Mohon tunggu...
Anton 99
Anton 99 Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer at the University of Garut

Express yourself, practice writing at will and be creative for the benefit of anyone

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Hiruk Pikuk Masa Kampanye Pilkada

26 November 2024   00:45 Diperbarui: 13 Desember 2024   23:24 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masa kampanye (tempo.co)

Praktek-praktek yang kurang terpuji, sepertinya sudah menjadi budaya yang tidak pernah hilang meskipun pilkada bukan hanya kali ini saja.

Semestinya dari tahun ketahun adanya perubahan yang lebih baik, lebih matang dalam prosesnya dan lebih menyenangkan bagi semua pihak.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) maupun Bawaslu seharusnya mampu melakukan evaluasi dan kinerja yang lebih baik dalam penyelenggaraannya.

Jika melihat fenomena yang ada seolah pemilu maupun pilkada dalam proses penyelenggaraannya tidak semakin baik, justru jalan ditempat dan tidak terlihat adanya kemajuan demokrasi.

Mungkin perihal ini, salah satu indikatornya adalah kurang relevannya proses perekrutan ketika seleksi panitia pemilu maupun pengawas yang masih mengutamakan budaya "titip menitip" dan kepentingan dalam proses seleksinya.

Sehingga organisasi tidak berhasil mendapatkan sumber data manusia (SDM) yang pantas dan relevan yang mampu menciptakan suasana yang lebih baik.

Kericuhan dan persengketaan pun terjadi antara pasangan calon yang sedang bertaruh, seperti saling menyudutkan dikala "debat pilkada", saling rusak media kampanye yang terpasang di jalan-jalan oleh pendukung yang menjadi pesaingnya dan masih banyak kasus yang terjadi menjadi persoalan serius.

Hiruk pikuk masa kampanye pilkada memang tidak bisa dihindari adanya, karena suhu masa kampanye pada umumnya "memanas" secara emosional maupun pergerakannya.

Disinilah perlunya pemahaman dan kesadaran tentang aturan pemilu yang harus kuasai dengan baik, bukan hanya oleh panitia pemilu dan pengawas pemilu, namun seluruh masyarakat Indonesia.

Sehingga suhu yang memanas tidak berakhir dengan kekerasan, pengrusakan, maupun praktek-praktek yang merugikan dan tindakan-tindakan yang tidak terpuji lainnya.

Perbaikan dan pembenahan dalam proses penyelenggaraan semestinya menjadi prioritas utama agar terciptanya suasana yang baik, humanis dan benar-benar bernilai demokrasi Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun