Mohon tunggu...
Anton Anthony
Anton Anthony Mohon Tunggu... -

Rakyat Jelata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Debat Capres-Cawapres Akan Dimulai, Pemenangnya Siapa?

9 Juni 2014   02:57 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:38 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Debat capres-cawapres akan segera dimulai. Dijadualkan ada lima kali debat selama yang akan diselenggarakan oleh KPU dalam masa kampanye ini. Pemilih irasional tak peduli lagi pada debat. Pilihan sudah dijatuhkan sebelum debat dimulai. Kalau sudah fanatik Jokowi ya Jokowi; sebaliknya jika sudah fanatik Prabowo ya Prabowo. Debat ditonton hanya untuk memastikan bahwa idolanya menghajar habis “lawan”-nya dalam kontestasi menuju RI 1. Jika idolanya ternyata mengecewakan, maka segala rasionalisasi akan dibuat untuk membenar-benarkan yang keliru. Sebaliknya¸ jika idolanya tampil mengagumkan, maka fans club ini akan mendapatkan amunisi baru untuk melanjutkan kampanye pemenangan.

Sebaliknya, pemilih rasional tak begitu saja mendasarkan pilihannya pada fanatisme belaka. Mungkin ia sudah punya kecondongan awal untuk memilih calon capres-cawapres tertentu, tetapi pada saat yang sama ia senantiasa terbuka untuk memverifikasi atau memfalsifikasi kecondongan awal yang dimiliki. Oleh karenanya, debat capres-cawapres menjadi relevan dan bermartabat sebagai salah satu cara kampanye. Tingkat pendidikan bisa mempengaruhi pemilih rasional ini. Di samping tingkat pendidikan, faktor lain yang juga bisa mempengaruhi adalah kejernihan hati untuk melihat kualitas debat tersebut dan kemampuan untuk jujur mengakui bahwa calon yang satu lebih bisa diterima dibandingkan dengan calon lainnya. Pendidikan bisa saja sangat tinggi, tetapi jika hatinya sudah tidak jernih, dan kejujuran diabaikan, maka penilaian bisa saja bias dan pilihannya lalu menjadi irasional.

Menjelang debat capres-cawapres ini, sekurang-kurangnya ada tiga hal yang bisa dijadikan kriteria untuk menilai kualitas debat tersebut. Ketiga hal tersebut adalah matter, manner, dan method. Setiap debat punya topik. Selama kedua orang yang berdebat fokus dengan topik yang ditetapkan dan tidak melenceng ke kiri dan ke kanan, maka debat itu berkualitas. Jika salah satunya mulai tidak fokus dan mulai membicarakan hal-hal yang tidak relevan atau tak terkait dengan topik yang ditetapkan, maka ia harus dilihat sebagai pihak yang kurang beruntung.

Manner terkait dengan cara berdebat. Penghinaan, perendahan, dan pelecehan lawan debat dengan argumentasi ad hominem pasti tak buruk, memberi kesan negatif. Jika salah satu capres melakukan ini, ia pasti tak menarik simpati dari para pemilih rasional. Method berhubungan dengan “aturan main” debat. Memotong argumentasi yang sedang dibangun oleh lawan .debat sementara ia belum mendapat kesempatan untuk itu adalah pelanggaran terhadap aturan main. Metode juga berhubungan dengan kemampuan membangun argumentasi dengan data-data yang kuat dan meyakinkan, penalaran yang logis dan pengambilan kesimpulan yang sahih. Ini memberi nilai pada bobot penyampaian materi.

Ketiga hal ini menjadi kriteria penting untuk menilai masing-masing capres-cawapres yang terlibat dalam debat kampanye. Seorang pemilih rasional akan berusaha menemukan impresi yang positif dari ketiganya, mengakuinya secara objektif, dan mengoreksi kecondongan awal yang mungkin (sudah) dimiliki sebelumnya. Bisa jadi Prabowo (atau Hatta Rajasa) menang, karena kata Mahfud MD, Prabowo sudah ahli debat, tak perlu diajari lagi. Tapi bisa jadi Jokowi (atau JK) yang menang karena mereka buru-buru mempersiapkan diri untuk berdebat.

Pembuktiannya ya setelah debat itu berlangsung. Penilaian kita tergantung dari apakah kita pemilih yang rasional atau irasional. Selamat menilai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun