Mohon tunggu...
Anton 99
Anton 99 Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer at the University of Garut

Express yourself, practice writing at will and be creative for the benefit of anyone

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Perasaan Cemas Orang Tua Ketika Anaknya Mulai Pacaran

6 November 2022   22:51 Diperbarui: 16 November 2022   20:15 1559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menulis surat cinta. (sumber: pexels.com)

Orang tua pasti menginginkan agar anaknya menjadi orang sukses dikemudian hari setelah menginjak dewasa, umumnya sosok orang tua akan merasa bangga dengan kesuksesan anaknya itu.

Kecemasan orang tua terhadap anaknya akan muncul saat anak sudah mulai menginjak masa pubertas, banyak tingkah laku yang mereka tunjukan dirumah yang tidak seperti biasanya.

Semisal ketika sudah muncul perasaan terhadap lawan jenis, biasanya anak mulai rajin menata rambut sesuai seleranya, memakai wewangian dan berpenampilan layaknya orang dewasa.

Banyak tingkah laku yang tidak seperti biasanya terlihat dalam kesehariannya seperti lebih banyak meminta uang pada orang tua dengan alasan untuk ini dan itu.

Belum lagi sibuk dan banyak acara, banyak janji main bersama teman-teman, nonton ini dan itu dengan teman dekatnya bahkan pengeluaran keuangan pun meningkat agak boros tidak seperti biasanya.

Kekhawatiran orang tua melihat tingkah laku yang tidak sewajarnya ini, tentu akan membuat cemas orang tua, terkadang rasa takut orang tua muncul berlebihan dan menganggap anaknya sudah mulai nakal.

Ketika orang tua menyadari bahwa anak mulai pacaran, kecemasan dan perasaan khawatir terjadinya sesuatu akan terus menghantui pikiran orang tuanya, meskipun hal itu merupakan sesuatu yang wajar dimasa pubertas anak.

Pikiran kolot orang tua muncul secara sendirinya dan menjadi suatu ganjalan dalam menyikapi perilaku anaknya yang kini sudah memiliki pacar yang dicintainya. 

Rasa cemburu orang tua muncul, karena anaknya kini lebih mementingkan pacarnya dibanding urusan keluarga yang oleh orang tua dianggap lebih penting bagi seorang anak yang baik.

Kesal terkadang muncul bersamaan dengan rasa bingung dalam menyikapinya. Mau dinikahkan belum waktunya karena masih dalam usia sekolah, mau dilarang pun susah oleh sebab pergaulan sesamanya dan sedang masanya.

Selaku orang tua, tentunya harus bijak saat menyikapi anak mulai pacaran, misalnya melalui pendekatan kekeluargaan dengan meningkatkan hubungan yang erat hubungan antara anak dan orang tua.

Ketika anak mulai pacaran, ajaklah berdiskusi agar dewasa dalam berfikirnya. Sehingga rasa khawatir dan perasaan ketakutan orang tua akan perilaku anak dapat diantisipasi secara bersama-sama dengan anaknya itu.

Dengan cara halus mengajak anak untuk berdiskusi bersama orang tuanya, menyamakan persepsi keinginan orang tua dan harapan orang tua terhadap anaknya kelak setelah dewasanya, dan tentang sejauhmana pentingnya berpacaran serta batasan-batasannya.

Artinya orang tua mengajak anak agar memiliki pemahaman tentang pacaran dan menumbuhkan kedewasaan anak dalam menyikapi perasaan dan pergaulannya.

Orang tua bisa mengajak anak berbicara dan berdiskusi secara langsung, misalnya melalui acara makan-makan sekeluarga, saat liburan keluarga atau sambil menikmati kebersamaan saat dirumah.

Orang tua bisa melakukan 5 hal ini, ketika anak mulai pacaran dengan tujuan untuk menumbuhkan sikap dan sifat kedewasaan anak melalui diskusi dengan topik semisal :

1. Mengajak anak berdiskusi secara harmonis untuk memahami arti serta manfaat dari pacaran itu sendiri.

2. Mengajak anak berfikir tentang apa pengaruh positif berpacaran bagi kehidupannya, apakah hanya sekedar untuk melampiaskan perasaan cinta dan nafsu saja.

3. Sejauhmana pengaruh pacaran terhadap kesuksesan belajar disekolah, apakah lebih semangat dan meningkatkan hasil belajarnya disekolah atau justru sebaliknya?

4. Apakah berpacaran yang dilakukannya berimbas pada prestasi belajar ataukah justru malah menurunkan kualitas belajarnya. 

Semisal malah siang malam memikirkan perasaan takut pacarnya itu diambil orang, akhirnya tugas-tugas sekolah banyak terbengkalai akibat terus menerus memikirkan pacarnya, sibuk untuk memenuhi keinginan pacarnya dll.

5. Memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya sekolah sebagai bekal yang harus diutamakan dan terbuka luasnya untuk memilih pasangan setelah hidupnya sukses dan berhasil.

Nah, jika anak bisa diajak berfikir secara dewasa oleh orang tuanya dengan topik diskusi seperti diatas misalnya, kemungkinan akan bisa meminimalisir perasaan takut maupun rasa khawatir orang tua dan anak akan menentukan langkahnya tanpa merasa ditekan atau di dikte oleh orang tua.

Anak akan mulai berfikir dewasa dan menentukan sikapnya tanpa harus diperintah. Apakah memilih berpacaran atau kembali kepada tugas utamanya untuk menjadi pelajar yang baik disekolah tanpa terkontaminasi dengan adanya hubungan pribadi dengan lawan jenis yang disukainya.

Atau mungkin memilih untuk terus berpacaran dengan misi sendirinya sambil menyelesaikan sekolahnya dengan batas-batas yang telah disepakati bersama orang tuanya.

Karena walau bagaimanapun orang tua menginginkan anaknya menyelesaikan sekolah dengan sukses dan setelah dewasa mampu menjadi orang yang sukses berkarir sesuai potensi diri dan harapan orang tuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun