Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Lahir tgl 18 April 1947 di Lakmaras, Belu, Timor, NTT, Indonesia. Tinggal di Kupang. Doktor Studi Pembangunan dari Universitas Kristen Satyawacana Salatiga (2011). Dosen tamu di Fakultas Pascasarjana Interdisipliner, Universitas Kristen Satyawacana Salatiga.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sepe

5 Desember 2023   13:37 Diperbarui: 5 Desember 2023   13:46 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepe atau Flamboyan. Nama ilmiah, Delonix regia. Nama ini berasal dari istilah Yunani: delox artinya menyolok, onix artinya cakar. Bentuk bunganya seperti cakar dan bunganya yang serba merah, memang menyolok. Kami di kota Kupang, Timor, Nusa Tenggara Timur, menamakan pohon ini Pohon Sepe. Nama lain, Flamboyan, Pohon Desember atau Pohon Natal karena bunga-bunganya mekar mulai Oktober, November sampai puncaknya di bulan Desember. Di kalangan suku Buna' di pedalaman pulau Timor, pohon Flamboyan dikenal dengan nama, Hotel Koban. Di tempat lain di Indonesia disebut Pohon Semarak Api. Kata flamboyan sendiri berarti cemerlang. Ini riwayat nama yang saya kutip dari berbagai sumber.

Sepe. Flamboyan. Filsafatnya, cemerlang dalam empat hal: Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011). Nafsu dalam arti dorongan untuk tumbuh dan berkembang gemilang. Nafsu itu ada dalam diri kita manusia. Nalar itulah pertimbangan untuk tumbuh secara wajar, mekar, menyebarkan pesona. Semua orang terkagum-kagum atas karya Nalar kita.  Naluri itu penampilan yang menyolok tanpa menyombongkan diri dan meremehkan sesama. Flamboyan mekar merah menyala tanpa melunturkan warna-warni tetumbuhan di sekitar. Sepe hidup akrab dengan lingungkan. Manusia dengan filsafat sepe, membuat kelompok sama-sama semarak merangkul kelompok yang lain. Nurani itu mendorong kita untuk bersyukur dan bersyukur kepada TUHAN asal-usul hidup kita. Inilah filsafat pohon Flamboyan. Pohon sepe dengan bunga-bunga merah di dahan-dahan yang menengadah ke langit mengibaratkan Nurani kita manusia yang bergembira ria atas anugerah rahmat PENCIPTA yang deras tercurah ke atas diri kita.

Sepe. Flamboyan. Etika pohon flamboyan  ada empat. Rendah hati. Lapang hati. Tulus hati. Murni hati.   Pertama, rendah hati. Hidup subur, berbunga merah mekar, segar, menarik. Tetap gugurkan kelopak bunga dan daun-daun  untuk  menyuburkan tanaman lain di bawahnya tanpa merasa diri paling hebat. Kedua, lapang hati. Segala pengetahuan dan pengalaman hasil karya Nalar membuat diri kita manusia ibarat tanah lapang yang dijejali serba macam orang tanpa kecuali. Ketiga, tulus hati. Karya Naluri kita manusia menarik setiap orang ibarat bunga sepe menarik mata setiap insan dan membuat hati setiap pemandang berbunga-bunga jadi sepe hidup dalam taman hati. Keempat, murni hati. Nurani kita sekian jernih, tidak terdapat cacat atau tipu-muslihat dalam diri kita. Hasilnya, pribadi kita hening bening di hadapan sesama terlebih di hadapan TUHAN, SANG PENCIPTA dan PENCINTA. Itulah sepe, o sepe. Nama yang lain, indah, Flamboyan. Cemerlang.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun