Teori psikologi kepribadian ini dikembangkan oleh dua ahli psikologi, Yuichi Shoda dan Walter Mischel, pada 1990-an. Dalam Teori Kognitif-Afektif, seseorang yang memiliki tendensi tertentu belum pasti akan melakukan hal yang sama di setiap situasi atau interaksi sosial. Beberapa penemu teori kepribadian juga mempertimbangkan faktor situasional dalam pembentukan kepribadian seseorang.
Dalam Teori Kognitif-Afektif, terdapat unit-unit mediasi yang memerintahkan otak agar berinteraksi dengan orang lain serta dengan ciri-ciri situasi tertentu. Kemudian, unit-unit tersebut akan menghasilkan pola perilaku yang dapat membedakan setiap individu. Unit mediasi dalam Teori Kognitif-Afektif dapat meliputi faktor psikologis, seperti ekspektasi, kepercayaan, tujuan, nilai hidup, dan respons emosional.
9. Teori Lima Faktor
Teori ini pertama kali diusulkan oleh dua ahli psikologi, Robert McCrae dan Paul Costa Jr. pada 1990-an. Teori Lima Faktor menjelaskan tentang perkembangan kepribadian berlandaskan lima faktor, yaitu keterbukaan terhadap pengalaman, ekstraversi, neurotisisme, kesadaran, dan kesesuaian.
Menurut teori ini, kepribadian manusia sebagian besar dipengaruhi oleh faktor biologis, seperti genetik. Pandangan ini terinspirasi dari riset yang menunjukkan bahwa peringkat pengukuran kepribadian dipengaruhi oleh gen seseorang, sedangkan faktor nongenetik malah memainkan sedikit peran. Penemu Teori Lima Faktor juga melihat bahwa sifat-sifat kepribadian dari adaptasi karakteristik, seperti sikap dan usaha, terbentuk dari dorongan eksternal dan watak bawaan seseorang.
Intinya, kita sebagai manusia memiliki kebutuhan, keinginan, dan hasrat yang sama, termasuk hasrat untuk mengenali diri sendiri. Namun, tetap saja, kita semua unik! Kita punya kelemahan dan keunggulan masing-masing dan punya perbedaan tersendiri soal kepribadian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H