimal kepada pasien dengan BPH. 

Apoteker memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan edukasi kepada pasien mengenai BPH, termasuk gejala, penyebab, dan berbagai pilihan pengobatan yang tersedia. Melalui konsultasi yang informatif, apoteker menjelaskan cara kerja obat-obatan yang diresepkan, efek samping yang mungkin terjadi, serta menekankan pentingnya kepatuhan dalam menjalani pengobatan.

Dalam hal pengelolaan obat, apoteker berperan dalam pemilihan jenis obat yang tepat, seperti alfa-blockers atau inhibitor 5-alpha reductase, berdasarkan profil kesehatan setiap pasien. Mereka juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa resep yang diberikan oleh dokter diisi dengan benar dan sesuai dengan kebutuhan pasien. Selain itu, apoteker aktif memantau kemungkinan interaksi obat dengan terapi lain yang sedang dijalani oleh pasien, sehingga pengobatan yang diberikan dapat berjalan dengan efektif dan aman.

Monitoring terhadap efektivitas pengobatan juga menjadi bagian penting dari peran apoteker. Dengan melakukan tindak lanjut, apoteker dapat memastikan bahwa obat yang digunakan memberikan hasil yang diharapkan dan tidak menimbulkan efek samping yang signifikan. Apabila muncul masalah, apoteker akan berkomunikasi dengan dokter untuk mempertimbangkan perubahan dalam terapi.

Selain itu, apoteker memberikan dukungan dalam perawatan diri dengan menyarankan perubahan gaya hidup yang dapat membantu mengelola gejala BPH. Anjuran seperti meningkatkan asupan cairan, mengurangi konsumsi alkohol dan kafein, serta melakukan olahraga secara teratur, menjadi bagian dari rekomendasi yang diberikan oleh apoteker.

Melalui penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat, apoteker juga berperan penting dalam meningkatkan kesadaran akan kesehatan prostat. Mereka memberikan informasi tentang cara mengenali gejala BPH dan kapan sebaiknya pasien mencari pertolongan medis.

Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya adalah bagian integral dari peran apoteker. Dengan bekerja sama dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya, apoteker membantu menyusun rencana perawatan yang komprehensif bagi pasien, sehingga semua aspek perawatan dapat terpenuhi.

Dengan demikian, apoteker tidak hanya berfungsi sebagai penyedia obat, tetapi juga sebagai pendidik dan pengelola terapi bagi pasien dengan pembesaran prostat jinak. Kontribusi mereka sangat signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan hasil kesehatan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun